UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
06 Agustus 2012 | 00:58:02 WIB
GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)
Ditulis Oleh : Dwi Haryadi
Bagaimana kondisi nasional ? Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 telah mencapai angka sekitar 237 juta jiwa. Jumlah ini tentu masih jauh dari Cina yang penghuninya sudah mencapai 1 milyar jiwa. Namun perbandingan angka yang jauh ini harusnya tidak membuat kita lengah terhadap masalah-masalah kependudukan yang saat ini sudah semakin kompleks. Diakui atau tidak, selama ini pembangunan yang dilaksanakan seolah menempatkan penduduk hanya sebagai obyek dan bukan subyek. Pembangunan masih dominan fisik dari pada kualitas SDM. Padahal beberapa negara maju telah menunjukkan bahwa kemajuan lebih ditentukan kualitas sumber daya manusianya dan kekayaan sumber daya alam hanyalah sebagai penunjang. Moment Hari Penduduk Dunia ini kiranya kembali mengingatkan kita betapa pentingnya melakukan pengendalian penduduk agar kualitas kehidupan menjadi lebih baik dan merata.
Dampak Ledakan Penduduk
Tahun 2011 jumlah penduduk dunia telah mencapai 7 (tujuh) milyar. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dari angka ini adalah percepatan jumlahnya dalam kurun waktu yang tidak lama. Pada tahun 1800 sampai tahun 1930, telah terjadi pertambahan penduduk 1 milyar dalam kurun waktu 130 tahun. Kemudian dari tahun 1930 sampai tahun 1960, kembali terjadi pertambahan penduduk 1 milyar hanya dalam kurun waktu 30 tahun. Sudah bisa diperkirakan bahwa pada tahun-tahun berikutnya hamper akan berlaku rumus yang sama, bahwa pertambahan penduduk 1 milyar cukup dicapai dengan waktu yang semakin singkat. Hal ini terbukti dimana pada tahun 1975 1987 1999 2011, hanya butuh waktu masing-masing 12 tahun, jumlah penduduk dapat bertambah 1 milyar jiwa. Apa dampaknya ? Secara sederhana, jumlah penduduk terus bertambah namun sumber daya pangan, air dan energi kini semakin terbatas. Kondisi makin diperparah dengan rusaknya lingkungan. Tidak heran kini dibeberapa belahan dunia mengalami krisis pangan, krisis energi, krisis air bersih, udara dan tanah tercemar dan lain-lain.
Adanya ledakan penduduk di atas sudah diprediksi oleh Thomas Malthus dalam tulisannya yang berjudul Principle of Population tahun 1798, bahwa "Penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan produksi pangan meningkat seperti deret hitung". Pernyataan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk tidak berbanding lurus dengan produksi pangan. Akibatnya terjadi kelaparan dimana-mana, bayi dan anak kurang gizi dan busung lapar. Nina Fedorof, pakar kependudukan mengatakan bahwa "Jumlah manusia di planet bumi sebenarnya sudah melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kita harus dengan sungguh-sungguh berupaya agar pertumbuhan penduduk dapat terkendali karena planet ini sudah tidak mampu menampung penduduk lebih banyak lagi. Perubahan iklim akibat pertumbuhan penduduk yang sangat pesat berakibat buruk bagi produksi pangan sehingga miliaran penduduk terancam kelaparan".
Data PBB melalui FAO menyebutkan bahwa tahun 2009 ada 1,20 Milyar penduduk dunia mengalami kelaparan. Begitu besarnya korelasi antara ledakan penduduk yang tidak terkendali dengan kelaparan dan kemiskinan di berbagai belahan dunia, membuat Paul Ehrlich dalam bukunya The Population Bomb menuliskan bahwa "Sementara anda membaca tulisan ini, empat orang mati kelaparan dan kebanyakan anak-anak". Bagaimana Indonesia?
Grand Design
Persoalan kependudukan di atas bukanlah hanya sekedar bicara bagaimana mengendalikan jumlah penduduk secara kuantitas saja, tetapi juga bagaimana meningkatkan kualitasnya. Jadi persoaalan kependudukan bukan hanya beban masalah bagi BKKBN atau Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil saja. Bukan pula kependudukan hanya bicara KTP dan Keluarga Berencana. Namun mengurus kependudukan butuh lintas sektor dan program administrasi kependudukan serta KB hanyalah sebagian dari upaya pengendalian dan peningkatan kualitas kependudukan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya kesadaran nasional bahwa persoalan kependudukan sebagai persoalan bersama.
Sifatnya yang multi sektor dan terkait berbagai isu, seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan dan lain-lain, maka harus ada grand design kependudukan yang terarah dengan program strategis yang terpadu, baik ditingkat nasional maupun daerah. UU No. 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dapat menjadi dasar dan acuan dalam penyusunan grand design kependudukan. Dalam Grand Design Pembangunan Kependudukan di Indonesia, meliputi 5 (lima) aspek, yakni Pengendalian Kuantitas Penduduk, Pengendalian Kualitas Penduduk, Pengarahan Mobilitas Penduduk, Pembangunan Keluarga dan Pembangunan Database Kependudukan. Kelima aspek tersebut membutuhkan sinergisitas multisektor, seperti BKKBN, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kementerian Transmigrasi dan Tenaga Kerja, Kementerian Sosial dan Kementerian Dalam Negeri. Grand design nasional ini tentu harus turun pula ketingkat daerah dengan karakter, potensi dan wilayah masing-masing. Pengendalian penduduk bukan sekedar mengurangi jumlah penduduk atau memindahkannya agar merata, tetapi ada nilai budaya dan adat istiadat lokal yang juga harus diperhatikan. Akhirnya, semoga Hari Penduduk Dunia ini dapat menjadi moment semua stakeholder dan masyarakat akan pentingnya masalah-masalah kependudukan untuk masa depan yang cemerlang.
Opini Bangkapos 11 Juli 2012

Penulis : Dwi Haryadi
Dosen FH UBB dan Pengurus Koalisi Kependudukan Babel
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka
Kenalkan Bangka Belitung dengan Foto !