+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
15 Juni 2010 | 11:45:38 WIB


Restorasi Lingkungan


Ditulis Oleh : Admin

Setiap individu pastilah mencintai lingkungan, setidak-tidaknya tempat ia tinggal. Sebab selain lingkungan merupakan tempat sejak kecil dimana mereka dilahirkan dan berinteraksi social, dalam lingkungan juga terdapat unsur-unsur seperti: tanah, udara, api, dan air yang merupakan kebutuhan vital manusia. Individu juga mencintai tumbuh-tumbuhan dan binatang karena hampir 90% kehidupan manusia ditopang oleh mereka. Oleh karena itu, sah-sah saja jika manusia diperbolehkan. Hanya saja perlu diingat: jangan berlebihan dan jangan merusak daya dukung yang ada. Maka, sudah saatnya kita memandang lingkungan dengan kacamata yang menyeluruh. Artinya, pelibatan yang kita gunakan ketika berinteraksi dengan alam tidak boleh sebatas rasionalitas yang mendasarkan hitung-hitungan untung-rugi, tetapi harus memasukkan unsur-unsur lain pula, baik emosional maupun spiritual. (Rachmad K. Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan Hal 153-154).

Selama ini, niat-niat baik yang telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk melakukan upaya pemulihan lingkungan patut kita beri apresiasi. Hal ini bisa dibuktikan dengan diberikannya penghargaan Kalpataru untuk Bangka Belitung dan beberapa penghargaan lain seperti Adipura dan Adiwiyata. Perlu memang berbangga hati mendapatkannya penghargaan-penghargaan itu. Namun ada banyak kalangan yang mempertanyakan apakah pantas Bangka Belitung mendapatkan penghargaan itu?

Sekedar informasi saja, bahwa Kalpataru itu merupakan sebuah penghargaan yang diberikan Presiden kepada orang yang telah berjasa terhadap lingkungannya. Artinya, seseorang yang bisa menjadi pioneer atau leader untuk melakukan sebuah gerakan atau inovasi terhadap lingkungan yang bermanfaat untuk hajat hidup orang banyak berhak mendapatkan penghargaan itu. Sebenarnya sebuah penghargaan jangan hanya dijadikan sebuah masalah siapa yang pantas atau siapa yang tidak untuk mendapatkannya. Namun seharusnya sebuah penghargaan dimaknai sebagai sebuah penyemangat agar mau berlomba-lomba untuk memperbaiki dan melakukan restorasi terhadap lingkungan.

Bangka Belitung adalah sebuah wilayah yang lingkungannya butuh restorasi. Kerusakan alam lingkungan Bangka Belitung harusnya menjadi perhatian seluruh kalangan masyarakat. Selama ini yang terlihat hanya gerakan dari para pencinta lingkungan saja, namun bukan sebuah gerakan yang lahir dari kesadaran seluruh masyarakat terutama masyarakat yang melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap lingkungan.

Kearifan untuk menjaga lingkungan nampaknya belum terkonstruksi dalam mindset juga mindstream masyarakat. Kepedulian dan kepekaan terhadap lingkungan hanya terlihat sedikit orang yang baru sadar pentingnya untuk selalu menjaga ekosistem yang ada. Hutan, laut, dan daratan merupakan sirkulasi pembantu hidupnya lingkungan dan manusia. Bayangkan jika salah satu sirkulasi rusak dan tidak berjalan?

Sesungguhnya dipercayai bahwa kearifan local yang dimiliki oleh masyarakat mampu untuk tetap menjaga ekosistem lingkungan. Bahwa pantangan-pantangan atau mitos yang ditelurkan oleh masyarakat ampuh untuk melindungi alam agar tetap terjaga. Ini bukan berbicara takhayul, namun ada sebuah upaya untuk kelestarian lingkungan yang lahir dari masyarakat berupa kearifan local.

Sejauh ini, restorasi yang dilakukan oleh para pencinta lingkungan nampaknya hanya sebatas pemulihan, reklamasi, dan penanaman. Seharusnya ada sebuah upaya yang dilakukan agar restorasi tidak hanya berhenti dan selesai sampai disitu. Contohnya selama ini jika melakukan penanaman mangrove maka selesai penanaman akan ditinggalkan begitu saja tanpa ada konservasi lanjut yang dilakukan. Contoh lain jika melakukan penanaman pohon maka hanya menanam saja, setelah itu tidak ada upaya pemeliharaan terhadap pohon tersebut karena hanya dibiarkan tanpa dirawat dan dipelihara.

Nampaknya isu seputar lingkungan merupakan hal yang hangat untuk diperbicangkan. Dimana seluruh kalangan berlomba-lomba untuk mendapatkan label cinta lingkungan. Sejujurnya sebuah hal yang positif melakukan sebuah aksi atau gerakan sadar dan peduli lingkungan. Tapi jangan merupakan upaya untuk mendapatkan sesuatu, melakukan pencintraan, atau lain sebagainya.

Keseimbangan ekosistem lingkungan merupakan hal yang paling urgent untuk menjadi perhatian kita bersama. Harapan untuk merasakan kembali hijaunya Bangka Belitung yang dulu menjadi kerinduan semua elemen masyarakat. Mudah-mudahan pemerintah memiliki inisiatif untuk melakukan sebuah upaya restorasi yang berkelanjutan. Misalnya membuat undang-undang atau kebijakan peraturan daerah tentang pemeliharaan lingkungan, mengkampanyekan sustainable society, melembagakan kembali kearifan-kearifan local tradisional yang dulunya dimiliki oleh masyarakat, edukasi konservasi terhadap anak-anak sekolah dan melahirkan sebuah wisata yang mengajak turis local maupun mancanegara untuk melakukan penanaman disetiap jengkal daratan yang rusak kemudian melakukan pungutan uang pemeliharaan terhadap tanaman tersebut sehingga mendapatkan perawatan. Ada sebuah kenang-kenangan yang mereka tinggalkan saat meninggalkan Bangka Belitung dan saat mereka kembali, mereka masih dapat melihat tanaman mereka. Ini juga merupakan sebuah upaya agar mereka bisa kembali datang berkunjung ke Bangka Belitung.

Pengelolaan dan pemeliharaan alam jangan hanya dipandang dalam kacamata yang saling berbenturan ekonomi. Ia harus dilihat dalam kerangka keharmonisan, baik keharmonisan antar satu generasi dengan generasi selanjutnya. Saatnya kita mulai membangun kesadaran ekologis (ecological awareness) yakni kesadaran lingkungan untuk mewujudkan keberlanjutan lingkungan untuk generasi yang akan datang. (Rachmad K. Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan Hal 153-154).

Untuk itu, restorasi lingkungan merupakan sebuah hal yang penting untuk dilakukan. Semua ini bukan hanya tanggung jawab sebagian kalangan, namun menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mulai menstimulus kesadaran akan kepedulian dan kepekaan terhadap lingkungan. Diharapkan setelah Kalpataru diraih oleh Bangka Belitung, kedepannya ada sebuah semangat yang tumbuh dalam diri pribadi bukan untuk berlomba-lomba mendapatkan penghargaan lingkungan namun berlomba-lomba untuk menghargai lingkungan. Semoga!!!!!




Written By : Merry Christina
Mahasiswi Sosiologi UBB
ID Facebook. mey_mocca[At]yahoo.com




UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota