UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
03 September 2012 | 08:54:32 WIB
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka
Ditulis Oleh : Indra Ambalika
Akses menuju Dusun Tuing dari Kota Pangkalpinang sekitar 2,5 jam. Sebenarnya jarak dusun ini dari Kota Sungailiat hanya sekitar 70 km, namun karena medan jalan menuju daerah ini kurang baik karena aspal banyak yang rusak akibat beban dari truk sawit yang melewati jalan menuju dusun ini setiap harinya. Jalan aspal berlobang-lobang ini pun hanya setengah dari perjalanan saja karena setelah itu jalan merah tanah puru. Karenanya, jika musim kemarau maka jalan akan sangat berdebu sebaliknya pada musim hujan jalan akan menjadi becek. Sepanjang jalan kita dapat melihat sisa-sisa pertambangan timah skala besar yang pernah dan sedang dilakukan. Ada pula perumahan-perumahan baru pekerja TI yang sebagian besar berasal dari tanah jawa. Selain itu terdapat sisa-sisa penambangan pasir kuarsa bahkan pabrik yang terdapat dipinggir pantai masih teronggok manjadi bukti sejarah kejayaan penambangan pasir kuarsa kala itu.
Memasuki Dusun Tuing kita akan disambut dengan pemandangan bukit yang menghijau. Bukit ini memang merupakan bagian dari kawasan hutan lindung. Sayangnya, dibagian pantai tampak bukit yang sebagian botak ditanami oleh kelapa sawit oleh masyarakat. Meskipun cukup terpencil, tak masuk listrik dan jarang mendapat perhatian, sebenarnya dusun ini telah memiliki sekolah dasar dan ada sekitar 50 kk di dusun ini. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Tuing adalah nelayan.
Nelayan Tuing adalah nelayan tradisional dengan perahu kecil dan penangkapan tak lebih dari sehari (one day fishing). Pasokan utama cumi Bangka di Kabupaten Bangka sebagian besar berasal dari hasil tangkapan di perairan derah ini. Saat malam tiba, tampak perahu-perahu nelayan berjejer menangkap cumi dan ikan. Tampak ternyata banyak pula perahu-perahu berukuran besar yang tentunya bukan milik nelayan Tuing melainkan dari daerah Desa Nelayan Sungailiat yang sebagian besar adalah nelayan bugis dan buton. Menurut pengakuan nelayan Tuing, banyak nelayan dari Desa Nelayan Sungailiat yang menangkap ikan dan cumi di daerah mereka. Diduga hal ini karena daerah tangkapan disekitar Desa Nelayan sudah banyak yang rusak akibat penambangan timah lepas pantai oleh kapal isap dan TI Apung yang banyak beroperasi disekitar desa tersebut. Masyarakat Bangka pasti sudah tak heran karena memang dikawasan perairan Air Kantung dan sekitarnya hingga Pantai Rebo banyak beroperasi kapal isap dan TI Apung. Karena kerusakan akibat sedimentasi penambangan ini tentu saja ikan menjadi menjauh sehingga nelayan yang masih tersisa di Desa Nelayan Sungailiat (karena sebagian besar telah beralih mejadi penambang timah laut) menangkap ikan ke daerah lain yang dipandang lebih potensial seperti perairan Tuing. Sayangnya, kompensasi dari penambangan timah laut yang selama ini sering digembor-gemborkan tentu saja tak sampai kepada nelayan dusun Tuing. Namun, nelayan dusun ini merasakan langsung dampak dari banyaknya armada tangkap dari Desa Nelayan Sungailiat yang menangkap ikan di perairan mereka. Sesuatu yang mungkin tidak terpikirkan oleh pengusaha kapal isap apalagi jika orientasinya adalah keuntungan semata.
Potensi dan Ancaman
Penangkapan cumi di perairan Tuing dilakukan sepanjang tahun namun tangkapan biasanya banyak di saat bulan gelap. Selain cumi, hasil tangkapan lain yang cukup terkenal adalah udang putih (Banana sp), kepiting rajungan (Portunus sp) dan berbagai jenis ikan terutama ikan kerisi. Udang putih biasanya ditangkap dua kali setiap tahun yaitu antara musim barat hingga awal tenggara dan setelah musim utara. Kepiting rajungan pada musim tenggara. Untuk ikan kerisi ditangkap sepanjang tahun sama seperti cumi.
Kayanya sumberdaya perikanan di perairan Tuing karena kondisi ekosistem laut di kawasan ini yang masih alami. Kondisi ekosistem terumbu karang dan mangrove masih sangat alami jauh dari pencemaran sedimentasi pertambangan seperti daerah lain di Pulau Bangka. Tak heran jika akhirnya banyak nelayan-nelayan dari berbagai daerah yang menagkap ikan ke perairan Tuing. Selain memiliki kondisi ekosistem pesisir yang alami, Dusun Tuing pun memiliki pantai yang sangat indah dengan pasir putih dan bebatuan granit muda. Pemandangan hutan lindung yang masih alami dan berbukit menjadikan pantai pelabuh dalem sangat indah. Adanya terumbu karang tepi yang dapat dicapai dengan snorkeling dari tepi pantai membuat pantai ini sangat layak unutk dijadikan tujuan baru destinasi wisata bahari karena menawarkan keindahan bawah laut yang kaya dengan karang yang beraneka warna dan kaya dengan berbagai jenis ikan karang.
Berlimpahnya potensi perikanan juga diikuti oleh semakin banyaknya jumlah armada tangkap yang menangkap ikan di perairan Tuing. Tak hanya nelayan dari dusun ini yang tergolong sebagai nelayan kecil dengan alat tangkap yang sangat sederhana jika dibandingkan dengan nelayan bugis dan buton dari Desa Nelayan Sungailiat. Selain itu, banyak pula nelayan dari daerah lain yang menangkap dengan alat tangkap dan muatan kapal yang jauh lebih besar. Kabar terakhir yang penulis dapat dari nelayan Tuing menyatakan bahwa nelayan dari Jakarta dengan perahu yang sangat besar dengan menggunakan lampu yang sangat terang dan alat tangkap yang jauh lebih maju telah menangkap cumi di malam hari di perairan Tuing hingga sembilan perahu besar. Laut yang merupakan milik bersama (common community) dan bersifat terbuka (open acces) tentu akhirnya tanpa pengaturan dan pengawasan yang baik akan terjadi kecenderungan eksploitasi berlebihan tanpa memperdulikan keberlanjutan dan nasib nelayan Tuing yang masih tradisional.
Izin pertambangan laut yang begitu marak terjadi di Kabupaten Bangka pun menjadi kekhawatiran nelayan Tuing sebagaimana yang menimpa nelayan-nelayan daerah lain yang telah merasakan langsung kerugian dari kebijakan itu. Mulai dari konflik horizontal antara nelayan hingga rusaknya ekosistem laut sehingga nelayan harus menangkap ikan ke lokasi yang lebih jauh dengan hasil tangkapan pun yang semakin menurun dan jenis ikan tangkapan yang semakin sedikit. Dampak turunannya sudah dapat diprediksi dengan mahalnya harga ikan di pasaran sehingga masyarakat banyaklah yang akhirnya dirugikan karena meningkatnya harga tersebut.
Rekomendasi Sebagai Kawasan Lindung Laut Daerah
Melihat potensi yang besar dari perairan Tuing sebenarnya sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi pemerintah daerah yang telah diamanahkan untuk mengelola sumberdaya alam di daerah ini dengan sebaik-baiknya dan sebijak-bijaknya untuk melindungi dan menjaga agar kawasan Tuing tetap lestari dan dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat sebagai penghasil bahan pangan laut bergizi tinggi dengan menjadikan kawasan ini sebagai kawasan lindung laut daerah (KKLD). Penulis yakin dengan model pengembangan KKLD berbasis masyarakat dimana pemda hanya menjadi penggerak dan pengawas dalam kegiatan KKLD tak akan banyak menghabiskan anggaran pemda Kabupaten Bangka. Dengan mempercayakan nelayan untuk melindungi sendiri lingkungan mereka dan sedikit pembekalan dan pelatihan, penulis yakin nelayan akan lebih peduli dengan lingkungan laut dikawasan mereka dan mendapatkan apresiasi yang sangat berharga dari pemerintahnya. Pertanyaannya sekarang, siapa yang mau peduli dan memulai ini? Kita nantikan saja kinerja yang sebaik-baiknya dari rekan-rekan di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan DPRD Kabupaten Bangka. Semoga ada itikad baik untuk menajaga dan melestarikan potensi sumberdaya di perairan ini.

Kondisi jalan menuju tuing yang belum di aspal

Perairan tuing yang dihiasi pemandangan perbukitan yang masih alami menghijau

Perairan tuing yang dihiasi pemandangan perbukitan yang masih alami menghijau

Perahu-perahu nelayan dari Desa Nelayan Sungailiat yang banyak menangkap ikan di perairan Tuing

Ekosistem karang tepi yang terdapat di perairan tuing yang masih alami menjadikan kawasan wisata bahari masadepan yang potensial untuk dikembangkan

Ekosistem karang tepi yang terdapat di perairan tuing yang masih alami menjadikan kawasan wisata bahari masadepan yang potensial untuk dikembangkan

Ekosistem karang tepi yang terdapat di perairan tuing yang masih alami menjadikan kawasan wisata bahari masadepan yang potensial untuk dikembangkan

Pantai pelabuh dalem perairan tuing yang berpasir putih dengan pemandangan alam yang indah

Pantai pelabuh dalem perairan tuing yang berpasir putih dengan pemandangan alam yang indah
Klik untuk melihat foto-foto ekspedisi terumbu karang Tuing selengkapnya
Ketua tim : Indra Ambalika, S.Pi
Anggota : Khoirul Muslih, S.Pi dan Robani Juhar, S.Pi, M.Si
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)
Kenalkan Bangka Belitung dengan Foto !