UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
17 Mei 2013 | 14:44:03 WIB
Memproduksi Kejahatan
Ditulis Oleh : Dwi Haryadi
Tiada hari tanpa kejahatan. Itu kiranya ilustrasi yang tepat untuk menggambarkan kondisi saat ini yang tidak pernah sepi dari aksi kriminal. Seolah kita ini sedang memproduksi kejahatan di dalam sebuah pabrik yang disebut masyarakat. Meminjam makna demokrasi yang sering dipakai, ternyata kejahatan juga dari, oleh dan untuk rakyat. Berbagai teori kriminologi menunjukkan korelasi yang kuat antara causa kejahatan dengan masyarakat, baik itu karena perilaku negatifnya, adanya konflik, labeling, kemiskinan, lemahnya kontrol sosial sampai dengan penyalahgunaan kekuasaan.
Menurut POLRI, sepanjang tahun 2012 setiap 91 detik terjadi 1 kejahatan. Sehingga tidak heran di media massa, media elektronik dan media online setiap hari selalu memberitakan berbagai perilaku kriminal, mulai dari kejahatan ringan, sedang sampai berat. Akibatnya pun beragam, ada kerugian materi, non materi atau keduanya sekaligus. Kerugian materi disebabkan karena pencurian, pencopetan, perampokan, kerusakan akibat kecelakaan dan lain-lain. Kemudian akibat non materi, baik dampak fisik maupun psikologis, seperti korban penganiayaan, KDRT, perkosaan, pembunuhan, dan lain-lain.
Lebih luas lagi, pada kejahatan tertentu korbannya tidak hanya individu per individu tetapi masyarakat luas, generasi muda, bahkan lingkungan. Praktik-praktik korup telah menghambat pembangunan, dan memperbanyak kemiskinan. Maraknya peredaran pornografi, pornoaksi, minuman keras dan narkoba telah membawa generasi muda pada pergaulan bebas dan masa depan yang suram. Illegal mining, illegal logging dan illegal fishing yang berlangsung terus menerus telah merusak lingkungan dan cepat atau lambat kita akan menikmati hasilnya, berupa banjir, longsor, minim air bersih, dan polusi.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menekan angka kriminalitas? Ketika kita sedikit pesimis untuk menghilangkannya sama sekali. Saya kira perubahan pola pikir tentang tanggung jawab penanggulangan kejahatan harus menjadi langkah awal. Ketika kejahatan merupakan produk masyarakat, maka penanggulangannya jelas tidak bisa hanya dibebankan kepada aparat penegak hukum. Ketika marak terjadi pencurian atau pencopetan misalnya, kita menyimpulkan bahwa daerah ini sudah tidak aman akibat buruknya kinerja kepolisian. Kita jarang sekali untuk mengoreksi diri dan lingkungan sekitar, jangan-jangan kita juga teledor terhadap keamanan rumah/lingkungan sehingga memberi kesempatan pencuri masuk. Begitupula dengan membawa/meletakkan dompet ditempat terbuka yang memancing niat pencopet untuk beraksi. Disini saya ingin mengatakan bahwa penanggulangan kejahatan tidak hanya tugas polisi, tapi tugas kita bersama. Maka jadilah polisi untuk diri kita sendiri. Artinya jagalah diri anda, keluarga dan harta benda yang dimiliki dari potensi aksi kejahatan. Waspadalah, waspadalah !!! Demikian kira-kira pesan Bang Napi.
Sama halnya dengan dunia kesehatan, mencegah lebih baik daripada mengobati. Dalam penanggulangan kejahatan juga demikian, disamping pendekatan represif, pendekatan pencegahan/preventif harus dilakukan dan menjadi prioritas. Upaya preventif akan lebih efektif karena terdiri dari langkah-langkah untuk menghapus sebab-sebab yang menumbuhsuburkan kejahatan.
Dalam Kongres ke-8 PBB tahun 1990 di Havana, Cuba, diidentifikasikan faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan (khususnya dalam masalah "urban crime"). Pertama, Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan (kebodohan), ketiadaan/kekurangan perumahan yang layak dan sistem pendidikan serta latihan yang tidak cocok/serasi; Kedua, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek (harapan) karena proses integrasi sosial, juga karena memburuknya ketimpangan-ketimpangan sosial; Ketiga, mengendurnya ikatan sosial dan keluarga; Keempat, keadaan-keadaan/kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang yang beremigrasi ke kota-kota/ke negara-negara lain; Kelima, rusaknya/hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan dengan adanya rasisme dan diskriminasi menyebabkan kerugian/kelemahan dibidang sosial, kesejahteraan clan lingkungan pekerjaan; Keenam, menurun/mundurnya (kualitas) lingkungan perkotaan yang mendorong peningkatan kejahatan dan berkurangnya pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas lingkungan/bertetangga; Ketujuh, kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern untuk berintegrasi sebagaimana mestinya didalam lingkungan masyarakatnya, keluarganya, tempat kerjanya atau lingkungan sekolahnya; Kedelapan, penyalahgunaan alkohol, obat bius dll yang pemakaiannya juga diperlukan karena faktor-faktor yang disebut diatas; Kesembilan, meluasnya aktivitas kejahatan terorganisasi, khususnya perdagangan obat bius dan penadahan barang-barang curian; Kesepuluh, dorongan-dorongan (khususnya oleh mass media) mengenai ide-ide dan sikap sikap yang mengarah pada tindakan kekerasan, ketidaksamaan (hak) atau sikap-sikap tidak toleransi. Selama kesepuluhnya masih ada, maka kita akan terus memproduksi kejahatan. Oleh karenanya, dibutuhkan kerjasama semua institusi terkait plus partisipasi masyarakat untuk mengatasinya, bukan hanya tugas aparat penegak hukum. Mari bersama mencegah kejahatan.
Opini Bangkapos, 15 Mei 2013

Penulis : Dwi Haryadi
Dosen FH UBB dan Aktif di Ilalang Institute
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka
GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)
Kenalkan Bangka Belitung dengan Foto !