UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
12 Juli 2012 | 10:41:07 WIB
Demokrasi yang Tersandera
Ditulis Oleh : Rendy Hamzah
Demokrasi Para Gerombolan
Penulis tertarik dengan argumentasi Tonnie Melfiansyah beberapa waktu yang lalu yang mengkonstruksikan metode pemilihan oleh DPRD hanya menjadi pengalih praktek politik uang ke ruang yang lebih sempit yang menguntungkan segelintir elite saja. Namun, penulis ingin sedikit mengingatkan bahwa demokrasi bukan sekedar urusan mahal atau murah karena keterjebakan kita selama ini tidak lain yaitu keliru dalam memahami hakikat demokrasi dan demokratisasi. Belum lagi sesat pikir kita selama ini yang acapkali memaknai demokrasi melulu serba pemilihan langsung. Padahal term antara demokrasi dan demokratisasi jelas memiliki makna yang berbeda, sebuah Negara yang menerapkan demokrasi pemilihan langsung melalui mekanisme one man one vote tidak secara otomatis berarti demokratis. Namun, sebuah negara yang kepala pemerintahannya dipilih melalui mekanisme parlemen bias jadi memiliki kualitas demokrasi yang jauh lebih demokratis karena berlangsung proses pendalaman demokrasi secara berkualitas.
Nah, yang paling penting dari substansi demokrasi itu sendiri yaitu bagaimana menghadirkan kualitas partisipasi rakyat secara berkualitas. Jika sejak awal rakyat dihadapkan pada pilihan yaitu mereka wakil-wakil rakyat yang tidak bermental pragmatis dan opportunis, maka insyaAllah kecil peluang bagi bekerjanya nalar-nalar sesat para penggiat mahligai demokrasi lokal tersebut. Bahkan Verdi Hadiz pernah mengingatkan kita semua akan bahaya demokrasinya para kaum penjahat yang selalu mengancam demokrasi dan nasib warganya. Untuk itu penulis ingin mengingatkan juga bahwa kita mesti ekstra berhati-hati pula dengan demokrasinya para gerombolan elite politik kita yang selama ini kerapkali mendustakan amanah suci rakyat yang terus menderita akibat salah urus negara oleh mereka yang acapkali meromantisasi kepentingan kelompok dan golongan mereka menjadi kepentingan yang seolah-olah untuk publik rakyat. Tentu ironis bukan?
Pilkada dan Agenda Parpol?
Diskursus seputar Pilkada yang akan dikembalikan seperti di masa orde baru memang kian sengit diperdebatkan. Penulis analogikan seperti gegap gempita permainan sepak bola Piala Eropa 2012 ini dimana tiap tim saling tarik menarik berebut dominasi dan kepentingan. Pun Mendagri sebagai pihak pemerintah sejak awal jelas berposisi sangat setuju jika Pilkada dikembalikan ke DPRD, persoalannya jelas akan muncul perdebatan yang cukup ramai dan alot khususnya antar Parpol. Bisa kita bayangkan andai Pilkada dipilih DPRD, lalu bagaimana nasib Parpol tanpa Pilkada? Inilah paradoks yang mestinya disedari secara rasional oleh para elite kita sebagai penggiat partai politik yang selama ini acapkali terlena dengan mekanisme transaksional, dan bahkan dengan mudahnya melacurkan idealisme partai kepada para politisi abal-abal yang hanya mengandalkan kapital, citra dan popularitas semata, dan tekun membangun dinasti politik keluarganya, padahal itu semua serba abai terhadap kualitas dan kapasitas intelektual yang memadai, baik secara akademis maupun moral politik yang bijak dan rasional.
Yang jelas, saya tentu bersepakat bahwa Pilkada langsung sebagai proses politik harus tetap ada dan melibatkan rakyat. Cuma jika dasar berpikirnya kita terkait mekanisme Pilkada karena alasan efisiensi jelas saya sangat tidak setuju karena alasannya menjadi tidak berdasar, terlebih jika alasannya sekedar teknis semata dimana anggaran Pilkada itu mahal. Wong, tidak ada yang berani menggaransi bahwa akan lebih murah jika pemilihan melalui DPRD. Selain itu, kalau kita boleh rasional selama ini justru tidak sedikit anggaran APBN bahkan APBD hanya habis terbeban untuk membayar gaji dan aktivitas korupsinya para pejabat, politisi parlemen, aparat beserta aparatur birokrasi kita yang acapkali kurang produktif dan terkenal pemboros anggaran yang notabene duit rakyat. Tragisnya sekali lagi itu semua mengatasnamakan rakyat atau meminjam istilahnya Toni Purnama (opini Bangkapos, 13/6) potret yang serba mencatut nama rakyat. Wallahualam...
Kita tentu akan menjadi terkaget jika mengetahui realitasnya bahwa ada 150 bupati/gubernur tersangkut kasus korupsi. Itu saja yang hanya terlacak dan terjerat kepada proses pengadilan. Dan hal ini menjadi potret ironisnya hasil dari kualitas berdemokrasi kita selama ini yang bisa menjadi penyebab keroposnya demokrasi kita karena kita terlampau mentah-mentah menerapkan kiblat demokrasi dari barat tersebut.
Jadi, yang paling penting dari ini semua sebenarnya tidak lain yaitu kita semua, baik yang di pemerintahan, di parlemen, di berbagai lembaga negara maupun swasta, termasuk LSM dan institusi pendidikan, termasuk pihak perguruan tinggi lintas keilmuwan untuk segera saling mengkonsolidasikan demokrasi secara serius dan sepenuh hati sesuai dengan bidang dan kapasitas kita masing-masing. Niatan dan orientasinya jelas yaitu bersepakat untuk terus menggagas ide perubahan mendasar pada Pilkada yang lebih memungkinkan kita para sebuah agenda pendalaman demokrasi (deepening democracy) yang mudah-mudahan akan kian mendekatkan kita kepada sebuah proses demokrasi yang selalu istiqamah, arif-bijaksana dan berspirit tak kenal lelah untuk selalu mengarusutamakan kepentingan bersama, khususnya dalam mengakselerasi kesejahteraan rakyat.
Terakhir, memilih dengan cara apapun tidaklah penting asal menjamin kualitas demokrasi yang berbobot dan mampu menjauhi perangkap demokrasinya para kaum penjahat yang entah tanpa sadar atau tidak mereka telah membuat nasib demokrasi kita serba tersandera. Nah, sekarang saatnya kita untuk saling mengingatkan dan menyadarkan diri kita masing-masing, khususnya para pengurus nasib rakyat agar tidak terlena dengan nikmat kuasa yang konon sebagai candu dunia itu. Semoga saja...
Balun Ijuk, Medio Juni
Artikel Bapos, Senin (09/07/2012)
Penulis : Rendy Hamzah
Analis Politik Lokal dan Kebijakan Publik Ilalang Institute
Staff Dosen LB FISIPOL UBB
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka
GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)
Kenalkan Bangka Belitung dengan Foto !