+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
30 Juni 2010 | 18:09:32 WIB


MASA DEPAN BANGKA BELITUNG BUKAN TIMAH, TAPI AIR !


Ditulis Oleh : Admin

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 105 108 BT dan 03 30 LS. Memiliki luas total wilayah 81.582 Km2 terdiri dari wilayah daratan 16.281 Km2 (19,96 % of Land Total) yang meliputi dua pulau besar yaitu Pulau Bangka dengan luas 11.481 Km2 (70,62 % of Land) dan Pulau Belitung dengan luas 4.800 Km2 (29,48 % of Land) serta 950 buah pulau-pulau kecil. Panjang pantai 2.189.553 Km dan total luas perairan laut 65.301 Km2 (80,04 % of Sea Total). Pembagian luasannya adalah : perairan laut Pulau Bangka 16.619 Km2 (25,45 % of Sea) dan perairan laut Pulau Belitung seluas 29.606 Km2 (45,34 % of Sea) Diperkirakan 20% diantaranya merupakan perairan karang.

Secara geografis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki letak yang sangat strategis dengan batas wilayah : Sebelah Utara dengan Laut Natuna, sebelah Timur dengan Selat Karimata, sebelah Selatan dengan Laut Jawa dan sebelah Barat dengan Selat Bangka. Dengan letak dan kondisi geografis tersebut, wilayah perairan laut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki banyak potensi sumberdaya alam yang terdiri dari: Pertama, Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan yang melimpah baik dari segi diversivitas maupun kuantitas. Kedua, Potensi Sumberdaya Pesisir, seperti terumbu karang (3.854 Ha, di sekitar perairan Pulau Bangka), pasir (19.424 Ha), padang lamun (491 Ha,umumnya golongan halophilla sp), rumput laut (seaweed) dari jenis hypnea sp, laurencia sp, dan kawasan perlindungan laut/konservasi berupa hutan bakau (mangrove) sebesar 29.912 Ha dan sempadan pantai sebesar 22,779 Ha. Dan Ketiga,berupa potensi wisata bahari. (Disadur dari berbagai sumber , 2009).

Penambangan biji timah oleh PT.Timah, Tbk dan PT .Kobatin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah sejak lama dilakukan. Konsekuensi dari kegiatan penambangan timah ini adalah terbentuknya lobang bekas penambangan timah yang menurut istilah lokal wilayah Bangka Belitung adalah kolong atau lubang camuy (danau). Kolong pasca penambangan timah telah terjadi sejak penambangan timah dimulai, dan tersebar hampir di seluruh kecamatan di Provinsi ini. Kolong dengan berbagai ukuran pada umumnya terisi air berasal dari air tanah, sungai dan air hujan, sebagaimana layaknya reservoir alam.

Berdasarkan hasil penelitian lapangan yang dilakukan PT Tambang Timah di tahun 2000, jumlah kolong pasca penambangan timah di Bangka dan Belitung sebanyak 887 kolong dengan luas 1.712,65 Ha. Terdiri dari 544 kolong dengan luas 1.035,51 Ha di pulau Bangka dan sebanyak 343 kolong dengan luas 677,14 Ha di pulau Belitung. Dari 544 kolong di pulau Bangka baru 108 kolong dilakukan reklamasi, dari 343 kolong di pulau Belitung baru 54 kolong dilakukan reklamasi. Jumlah kolong-kolong tersebut terus bertambah dengan pesat sejalan dengan semakin maraknya aktivitas tambang inkonvensional yang dikelola oleh masyarakat Bangka Belitung. Kolong-kolong tersebut baru sebagian kecil dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan air tawar.

Perkiraan Potensi Sumberdaya Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 1.815.500 ton per tahun dengan nilai ekonomi Rp. 247.657,5 trilyun per tahun, yang terdiri dari potensi sumberdaya perikanan tangkap (fisheries capture) 499.500 ton/tahun, nilai ekonominya Rp. 2.497.5 milyar/tahun. Sedangkan untuk potensi sumberdaya perikanan budidaya (Aquaculture) sebesar 1.316.000 ton/tahun, nilai ekonomisnya Rp. 245.160 milyar/tahun. Potensi perikanan budidaya tersebut yaitu terdiri dari : Pertama, potensi budidaya air payau (tambak) mencapai luas 250.000 Ha. Potensi ini tersebar di Kab. Bangka mencapai luas 104.500 Ha, Kab. Belitung 44.000 Ha dan Kota Pangkalpinang 1.500 Ha, Kab. Bangka Selatan 40.000 Ha dan 60.000 Ha terdapat di Kab. Belitung Timur, Kab. Bangka Barat dan Kab. Bangka Tengah. Kedua, potensi budidaya laut, berada di perairan sepanjang sekitar 800 Km. Kegiatan budidaya ikan kerapu, rumput laut, tripang dan kerang mutiara telah dilaksanakan oleh beberapa pengusaha dan investor luar di perairan Bangka Belitung. Luas perairan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya perikanan laut mencapai 120.000 Ha. Ketiga, potensi budidaya air tawar, meliputi kolong bekas tambang timah yang tersebar di tiap kabupaten/kota, kolong dan rawa air tawar yang secara keseluruhan diperkirakan mencapai 1.602 Ha.

Potensi sumberdaya perikanan tersebut diatas belum termasuk peluang pengembangan bioteknologi seperti industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan untuk makanan dan industri bahan baku pangan, juga potensi sumber daya non hayati seperti penambangan (timah, pasir kuarsa dan pasir laut). Energi gelombang, arus laut, panas surya dan algae sebagai sumber energi (kelistrikan) baru. Ditambah lagi perhubungan dan benda-benda berharga seperti harta karun dari kapal-kapal yang karam di dasar laut Bangka Belitung.

Sumberdaya alam yang berasal dari Air, disebut Sumberdaya Perairan, di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu sektor potensial untuk mendatangkan devisa negara. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Jakarta (1998), mulai di tahun 2007 sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan di masa depan. Kenyataan menunjukkan keselarasan, ditinjau dari potensi yang tersedia bahwa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sektor perikanan sudah sangat bisa untuk menjadi ujung tombak pembangunan Provinsi ini dimasa mendatang. Hal ini tertuang dalam setiap program pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten dalam usaha memajukan daerahnya. Permintaan ekspor hasil perikanan meningkat tajam sejalan dengan perdagangan luar negeri.

Menurut Direktorat Jenderal Pengembangan Kapasitas Kelembagaan dan pemasaran (PK2P) Departemen Kelautan dan Perikanan, Sumpeno Putro (Samudera, 2002) ekspor produk perikanan Indonesia ke pasar Uni Eropa (UE) baru mencapai 2%, pasar Jepang sudah mencapai 60% dan Amerika 20%. Hasil proyeksi data untuk tahun 2007 menunjukkan bahwa kebutuhan ikan domestik akan mencapai 5,8 juta ton dan untuk ekspor sekitar 1,5 juta ton. Sehingga, Indonesia harus mampu memproduksi sekitar 8 juta ton ikan/tahun. Jumlah produksi yang baru bisa terpenuhi saat ini hanya 6,7 ton ikan/tahun berarti masih mengalami defisit 1,3 juta ton ikan/tahun. Angka ini pastinya bergerak kearah peningkatan, seiring bertambahnya tahun hingga 2010 sekarang.

Realitanya adalah pembangunan perikanan mengalami perkembangan pada sub sektor perikanan budidaya. Hal ini karena produksi perikanan tangkap nasional sebesar 6 juta ton/tahun sudah tidak dapat ditingkatkan lagi dan merupakan penangkapan maksimal untuk menjaga populasi ikan. Sektor perikanan dan kelautan mampu bertahan dan tetap eksis dalam kondisi perekonomian Indonesia yang masih terus belum membaik hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut (perikanan budidaya) mempunyai peluang untuk menjadi sektor yang diandalkan sebagai solusi krisis yang membayangi masyarakat serumpun sebalai pasca timah, menciptakan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan kesempatan kerja mandiri.

Andaikan diperkenankan saya bermimpi, jika saja, kekurangan 1,3 juta ton/tahun kebutuhan ikan dunia, mampu dipenuhi oleh masyarakat Provinsi Bangka Belitung, bayangkan saja hebatnya geliat perekonomian masyarakat kita, bisa lebih hebat dari geliatnya ekonomi timah. Hal ini paling tidak didasarkan pada 3 (tiga) alasan pokok. Pertama, sebagai negara maritim secara umumnya Indonesia dan khususnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan wilayah kepulauan yang telah dikarunia sumberdaya alam laut yang besar dan beragam, baik sumberdaya alam hayati maupun non hayati. Kedua, sumberdaya wilayah daratan sudah mulai menipis, sehingga beralih pada pemanfaatan sumberdaya wilayah lautan yang masih melimpah. Ketiga, jumlah penduduk yang terus meningkat, menyebabkan intensitas kegiatan beralih dari upland resources based activities menjadi marine resources based activties.

Berangkat dari kondisi objektif tersebut, platform pembangunan ekonomi Indonesia yang akan menjadi prime mover adalah sektor yang resources base industry atau industri yang berbasis sumberdaya alam. Fokusnya ada pada 4 sektor, yaitu kelautan dan perikanan, kehutanan, pertanian/perkebunan dan pariwisata. Untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, fokus pengembangan pemerintah daerah ditekankan kearah : Pariwisata Bahari, Perikanan dan Kelautan serta Pertanian.

Potensi perikanan yang sangat besar dengan beberapa karakteristik pemanfaatannya sangat perlu dijaga kelestariaannya. Mengapa ? karena :

pertama, pemanfaatan keliru (ekstaktif) tanpa memperdulikan kelestarian, akan menyebabkan rusaknya ekosistem terumbu karang dan hutan magrove. Menurunnya produksi secara alamiah, seperti kegiatan penambangan timah dan kegiatan perikanan tangkap berlebihan (over fishing).

Kareteristik kedua, pemanfaatan laut seperti keranjang sampah. Menurut penelitian LIPI, IPB atau lembaga-lembaga penelitian lain 80% limbah industri, rumah tangga dan lainnya dibuang ke laut tanpa proses pengolahan telah menimbulkan pencemaran. Di wilayah pesisir Kepulauan Bangka Belitung kegiatan-kegiatan tersebut masih terjadi tapi dalam jumlah sedikit, sehingga kualitas perairannya masih sangat terjaga.

Karakter ketiga, yaitu lemahnya wawasan dan penerapan ilmu dan teknologi dan manajemen di bidang perikanan dan kelautan. Bangsa Indonesia masih sangat rendah dan jauh tertinggal dari negara lain, seperti bagaimana nelayan kita masih sangat tradisional. Sementara itu, pencurian ikan (illegal fishing) oleh nelayan asing menggunakan peralatan canggih dari Thailand, Taiwan dan Cina di perairan laut Indonesia terutama di laut Cina Selatan, menimbulkan kerugian bagi negara Indonesia mencapai US$ 1.136 milyar atau Rp 21 trilyun setiap tahun, angka itu lebih besar lagi bila merujuk data badan pangan dunia FAO (Food Agriculture Organization) mencapai US$ 4 milyar. Para pelaku perikanan di negara-negara lain juga telah menerapkan sistem perikanan budidaya untuk memenuhi permintaan pasar dunia, sedangkan pelaku masyarakat perikanan kita masih mengandalkan pola tangkap.

Terbatasnya sumber daya manusia di bidang Budidaya Perairan, menyebabkan upaya nyata untuk mengatasi persoalan pesisir dan laut serta daratan pasca lokasi penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum kelihatan. Karena itu penguasaan ilmu dan teknologi di bidang Budidaya Perairan harus dimiliki oleh sumber daya manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sehingga luas areal perikanan budidaya Provinsi Bangka Belitung sebesar 371.602 Ha dengan nilai ekonomi Rp. 245.160 milyar/tahun dapat dioptimalkan dan dikelola secara baik demi kemajuan Provinsi ini dan tentunya berimbas pada kemajuan negara. Untuk mampu dikelola secara optimal potensi diatas, dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 52.350 orang. Adalah langkah awal yang spektakuler jika kita bicara membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat serumpun sebalai. Selain itu, penguasaan ilmu dan teknologi tersebut merupakan upaya penyelamatan biota perairan yang semakin langka dan terancam kelestariannya.

Ketersediaan sumberdaya manusia yang handal dibidang Budidaya Perairan sangat dibutuhkan untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam di daerah pesisir, laut dan tawar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu manusia-manusia yang mampu berwirausaha mandiri dibidang perikanan budidaya, mempunyai kapabilitas, wawasan, dan keilmuwan yang mempunyai kesanggupan membuat perencanaan yang matang, mengurangi ekonomi biaya tinggi dan sanggup bekerja dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Berdasarkan uraian diatas, maka peranan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) khususnya dibidang Budidaya Perairan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung semakin diperlukan dalam menghadapi era perdagangan bebas (AFTA).
Akhir kata, pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan Kepulauan Bangka Belitung bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat serumpun sebalai yang telah (diharapkan telah) diprogramkan secara matang oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ternyata dari perairan saja, banyak kekayaan dari bumi provinsi ini yang siap menggantikan TIMAH. Semoga !





Written By : Robin, S.Pi
Dosen Diploma III Perikanan Universitas Bangka Belitung





UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota