+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
13 Februari 2012 | 08:47:35 WIB


POPULARITAS MINUS KUALITAS


Ditulis Oleh : Ibrahim

Sejauh segmentasi pemilih berada dalam bidikan yang tepat, membawa artis dan tokoh nasional untuk berkampanye masih akan efektif. Ada beberapa pra kondisi yang harus muncul agar kehadiran artis dan tokoh nasional ini efektif.

Pertama, massa yang dibidik tepat. Para pemilih muda tentu akan menyenangi jika kandidat mengundang band pop papan atas. Raja, Dewa, Sheila on 7, dan sebagainya barangkali tepat. Jika massa yang dibidik adalah para orangtua dari kalangan pedesaan, maka Raja Dangdut Rhoma Irama, Inul Daratista, Dewi Persik, dan sebagainya adalah pilihan yang bagus. Intinya, bidikan segmentasi akan mempengaruhi penetrasi mereka. Sementara tokoh nasional yang hadir sebetulnya hanya efektif untuk menggalang solidaritas internal partai dan simpatisannya.

Kedua, membawa artis dan tokoh nasional dalam kampanye hanya akan tepat jika massa pemilihnya masih mementingkan popularitas ketimbang kualitas. Dan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung masih bisa dikategorikan dalam klasifikasi ini. Artinya, masyarakat kita sebetulnya masih bisa dibuai dengan serangkaian musik, hiburan, banyolan, dan cerita-cerita tak penting yang disuguhkan oleh para penghibur. Maka para kandidat silahkan saja memanfaatkan celah ini.

Ketiga, para kandidat diandaikan tidak punya agenda khusus untuk mendekatkan diri dengan para pemilih sehingga acara yang bersifat menghibur dan imitatif lebih dikedepankan ketimbang mempidatokan apa yang akan dikerjakan, mengapa ia harus dipilih, dan apa yang akan menjadi targetnya selama pemimpin.

Demikianlah, bahwa Pepatah bijak mengatakan: pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Jika sebuah komunitas hobi bermain lawak, maka pelawaklah yang akan menjadi representasi mereka. Jika sebuah komunitas gemar dengan sinetron, maka artislah yang akan menjadi idola mereka. Jika rakyatnya belum dewasa dalam berdemokrasi, maka lakon buaianlah yang akan dipertontonkan oleh pemimpinnya.

Maka dalam rangka memangkas ritual penghormatan pada sosok yang populer, rakyat pertama-tama harus merubah cara pandangnya. Dalam sebuah komunitas demokratis, popularitas di luar kualitas sesungguhnya hanyalah imitasi. Popularitas pada dasarnya adalah sebuah modal besar. Hanya saja, popularitas lebih sering tidak berrelasi dengan kualitas. Bagaimanapun kepemimpinan bukan soal populer saja, tapi juga soal kualitas. Idealnya, popularitas dibentuk dari akumulasi kualitas yang meminggirkan argument-argumen fisik dan pencitraan.

Artis dan Kampanye


Dalam kampanye Pilgub kali ini, sebagaimana juga dalam hampir semua pemilihan, artis selalu menjadi idola yang ditunggu. Siapa yang akan menjadi penghibur dalam sebuah kampanye seakan menjadi indikator keunggulan sebuah kandidat. Mulai dari band papan atas, raja dangdut, pelawak, dan jenis tokoh penghibur lainnya silih berganti menjadi pengiring kampanye para kandidat.

Alhasil, yang sebenarnya dinanti oleh masyarakat adalah penghibur. Kondisi ini memaparkan dua hal penting. Pertama, masyarakat kita sebenarnya lebih membutuhkan penghibur di tengah keruwetan berbagai persoalan hidup ketimbang pemimpin. Kedua, para kandidat sebenarnya mengalamai erosi kepercayaan diri lantaran tidak berani tampil dengan penguatan pada sosoknya secara pribadi.

Para kandidat lebih gemar menyandingkan sosok lain di luar kekerdilan yang dimiliki. Kesalahan dengan demikian dipegang mutlak oleh dua pihak: para kandidat dan publik sendiri. Selama para kandidat tidak memiliki kekuatan dalam hal jejaring, program, dan penguatan pada agenda, maka kandidat akan tetap merasa memerlukan sosok populer pendamping untuk mengiringi kampanyenya. Sebaliknya, selama masyarakat belum meletakkan urusan kampanye sebagai urusan seleksi dan kompetisi kualitas, maka kampanye akan tetap diletakkan pada urusan idola.

Tokoh Nasional dan Kampanye


Senada dengan peran penting artis sebagai pengundang massa, kehadiran tokoh nasional juga menyiratkan beberapa hal penting. Pertama, tokoh nasional yang diundang pada umumnya adalah tokoh yang tidak mengenal secara dekat daerah dan kandidat yang diusung. Kehadirannya sekedar memberikan penegasan bahwa bayang-bayang nasionalitas wilayah menjadi penting. Ukuran popularitas tokoh patut dijual untuk meneruskan kekuasaan di level nasional ke daerah. Tak ada nilai kualitatif dari kehadiran mereka selain penegas akan pentingnya perluasan kekuasaan partai politik secara nasional.

Kedua, kandidat sendiri merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya sehingga menganggap para tokoh di jajaran nasional dapat mendongkrak popularitas mereka. Tokoh-tokoh partai nasional yang hadir tentu membantu para kandidat yang tidak mumpuni untuk berlindung di balik kebesaran mereka. Tak ada sesungguhnya yang istimewa selain menjadi ajang pamer dukungan dan jaringan nasional. Alih-alih para kandidat berharap dapat suntikan masukan, justru suntikan dana lebih kerap dinantikan.

Sungguh, kita merindukan kampanye-kampanye yang bernas dan bermutu, yang jauh dari bising hiburan dan jualan tak penting. Kampanye yang baik adalah kampanye yang mampu memberikan terang-jelas kedirian seorang kandidat, yang tampil tidak menipu, tampil dengan agenda, dan mengajak secara meyakinkan atas dasar kualitas, bukan popularitas semata.

New Analysis Bapos, Minggu (12/2/2012)





Penulis : Ibrahim
Dosen Fisip UBB





UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota