UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
11 Juni 2014 | 16:31:01 WIB
KARAKTER SEPERADIK
Ditulis Oleh : Dwi Haryadi
Bukti nyata yang menunjukkan kondisi tersebut antara lain terlihat dari beberapa perilaku sebagai berikut: Pertama, kebiasaan mencontek anak didik kita yang akan membentuk karakter tidak jujur dan memilih jalan singkat yang keliru untuk mencapai sebuah tujuan. Kedua, maraknya geng-geng motor yang anarkis dan aksi tawuran antar pelajar, antar mahasiswa bahkan antar kelompok pemuda masyarakat. Fenomena ini menunjukkan pendekatan kekerasan dan anarkis telah menjadi prioritas dalam penyelesaian masalah yang terkadang sepele. Akibatnya pun tidak hanya memunculkan konflik sosial dimana-mana bahkan dendam berkelanjutan, tetapi juga kerugian materil dan sampai jatuhnya korban jiwa meninggal dunia.
Ketiga, pergaulan bebas yang sudah menjadi bagian dari lifestyle generasi muda. Yang tidak ikut gaya hidup ini dicap tidak modern dan tidak gaul. Ini menujukkan lemahnya pemahaman agama, moral dan secara sosial terjadi penurunan kualitas kontrol sosial dan pandangan publik terhadap batasan-batasan kesusilaan yang telah bergeser. Akibat pergaulan bebas menyebabkan anak didik harus putus sekolah karena hamil atau harus menikah dini, praktek aborsi meningkat, kasus bayi dibuang karena tidak diinginkan, HIV/AIDS, dll.
Keempat, rapuh. Karakter negatif yang satu ini awalnya penulis cukup bingung memilih kata yang tepat. Namun sebagai contoh terhadap hal ini adalah kisah nyata dimana ada anak SD dinegeri ini yang naik ke tower untuk bunuh diri hanya karena cintanya ditolak. Bagaimana pendapat pembaca tentang kisah ini? Cinta monyet membuat si bocah ini begitu rapuh, lemah dan mudah menyerah. Padahal jalan hidupnya masih panjang dan butuh perjuangan pantang menyerah yang luar biasa dan bukan rela berkorban nyawa hanya karena putus cinta.
Kelima, minuman keras dan narkoba kini telah banyak meracuni pemuda pemudi kita. Keduanya menjadi pelarian dan juga gaya hidup kekinian. Kebiasaan kumpul-kumpul dan kongko kongko lalu mabuk-mabukan dan mengkonsumsi narkoba harus dihindari dan dijauhkan melalui kontrol keluarga dan sosial, serta mengalihkannya pada kegiatan-kegiatan positif, kreatif dan inovatif.
Kelima fenomena yang terjadi didepan mata kita ini mungkin sebagian saja persoalan yang kita hadapi. Kementerian Pemuda dan Olahraga mengidentifikasikan 10 masalah generasi muda saat ini, yaitu budaya kekerasan, tidak jujur, tidak menghormati orang tua, guru dan pemimpin, rasa kebencian dan saling curiga, penggunaan Bahasa Indonesia memburuk, perilaku menyimpang (narkoba, freesex), lemahnya idealism dan nasionalisme, pragmatis & hedonis, kaburnya pedoman moral dan acuh terhadap ajaran agama.
Karakter Pancasila
Berbagai persoalan di atas menunjukkan lemahnya karakter generasi muda dan ini harus menjadi persoalan bersama. Sebenarnya Pancasila dengan sila-silanya yang mengandung nilai-nilai sekaligus menunjukkan karakter bangsa, termasuk pula generasi muda. Apakah persoalan-persoalan di atas menunjukkan Pancasila telah dilupakan ? Silahkan pembaca menjawabnya.
Karakter-karakter yang terkandung dalam Pancasila dalam setiap silanya menurut penulis dapat dituangkan secara konkrit dalam perilaku-perilaku positif sebagai berikut: Sila Pertama, menjalankan ibadah dan ajaran agama, bergaul tidak membedakan agama, etnis dan suku, serta sikap toleransi. Sila Kedua, tidakmencontek, disiplin waktu, anti tawuran dan narkoba, serta mau bekerjasama. Sila Ketiga, mengutamakan kepentingan bersama, menghargai perbedaan, belajar sejarah dan berbahasa Indonesia yang baik. Sila Keempat, penyelesaian masalah melalui musyawarah, utamakan mufakat, pemilihan ketua kelas, Osis, Senan, BEM secara demokratis. Sila Kelima, membantu teman yang kesusahan, melaksanakan kerja bakti/bakti sosial, menjaga kebersihan sekolah/kampus dan lingkungan rumah, serta tidak konsumtif dan bergaya hidup mewah. Berbagai perilaku yang mengandung karakter Pancasila tersebut apabila mulai dijalankan kiranya dapat menjadi benteng terhadap berbagai persoalan yang diungkapkan di atas. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Karakter SEPERADIK
Berdasarkan karakter-karakter Pancasila di atas, dalam rangka memudahkan internalisasinya perlu dilakukan banyak pendekatan. Salahsatunya dengan menyederhanakannya agar mudah dipahami dan merumuskannya dalam sebuah kata yang dekat dengan nilai-nilai lokal agar mudah diimplementasikan karena memang sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Terhadap karakter Pancasila bagi generasi muda di Bangka Belitung misalnya, penulis mencoba merumuskan dalam kata SEPERADIk yang lekat dalam kehidupan sehari-hari dan juga memiliki makna persaudaraan. SEPERADIK ini mengandung karakter sila-sila Pancasila dengan gabungan kata SEmangat, PEduli, RAmah, DIsiplin dan Kompak. Kelima karakter ini merupakan representatif dari kelima sila Pancasila dengan harapan dapat membawa generasi muda kita menuju Generasi Emas. Semoga
Opini Bangkapos 3 Juni 2014
Penulis : Dwi Haryadi
Dosen FH UBB dan Aktif di Ilalang Institute
UBB Perspectives
Meski Ilegal, Mengapa Bisnis Thrifting Terus Menjamur?
Tantangan Pemimpin Baru dan Ekonomi Bangka Belitung
Sastra, Kreativitas Intelektual, dan Manfaatnya Secara Ekonomi
Lindungi Anak Kita, Lindungi Masa Depan Bangsa
Akankah Pilkada Kita Berkualitas?
Hulu Hilir Menekan Overcrowded
Penguatan Gakkumdu untuk Mengawal Pesta Demokrasi Berkualitas
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka