SALTO -- Wakil Rektor II UBB Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc (tengah) -- yang didampingi mahasiswa KKN UBB di Desa Tukak, Bangka Selatan--, Rabu kemarin mencoba dan menunjukkan sirop buah tanaman Mangrove dan ‘Salto’ (Presto Ikan Selangat) karya mahasiswa.
TUKAK, UBB -- Buah Pedada (Sonneratia caseolaris) yang bila dikecap rasanya asam dan sepat, kini berubah 180 derajat: menjadi sirop manis dan enak.
Sementara Ikan Selangat yang dikenal banyak tulang, kini kian lezat setelah diolah menjadi presto.
Perubahan bentuk dan rasa secara ‘revolusioner’ itu terjadi berkat ‘tangan dingin’ para mahasiswa UBB, yang kini tengah KKN di Desa Tukak, Bangka Selatan (Basel).
“Sirop Mangrove dan Presto Ikan Selangat itu akan menjadi salah satu dari sekian produk yang kita jual di Konter Unit Bisnis UBB!,” ujar Warek II UBB Prof Dr Ir Agus Hartoko MSc, Kamis (10/08/2017).
Rabu (08/08/2017) kemarin Warek II UBB ‘sidak’ ke Posko KKN Desa Tukak. Ia disuguhi mahasiswa sirop Mangrove dan ‘Salto’ -- kependekan dari Selangat (ikan) yang diolah menjadi presto.
“Rasanya manis-segar, dan enak!,” komentar Agus setelah mencicip sirop Mangrove dan ‘Salto’.
Prof Dr Agus memuji kreativitas mahasiswa UBB yang KKN di tepi pantai Tukak ini. Pasalnya, mereka berhasil mengolah buah Pedada yang banyak dijumpai di dalam hutan Mangrove.
Begitu pula Ikan Selangat yang banyak ditemukan di perairan Tukak, kini bernilai ekonomi lumayan tinggi, setelah diolah menjadi presto.
Cici, salah seorang mahasiswa KKN UBB, menjelaskan muasal ide ini muncul setelah mereka membaca sejumlah literatur tentang tanaman Mangrove.
“Ternyata, khasiat yang tersimpan dari buah Pedada banyak sekali. Bisa sebagai obat darah tinggi, dan gondok. Pedada juga kaya vitamin C, dan mengandung yodium,” terang Cici.
Sementara rekannya, bernama Yunita mengemukakan kalau ikan Selangat sejauh ini hanya dikonsumsi setelah digoreng, atau dikerap pula dibakar. Belum ada inovasi baru.
“Kami berpikir kalau dibuat presto, kemudian dijual dalam kemasan plastik, tentu nilai jual ikan Selangat bisa tinggi,” ujar Yunita.
Presto atau proses mengempukkan ikan Selangat mereka lakukan, dengan terlebih dahulu mencampurkan bumbu khusus: olahan bawang merah, bawang putih, kunyit dan serai.
“Hasil presto sangat memuaskan. Dari satu kilogram ikan Selangat basah, bisa menjadi tiga sampai empat bungkus ‘Salto’, itu merek dagang ala kami,” tukas Cici.
Satu kilogram Selangat basah mereka beli dari nelayan seharga Rp 20.000,- Sedangkan sebungkus ‘Salto’ mereka patok dengan harga jual Rp 20.000,-
“Sirop Mangrove Pedada kami kemas dalam botol. Satu botol kami jual Rp 15.000,” timpal Yunita.
Baik Sirop Mangrove maupun ‘Salto’ telah mereka jual kepada pengunjung yang memadati Hutan Wisata Mangrove disetiap akhir pekan.
“Laris manis!,” komentar Cici dan Yunita, ketika ditanya berapa omset mereka.
Prof Agus Hartoko yakin usaha baru atau ‘startup’ mahasiswa KKN UBB ini mampu meraup keuntungan lumayan besar. Asalkan lanjutnya dikelola dengan cara profesional.
“Sebenarnya, sudah banyak yang dilakukan UBB. Seperti telah membuat selai buah keduduk dan sirup dari jeruk kunci. Bahkan sirup jeruk kunci nantinya akan kita jadikan sebagai minuman resmi UBB!,” ujar Prof Agus Hartoko (Eddy Jajang J Atmaja)