UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
09 Januari 2022 | 11:02:00 WIB
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
Ditulis Oleh : Andri Yanto (Mahasiswa Fakultas Hukum UBB)
Pendidikan merupakan aspek fundamental dalam kehidupan berbangsa. Regenerasi responsibilitas dalam pembangunan nasional menuntut hadir, tumbuh kembang, dan peran serta generasi muda, dari waktu ke waktu secara berkelanjutan. Di tengah pragmatisme globalisasi, postmodernisme pemikiran, dan tantangan sekularisme yang kian mengakar, pendidikan menjadi diskursus yang penting sebagai instrumen pencegah, pembangun, dan pemeliharaan intelektual. Dalam konteks normatifnya, urgensi pendidikan direpresentasikan dengan amanat Pasal 31 ayat 1-4 UUD 1945, yang mewajibkan negara menyediakan akses pendidikan wajib, serta mengalokasikan sedikitnya 20% APBN sebagai investasi terhadap sumber daya manusia melalui edukasi yang berkualitas.
Sejak berdiri pada tahun 2006, Universitas Bangka Belitung memegang teguh komitmen dalam mewujudkan visi pendidikan Indonesia dan penciptaan generasi yang berkarakter, cerdas, serta bertanggungjawab. Kampus Peradaban, yang hingga kini eksis dengan 5 fakultas dan 20 Program Studi, mengkonsepsikan visi besar guna mewujudkan UBB yang dikenal dan diakui di tingkat internasional, berbasis riset, menghasilkan sumberdaya dan karya unggul di bidang pembangunan, serta nilai-nilai moral, mental, dan intelektual sebagai cerminan intelektual sivitas akademika di lingkungannya.
Tentu, penentuan visi yang terkonsentrasi dalam tagline mental, moral dan intelektual sebagai nilai dasar (fundamental norms) berangkat dari dialektika keilmuan dan filsafat yang komprehensif. Pemikiran-pemikiran yang melandasi ketiga sistem nilai itu bisa demikian kompleks dan diferensial. Namun, relevansi ketiganya secara integral dapat dipahami ketika dikomparasikan dan disistematisasi aras teleologisnya melalui analisis filsafat Pierre Bourdieu.
Habitus Komunitas Intelektual
Bourdieu merumuskan konsep habitus sebagai analisis sosiologis dan paradigma filsafat dalam analisis perilaku manusia. Dalam ruang berfikir Bourdieu, habitus diartikan sebagai nilai-nilai sosial yang hidup, dihayati, dan tercipta melalui tesis-antitesis (falsifikasi) empiris dalam jangka waktu yang lama, sehingga mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang mengkarakterisasikan setiap individu. Secara sederhana, habitus dimaknai linear dengan kebiasaan, yang terbentuk dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, internal, dan eksternal individu dalam kontemplasi kehidupannya. Habitus yang sudah terbentuk, terepresentasikan menjadi perilaku fisik, atau disebut sebagai hexis.
Dalam sudut pandang teori Bourdieu tentang habitus, karakteristik individu sangat dipengaruhi oleh faktor kondisional selama hidupnya, termasuk latar belakang dan lingkungan pendidikannya. Perguruan tinggi, sebagai basis pendidikan yang berorientasi pada pembentukan calon pemimpin berkarakter, berwawasan luas, dan berjiwa sosial tinggi tentu memainkan peran yang penting dalam menumbuhkan habitus. Dengan kata lain, kekhasan konsepsi pendidikan yang ditanamkan di lingkungan perguruan tinggi turut menentukan habituasi setiap mahasiswa dan cendekia intelektualnya.
Secara kontekstual, mental, moral, dan intelektual menjadi tiga tata nilai yang berparameter sebagai pokok atau habitus utama yang ingin dibentuk dalam diri mahasiswa di lingkungan Universitas Bangka Belitung. Moral ditanamkan sebagai landasan dalam berfikir dan bertindak, dengan menjadikan pertimbangan-pertimbangan rasional yang berorientasi kemanfaatan dan kebaikan bagi sesama. Ilmu pengetahuan, semestinya digali dan diimplementasikan secara sehat, dengan pertimbangan-pertimbangan etik dan berbudi pekerti.
Mental, adalah perwujudan sikap keberanian, kemauan, dan tekad dalam membela kebenaran, menebar kebaikan, dan mengabdikan diri dalam lingkup Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mentalitas kemahasiswaan menunjukkan kualitas dan kapabilitas dalam mengabdikan pengetahuan dan intelektualitas akademisnya, dalam upaya membangun pergerakan yang mendukung upaya-upaya perbaikan dan pembangunan kehidupan berbangsa. Peran mahasiswa dalam masyarakat linear dengan kapasitas mentalitas yang terbangun dalam paradigma berpikirnya.
Muatan ketiga, dan yang menggarisbawahi karakteristik mahasiswa, ialah intelektual. Moralitas sebagai ukuran, mental sebagai dorongan, dan intelektual menjadi titik poin yang menggerakkan dialektianya. Pergerakan kemahasiswaan harus mencerminkan kualitas intelektual, visi yang jelas, target yang komprehensif, dan upaya-upaya yang strategis. Kualitas demikian, ialah cerminan idealisme mahasiswa yang selaras dengan visi Kampus Peradaban.
Ranah dan Kapital
Meski moral, mental, dan intelektual telah menjadi tiga nilai utama yang membangun habitus dalam ruang Kampus Peradaban, namun abstraksi sifatnya masih berada dalam tahap potensialitas. Dalam teori praktik Bourdieu, konkretisasi dari habitus harus didukung oleh dua faktor modalitas lainnya, yakni ranah dan kapital.
Ranah (field) merupakan kondisi lingkungan dengan segala ketersediaan daya dukung, lenting, dan hambatannya dalam menyongsong efisiensi dan efektifitas berlakunya habitus. Bourdieu melihat ranah sebagai sebuah titik pertemuan antara das sein dan das sollen, antara apa yang diidealisasikan dengan apa yang senyatanya ada. Posisi-posisi pertemuan ini menghasilkan formula yang menentukan derajat efektifitas habitus.
Secara teoritis, Bourdieu memberikan catatan bahwa harus terdapat hubungan horizontal antara habitus (visi) dengan ranah (field). Nilai-nilai ideal yang termaktub sebagai pedoman dan tujuan teleologis, harus didukung pula dengan ketersediaan sarana-prasarana, manajemen pendidikan, pengelolaan, dan hubungan-hubungan relasional yang saling melengkapi, hanya dengan demikian, habitus bisa benar-benar terimplementasikan. Tantangan utamanya ialah bagaimana agar mental, moral, dan intelektual, sebagai maxim habitus itu memiliki suksesor dalam skema lingkungan akademik di UBB.
Terakhir, komplementar yang juga penting, ialah kapital (modal). Dukungan bagi pergerakan kemahasiswaan dan penanaman habitus yang ideal itu, selain diwujudkan dalam penciptaan ranah yang baik, juga dengan suntikan modal dan dana yang memadai. Pragmatisme ekonomi, dalam hal ini, tetap menjadi eksponen yang integral, tidak terpisahkan.
Sebagai kampus yang telah, terus, dan berkembang secara signifikan menuju peningkatan kapasitas, kuantitas, dan kualitas materiil-formil nya, UBB harus memanajemen sumber daya dan finansial secara efisien, optimal, dan bertanggungjawab.
Selain modalitas ekonomi dan finansial, dukungan lain dalam pencapaian moral, mental, dna intelektual juga memerlukan tiga bentuk modal lain, yakni modal sosial, modal kultural, dan modal simbolik. Keempat jenis modalitas ini, dalam karakterisasi teori Bourdieu, menjadi unsur-unsur yang saling mempengaruhi, dan harus diupayakan pencapaiannya.
Integritas Kampus Peradaban
Visi besar yang diusung oleh UBB dalam kontemplasi pendidikannya, selain menjadi parameter tujuan, juga merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan. Aliran modal, manajemen ranah, dan suplai sumber daya harus difungsikan potensialitasnya menjadi suplemen dalam menumbuh-kembangkan generasi yang handal.
Seiring diskurus waktu, UBB telah membuktikan manifestasi visi yang diembannya dengan menghasilkan wisudawan-wisudawati terbaik, kelas intelektual berwawasan luas, dan mahasiswa-mahasiswa berprestasi serta aktif dalam pergerakan. Meski tidak pula dipungkiri, fluktuasi dalam intensitas dan dialektika kemahasiswaan terus terjadi, namun, evaluasi dan perbaikan-peningkatan berkala tetap menjadi kunci, juga pegangan dalam upaya bersama mewujudkan kampus peradaban yang beretika dan berintegritas mengabdi untuk tujuan pembangunan tanah negeri.
UBB Perspectives
Lindungi Anak Kita, Lindungi Masa Depan Bangsa
Akankah Pilkada Kita Berkualitas?
Hulu Hilir Menekan Overcrowded
Penguatan Gakkumdu untuk Mengawal Pesta Demokrasi Berkualitas
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka