UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
24 April 2012 | 21:37:20 WIB
LEGOWO DAN BERSATU MEMBANGUN BABEL
Ditulis Oleh : Dwi Haryadi
Gubernur Bersama
Pasca putusan MK tersebut, pasangan Eko Maulana Ali dan Rustam Effendi tinggal menunggu hari pelantikan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Babel untuk lima tahun kedepan. Artinya, meskipun hanya memperoleh 169.790 suara atau 33,2 persen, pasangan ini adalah gubernur seluruh masyarakat Babel yang tersebar di 7 kabupaten/kota, termasuk pula gubernur para golput. Hal ini harus disadari dan dipahami bersama oleh EkoTrus, maupun tiga pasangan yang kalah, serta masyarakat. Jangan sampai ada sisa-sisa ketidakpuasan terhadap putusan MK.
Bagi EkoTrus, sebagai Gubernur dan Wagub tentunya tidak hanya milik para pemilihnya, atau partai pendukungnya, namun juga milik 66,8 persen yang tidak memilihnya dan golput. Sehingga sebagai pejabat publik yang sejatinya melayani masyarakat dan bukan minta dilayani, maka 100 % masyarakat Babel tersebut harus dilayani dan disejahterakan, sebagaimana kampanye pasangan ini "Melanjutkan Kesejahteraan Bangka Belitung". Jadi jangan ada keistimewaan pembangunan pada daerah, golongan, masyarakat atau orang tertentu berdasarkan pendukung dan kantong-kantong pemilihnya. Namun pembangunan harus dilakukan secara merata, sesuai potensi dan sumber daya yang tersedia.
Jangan pula ada cerita rotasi jabatan sampai non job pejabat yang tidak didasarkan pada kemampuan, kompetensi dan prestasi, namun hanya karena dinilai tidak mendukung. PNS seharusnya ada pada posisi netral, sehingga ketika ada rotasi dan non job yang lebih cenderung karena punishment politik, maka logikanya pemenang pun telah mengakui bahwa pejabat baru dalam jajarannya merupakan pendukungnya dan ini jelas menyimpangi kenetralan PNS.
Legowo
Sementara bagi para pasangan calon yang kalah, hak konstitusional yang sudah ditempuh di MK kiranya dapat menerima keputusan MK dengan legowo, bijak dan lapang dada. Para cagub dan cawagub yang juga merupakan kepala daerah tentunya tidak lagi galau dan kembali bekerja untuk daerahnya masing-masing. Jangan ada kemunduran dalam pembangunan, apalagi terhadap pelayanan publik. Begitupula dalam mendukung pembangunan provinsi. Ketidakharmonisan yang sering mengemuka antara Bupati/Walikota dengan Gubernur selama ini kiranya tidak semakin tajam pasca kemenangan incumbent.
Sebaliknya koordinasi harus semakin harmonis dan optimal, karena dengan membangun kabupaten atau kota juga merupakan bagian penting dari pembangunan provinsi. Namun jika tetap tidak harmonis, maka kesan sakit hati dan tidak siap kalah akan semakin nampak.
Kelegowoan para pasangan calon yang kalah tentu saja tidak cukup. Sikap kelegowoan dan siap kalah juga harus dimiliki oleh para timses dan masyarakat pendukung agar tidak terjadi konflik horizontal. Semua tahapan pilkada sudah selesai, bahkan melalui MK. Maka Gubernur dan Wagub terpilih harus didukung oleh semua pihak, termasuk yang kalah. EkoTrus juga harus bersifat terbuka dengan masukan, kritikan dan pemikiran yang mungkin datang dari lawannya dalam pilkada kemarin. Bahkan sangat dimungkinkan dan sangat bijak jika EkoTrus kemudian memasukkan program-program yang pernah dikampanyekan YY, Zaman dan Hajar, apabila memang program tersebut dapat memajukan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Babel. Jadi sekali lagi, kini saatnya tutup buku pilgub dan semua kembali mulai bekerja untuk kemajuan Babel.
Kesetaraan
Isu kesetaraan pembangunan antara Bangka dan Belitung juga sempat menjadi isu politik dalam pilgub. Dampak dari isu kesetaraan tersebut, isu gubernur harus berasal dari Belitung pun muncul. Hal ini semakin terlihat ketika pasangan YY menang di 2 kabupaten di Pulau Belitung. Tuntutan akan kesetaraan pembangunan dan kemenangan YY di Belitung kiranya menjadi catatan penting bagi EkoTrus dalam 5 tahun jabatannya. Wagub yang berasal dari Belitung harus secara intens menjebatani aspirasi tersebut melalui berbagai program pembangunan yang strategis, sehingga isu ketimpangan pembangunan antar kedua pulau besar ini dapat diakhiri dan tidak menjadi isu politik yang akan muncul lagi pada Pilgub berikutnya.
Akhirnya, marilah semuanya bersatu dan fokus pada pembangunan Babel yang lebih baik. Kepada EkoTrus selamat bekerja setelah dilantik nanti dan masyarakat menunggu janji kampanyenya. Begitupula pasangan yang kalah untuk legowo dan kembali bekerja memimpin daerahnya. Kepada Pak Yusron, Hudarni dan Justiar tentunya masyarakat berharap tetap dapat memberikan kontribusinya bagi kemajuan Babel.
Opini Bangkapos, 4 April 2012

Penulis : Dwi Haryadi
Dosen FH UBB dan Peneliti Ilalang Institute
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka
GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)