UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
23 Agustus 2010 | 13:40:14 WIB
Perbandingan Populasi Colembolla Pada Lahan Terganggu (TB 1.9 Riding Panjang) dan Lahan Tidak Terganggu
Ditulis Oleh : Cahya Febriyanti, Evy Pratiwi dan Siti Aisyah
Salah satu indikator kesuburan tanah jika dilihat dari segi biologi tanah adalah dengan mengamati keberadaan Colembolla. Collembola merupakan mikroarthropoda tanah yang paling melimpah baik jumlah maupun keanekaragamannya serta memiliki agihan yang luas (Suwondo, 2002).
Dominanansi hewan ini pada habitat tanah berkaitan dengan keberadaan serasah pada tanah. Serasah dapat berasal dari dari daun-daun dan ranting-ranting yang jatuh ke lantai hutan serta adanya kayu yang lapuk yang kemudian mengalami pelapukan sehingga menyebabkan lantai hutan banyak ditutupi oleh serasah. Serasah ini merupakan sumber makanan dan tempat tinggal yang disukai oleh serangga tanah khususnya Collembola.
Untuk itulah kami mengadakan penelitian mengenai tingkat kesuburan tanah dengan menganalisa jumlah populasi Colembolla di lahan terganggu dan lahan tidak terganggu.
Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda, yaitu di lahan bekas tambang timah dan lahan perkebunan pada tanggal 9 Juni 11 Juni 2010. Metode yang digunakan adalah Perangkap Jebak (Pitfall Trap). Cara kerja dari metode ini adalah: lubang perangkap dan bak perangkap disiapkan ? diletakkan bak perangkap kedalam lubang perangkap ? setelah 1x24 jam Colembolla yang terperangkap dikumpulkan ? identifikasi Colembolla.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Colembolla yang ditemukan baik dari lahan bekas tambang timah maupun dari lahan perkebunan berasal dari Famili Isotomidae. Ciri ciri yang dimiliki oleh Colembolla tersebut, antara lain: tubuh kecil dan berwarna putih dengan garis longitudinal. Tidak bersayap dan antenna terdiri dari 4 ruas. Ruas tubuh nampak mampat dan berlekatan satu dengan yang lain. Abdomen dengan 7 segmen atau kurang, pada sisi ventral segmen abdomen ke-4 terdapat ekor (furkula) seperti pegas yang dapat digunakan untuk melompat. Bagian mulut agak panjang dan tersembunyi di dalam kepala (Borror, 1996).
Jumlah populasi Collembola pada lahan bekas tambang timah berbeda dengan lahan perkebunan. Perbedaan populasi itu diduga adanya pengaruh faktor biotik dan faktor abiotik, baik dari segi fisika, kimia dan biologi tanahnya. Dari segi kimianya, hal ini diduga karena adanya pencemaran Pb (Timbal) dalam tanah bekas penambangan dari segi biologi berhubungan dengan keberadaan serasah dipermukaan tanah, karena serasah ini akan berkaitan erat dengan persediaan bahan-bahan organik yang bisa dijadikan bahan makanan bagi Collembola. Dari segi fisikanya, hal ini diduga karena suhu dan pH tanah di lahan tambang timah ekstrim. Suhu dan pH suatu tanah sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah (Rahmawaty, 2000).
Rahmawaty (2000) menyebutkan bahwa ada fauna tanah yang hidup pada tanah yang pH-nya asam dan ada pula yang senang hidup pada tanah yang memiliki pH basa. Untuk jenis Collembola, ada kelompok Collembola yang bisa hidup pada tanah yang asam dan ada pula yang hidup pada tanah yang basa, sehingga suhu dan pH akan mempengaruhi kepadatan dan kehadiran hewan tanah, terutama hewan makrofauna tanah yang sebagaian besar berperan dalam dekomposisi bahan-bahan organik, seperti Collembola ini.
Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah dalam mendekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan unsur hara.
Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan penyebaran Collembola pada setiap lahan berbeda. Lahan perkebunan lebih banyak populasinya dibandingan lahan bekas penambangan timah karena pada lahan penambangan timah ada pencemaran Pb dan faktor fisika yang biasanya terganggu dibandingkan dengan lahan perkebunan.***
Oleh : Cahya Febriyanti, Evy Pratiwi dan Siti Aisyah
Mahasiswi Prodi Biologi FPPB UBB
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka