+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
23 Mei 2008 | 04:45:41 WIB


KAYA


Ditulis Oleh : Admin

Diuntungkan oleh adanya berbagai milis di internet, kita bisa "menonton" hal-hal yang oleh mayoritas kita tidak pernah kita alami. Salah satu kabar tergres dari sebuah milist menggambarkan: "Di tengah kemiskinan yg menggerogoti bangsa ini, tiga menteri dan ratusan pengusaha kakap hadir di Singapura untuk menghadiri acara pernikahan seorang konglomerat kelas kakap Indonesia. Daya pikat pesta tak sebatas lagu-lagu nostalgia, kristal, semerbak bunga dan kaviar hitam dari Laut Kaspia, tapi juga dengan diperlihatkannya berlian-berlian superlangka. Tak berlebihan kalau ada yang berbisik bahwa inilah pesta taipan terbesar di awal Tahun Tikus."

Entah bagaimana kita masing-masing menyikapi realita semacam ini. Mungkin ada yang merasa seperti seorang anak membaca buku princess dengan sepatu kacanya atau seperti seorang gadis remaja yang berada di depan etalage butik Hermes dan tidak berangan-angan apa pun, seperti memiliki tas, sepatu, baju puluhan juta rupiah itu, karena realita itu "terlalu jauh" dan tidak terbayangkan olehnya. Pertanyaannya, kalau kesenjangan sebegitu jauh, tidak mungkinkah kita yang biasa-biasa ini merasa kaya? Tentunya kita sama-sama mengerti bahwa kesenjangan kaya miskin di negara kita sangat besar. Tetapi bukankah itu hanya mengacu pada satu ukuran, yaitu finansial?

Seorang psikolog tua Abraham Maslow pernah mengemukakan teori pemuasan kebutuhan, yang menggambarkan hirarki kebutuhan manusia dari yang paling rendah, yaitu sandang pangan papan, ke level berikutnya yaitu rasa aman, lalu dilanjutkan dengan kebutuhan sosial, lalu “self esteem’ dan terakhir aktualisasi diri. Dalam teorinya, Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan di tingkatan yang lebih bawah perlu dipenuhi dulu, sebelum kebutuhan di tingkat selanjutnya dirasakan mendesak. Jadi kalau belum cukup makan, maka individu tidak akan terdorong memenuhi kebutuhan untuk "gaul". Tentunya teori ini hanya berlaku bila ukuran "cukup" bagi individu jelas. Individu yang tamak, tentunya ukuran "cukup"-nya berbeda dengan individu yang merasa "puas" dengan hal-hal yang sedikit dan lebih sederhana. Yang jelas, tidak semua kebutuhan yang dirasakan oleh individu perlu diakomodir oleh uang. Ini tentunya "good news" bagi kita yang kebetulan tidak berkesempatan mempunyai akses ke "kelebihan finansial" yang berlimpah, tetapi ingin juga merasa "kaya".

Merasa Kaya melalui Kontribusi

Dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh almamater saya, Fakultas Psikologi, beberapa dari kami, terhenyak ketika diminta menjawab pertanyaan: "Apa yang sudah Anda sumbangkan pada almamater?" Ada teman yang spontan menjawab bahwa ia giat mengupayakan pembangunan gedung fakultas, ada yang mengarang hymne dan adapula yang aktif dalam kegiatan kegiatan dies natalis. Saya pribadi merasa tertampar dan sangat menyadari betapa selama ini belum ada kontribusi signifikan yang saya sumbangkan ke fakultas. Apapun kontribusinya, seberapa pun besarnya, kepada lembaga, mulai dari yang sekecil apapun, baik keluarga, rukun tetangga, almamater, perusahaan bahkan negara, bila kita sudah melakukannya, sebenarnya bisa membuat kita berjalan lebih tegak dan "merasa kaya".

Beberapa waktu yang lalu, di harian Kompas, diceritakan kisah seorang bernama Yadi, guru olahraga di daerah sukabumi yang bergaji 100 ribu sebulan dan rela mengajar, mengawasi murid dengan penuh tanggung jawab. Pak guru tadi mungkin perlu memutar otak dan tenaga untuk menjawab pertanyaan, "makan apa esok hari". Namun, sumbangannya dalam dunia pendidikan, dengan semangat menggebu-gebu, ambisi dan misi yang jelas dan di-"enjoy"-nya, bisa membuatnya merasa "kaya" dengan cara yang berbeda.

"Mengisi" Diri dengan Aspek Kehidupan Lain

Teman-teman saya di milist "penggemar makan" adalah orang-orang istimewa. Meski latar belakang pendidikan dan pekerjaannya beragam, mereka punya kebiasaan yang kurang lebih sama. Di samping membahas, mengupas dan men-share pengalaman mengenai makanan, pengalaman hidup yang signifikan seperti perjalanan, kamera baru, pernikahan ataupun situasi "menjadi ibu baru"pun ditulis. Dalam milist itu, kita pun saling membahas apresiasi kita terhadap persahabatan dan kekeluargaan di antara kita, sehingga terasa sekali bahwa setiap individu anggotanya masing-masing "enjoy", merasa bahagia dan "berisi". Ternyata, dari pertemanan sederhana ini kita bisa belajar bahwa tidak selamanya harta yang berlimpah membuat orang merasa kaya. Kekayaan pengetahuan, perasaan, reaksi emosi, kreativitas, struktur kepribadian yang demokratis dan terbuka menyebabkan orang merasa bebas, tidak terkungkung dan bisa menjangkau apa yang diinginkannya secara realistis.

Menjadi "Kaya" melalui Pilihan

Sebagai bangsa yang merdeka, setiap individu sebenarnya bisa memanfaatkan kebebasan memilih jalan pikir, rasa dan tindakannya. Setiap pilihan yang cermat akan membuat individu puas dan merasa hidup lebih baik. Bila kita kurang menyadari bahwa pilihan pengalaman dan perasaannya dalam interaksi dengan orang lain bisa "memperkaya" diri kita, maka pengalaman dengan orang tertentu sering "lewat begitu saja" dan tidak dihayati dengan mengerahkan seluruh penginderaan sehingga pengalaman tidak terpotret kemudian terserap secara optimal, di samping tidak terintegrasi dengan perasaan yang menyertainya. Ketidaksadaran dan ketidakmampuan inilah yang sering menyebabkan orang yang kaya uang makin berusaha menimbun kekayaanya atau orang yang tidak mempunyai cukup uang merasa miskin.

Andaikata saja tiap individu menyadari bahwa ia juga bisa mendapatkan kepuasan bahkan penghargaan dirinya melalui pilihan dan optimalisasi fungsi pikir, pekerjaan tangan, ketrampilan dan karyanya, apakah sebagai konglomerat, guru atau bahkan tukang sapu, rasanya setiap orang berhak dan tidak sulit untuk merasa "kaya".

Source :

https://www.experd.com/news-articles/articles/112/



UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota