UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
04 Februari 2022 | 16:23:59 WIB
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Ditulis Oleh : Umulya Islaha (Alumnus Prodi Akuntasi UBB)
Ada stigma yang berkembang di kalangan mahasiswa yang cukup membuat Penulis gelisah, yakni banyak mahasiswa yang terjebak dengan anggapan bahwa nilai atau yang lebih dikenal dengan IPK yang diperoleh selama menjalani proses perkuliahan itu tidak terlalu penting untuk melamar suatu pekerjaan setelah lulus nantinya. Melainkan yang terpenting bagi mereka adalah keaktifan dan pengalaman dalam berorganisasi.
Bagi teman-teman Mahasiswa yang memiliki paradigma berpikir begitu— nilai hanya suatu angka yang tertera pada 1 lembar kertas saja, karena grade nilai yang tinggi di lembar kertas itu tidak menjamin mahasiswa tersebut mampu melaksanakan suatu pekerjaan ketika nanti terjun ke dunia rill setelah lulus dari kampus.
Oleh karena berkembangnya anggapan ini juga, Penulis melihat beberapa mahasiswa memilih lebih aktif saat berada di organisasinya dibandingkan saat berada di kelas untuk mengikuti perkuliahan secara tertib dan penuh antusiasme.
Paradigma berpikir ini tentu kurang tepat, sebab menurut Penulis, ketika mahasiswa memilih fokus mengikuti organisasi kemahasiswaan, bukan berarti bisa mengabaikan segala tugas yang ada di perkuliahan. Di satu sisi, penulis meyakini bahwa mengikuti suatu organisasi memang dapat menambah soft skill, melatih leadership, belajar manajemen waktu, memperluas jaringan dan networking, mengasah kemampuan sosial, meningkatkan kemampuan problem solving atau manajemen konflik serta berbagai pengalaman dalam melaksanakan program kerja yang dapat menjadi bekal dan poin tambahan untuk menghadapi seleksi dalam dunia kerja. Namun ingat, yang paling penting, Mahasiswa juga tentu harus melaksanakan kewajibannya untuk mengikuti proses pembelajaran akademik dengan baik dan tertib. Adapun proses pembelajaran sang Mahasiswa dapat dikatakan telah terlaksana dengan baik, salah satu indikatornya yakni dengan melihat nilai yang diperoleh pada lembar kerta KHS (Kartu Hasil Studi)-nya.
Lantas apakah nilai yang diraih tersebut akan berpengaruh signifikan pada kelancaran dalam proses melamar pekerjaan setelah lulus nantinya? Jawabannya tentu saja sangat berpengaruh. Sebab sebagian besar perusahaan dan instansi yang melakukan open recruitment tenaga kerja baru memiliki kriteria khusus terutama dalam hal nilai. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya persyaratan administrasi open recruitment yang mencantumkan syarat minimal IPK dan melampirkan transkip nilai akademik untuk melihat nilai-nilai per mata kuliah dari pelamar kerja.
Sebagai contoh sederhana dapat dilihat salah satunya yaitu pada saat proses seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang banyak sekali diminati oleh calon pelamar kerja. Saat proses tahapan awal seleksi penerimaan CPNS tersebut, panitia seleksi atau sistem tidak langsung melihat keaktifan calon pelamar pekerjaan berdasarkan sertifikat atau surat keterangan keaktifan organisasi dan surat pengalaman kerja, namun yang pertama kali dilihat adalah keselarasan persyaratan administrasi calon pelamar dengan syarat yang telah ditentukan, yakni salah satunya adalah batas minimal nilai IPK pelamar. Apabila calon pelamar tersebut memiliki segudang pengalaman kerja maupun organisasi, tapi nilai IPK nya belum memenuhi kriteria, maka otomatis calon pelamar tersebut tetap tidak akan lolos seleksi administrasinya.
Jadi, pesan Penulis, teman-teman mahasiswa mulailah menggeser paradigma berpikir yang mengganggap bahwa dengan hanya aktif berorganisasi— tanpa upaya menseriusi perolehan IPK setiap semester, akan membuat masa depan lebih baik dan menjamin dalam proses perekrutan kerja dibandingka mereka yang memilih untuk hanya fokus berproses di kelas. Berorganisasi memang penting untuk memperkaya berbagai skill yang penulis sebutkan sebelumnya, namun ambisi meningkatkan IPK menjadi maksimal itu juga sangat penting penting, karena Ia masih menjadi indikator utama kualitas Mahasiswa atau Sarjana, dan indikator utama juga bagi pihak instansi pemerintahan atau perusahaan swasta pada umumnya ketika merekrut tenaga kerja.
(Penulis merupakan Alumnus Prodi Akuntasi UBB/ Staff Supporting Perbendaharaan BPKKU UBB)
UBB Perspectives
Meski Ilegal, Mengapa Bisnis Thrifting Terus Menjamur?
Tantangan Pemimpin Baru dan Ekonomi Bangka Belitung
Sastra, Kreativitas Intelektual, dan Manfaatnya Secara Ekonomi
Lindungi Anak Kita, Lindungi Masa Depan Bangsa
Akankah Pilkada Kita Berkualitas?
Hulu Hilir Menekan Overcrowded
Penguatan Gakkumdu untuk Mengawal Pesta Demokrasi Berkualitas
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka