UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
25 Januari 2022 | 13:27:30 WIB
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
Ditulis Oleh : Nurvita Wijayanti (Dosen Sastra Inggris)
Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022 tak terasa sudah akan mulai berjalan kembali dengan sejumlah agenda yang cukup menantang untuk direalisasikan, terutama yang berkaitan dengan pandemi Covid-19. Kondisi pandemi yang masih belum membaik mengharuskan kebijakan-kebijakan terkait dengan hybrid learning menjadi tertunda, setidaknya pada semester ganjil yang lalu di beberapa jurusan di Universitas Bangka Belitung masih mempertahankan kelas daring. Kelas luring yang dibuka pun sebenarnya untuk mengakomodir kegiatan mahasiswa yang bersifat praktik. Sedangkan pada ilmu sosial humaniora kelas luring diinterpretasikan sebagai hal yang tingkat urgensinya belum tinggi.
Pada akhirnya toh semua dosen, tenaga kependidikan (tendik), dan mahasiswa harus juga mempersiapkan skenario terbaik mengawali kelas semester genap dengan hybrid learning yaitu 50% daring dan 50% luring. Wacana ini seyogyanya tidak diartikan sebagai penantian tangan kosong. Semua sivitas akademika diharapkan dapat memperkirakan dan mempersiapkan kemungkinan terbaik dan terburuk. Pada prinsipnya, seorang optimistis akan mengesampingkan hal kedua dan berfokus pada yang pertama.
Pada wacana hybrid learning perlu dipersiapkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang tersusun dengan jelas dan terintegrasi antara kelas daring dan luring. Lembaga yang berkepentingan perlu memberikan standar yang baku namun tetap fleksibel untuk dosen dapat menjalankannya. Standar RPS yang sebelumnya (standar online learning) sebaiknya tidak perlu dirombak total. Hanya perlu sedikit standar teknis pelaksanaan kelas luring sebanyak 50%. Tendik yang berkutat dengan jadwal kelas juga sebaiknya mempertimbangkan efisiensi waktu dan perpindahan dari satu kelas ke kelas lainnya yang tetap menaati standar protokol kesehatan. Pada intinya perpindahan jam kelas tidak sampai membuat kerumunan yang berarti. Mahasiswa pun juga harus bersiap dengan konsekuensi pembagian kelas luring dan daring. Jika dalam satu pertemuan ada kelas daring dan luring bersamaan, mahasiswa perlu menyesuaikan dengan anomali dosen mengajar yang kemungkinan lebih besar akan berpihak pada mahasiswa luring.
Dosen menjadi partisipan wacana hybrid learning yang paling digadang-gadang menyukseskan pelaksanaan kegiatan ini. Sejak awal perkuliahan daring, dosen paling disibukkan dengan mengonsep RPS dadakan dimana trial and error tidak terelakkan lagi. Pun dua semester ke depannya, dosen nampak terengah-engah dengan konsep RPS daring dan penyesuaian dengan platform Learning Management System (LMS) yang dipunyai universitas yaitu siakad.ubb.co.id. Hal-hal demikian menjadi tantangan bagi tiap-tiap dosen dalam memberikan pengajaran yang efektif dan efisien selama kelas daring. Dua hal yang dapat diambil hikmahnya dalam dua tahun terakhir masa pandemi adalah pola dosen mengajar dan hasil belajar mahasiswa.
Meskipun sudah terstandar melalui RPS daring, pola dosen mengajar masih terkonsep luring. Penggunaan konferensi video/aplikasi mengobrol/grup kelas ditampilkan layaknya kelas konvensional, sehingga ketika ada kendala terbatasnya paket data dan sinyal baik dari masing-masing pihak kadang tidak mendapat toleransi. Padahal bukan itu esensi dari belajar daring, bukan?
Dosen digadang memiliki jurus yang mumpuni untuk mentransfer ilmu walaupun dalam kondisi berjauhan secara fisik. Tantangan kelas daring adalah bagaimana transfer ilmu tadi dapat secara baik masuk ke alam sadar mahasiswa yang kemudian memantik mahasiswa untuk belajar lanjutan secara mandiri. Pada akhirnya dosen harus menginspirasi diri sendiri untuk dapat menularkannya kepada mahasiswanya dengan cara memberikan penyampaian yang menarik dan ringkas. Dosen dapat belajar lagi tentang daya magis public speaking yang membuat mahasiswa betah nongkrong di platform video conference atau sesegera mungkin mengakses video tutorial dari dosen tersebut demi mendengarkan penjelasan yang tertata. Dosen juga lagi-lagi dituntut untuk menyiapkan materi ajar yang mudah untuk dibaca dan dipahami dalam porsi pertemuan yang bersifat penugasan. Sehingga mahasiswa pun berbondong mengakses materi tersebut, membaca, dan mengerjakan apa yang tertulis dalam penugasan. Pola terakhir adalah diskusi yang seharusnya hidup selayaknya di kelas konvensional. Di kelas daring pun diskusi seharusnya menjadi hal yang tak terbatas waktu dan ruang. Grup-grup WhatsApp menjadi ramai bukan hanya pada waktu jam kelas namun di luar jam kelas, yang bisa saja dosen tetap memberikan umpan balik dalam jam kerja.
Hasil belajar mahasiswa menjadi tolak ukur keberhasilan seorang dosen dalam mentransfer ilmu, walaupun dalam beberapa kasus sulit untuk memberikan validasinya. Dalam hal ini banyak tantangan bagi dosen dalam memberikan format tes atau assesment yang dapat secara valid menggambarkan capaian hasil belajar mahasiswa. Tetapi jika merujuk pada pola mengajar dosen yang terus berupaya menghidupkan diskusi baik di kelas video conference atau grup WhatsApp, tentu dosen akan melihat seberapa aktif dan kritis mahasiswanya sehingga penilaian tengah semester maupun akhir semester mungkin tidak lagi mendapatkan porsi terbanyak dalam total penilaian.
Pada akhirnya sinergi antar sivitas akademika yang baik akan menghasilkan luaran yang baik pula dalam kondisi pandemi ini. Sinergitas yang berjalan sesuai dengan porsi masing-masing akan menghilangkan stigma bahwa belajar daring adalah belajar yang membosankan, tanpa arah, dan membagongkan baik untuk dosen, tendik, pemangku kebijakan, dan mahasiswa. Jadi mari bersiap pada skenario terbaik menyambut semester genap Tahun Ajaran 2021/2022.
UBB Perspectives
Lindungi Anak Kita, Lindungi Masa Depan Bangsa
Akankah Pilkada Kita Berkualitas?
Hulu Hilir Menekan Overcrowded
Penguatan Gakkumdu untuk Mengawal Pesta Demokrasi Berkualitas
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka