UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
23 April 2022 | 15:14:20 WIB
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Ditulis Oleh : Reza A. Suntara
Reza A. Suntara (Dosen Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Bangka Belitung)
Invasi militer yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina menjadi peristiwa yang mengundang perhatian hampir seluruh warga dunia. Betapa tidak, serangan yang diluncurkan Rusia benar-benar mengejutkan dan memberi efek yang sangat buruk bagi warga dan beberapa wilayah di negara Ukraina yang sejatinya merupakan sebuah negara berdaulat. Jikalau pun berkaca pada sejarah, Ukraina yang dulunya merupakan wilayah Uni Soviet secara praktik kenegaraannya saat ini telah benar-benar terpisah dengan Rusia pasca runtuhnya kekuasaan Soviet di wilayah Eropa Timur tersebut.
Sikap Vladimir Putin, sang penguasa Rusia menjadi faktor utama terjadinya aktivitas militer di sana. Putin menuturkan bahwa tujuan invasi ini adalah pergantian rezim pemerintahan Ukraina serta demiliterisasi dan deNazifikasi. Namun tidak dipungkiri juga, apabila merujuk pada situasi gejolak politik dan militer di sana terlihat bahwa adanya kekhawatiran Rusia akan masuknya Ukraina menjadi bagian North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan meningkatnya hegemoni barat di sekitar wilayah Rusia. Imbas dari masalah ini mulai merebak ke beberapa sektor kehidupan masyarakat dunia, mulai dari ekonomi, politik, pertahanan-keamanan, hingga pada sektor teknologi informasi (IT). Sektor yang disebutkan terakhir ini menjadi salah satu sektor yang terdampak dengan sangat cepat, jelas saja karena perkembangan IT khususnya internet hari ini menjadi bagian kehidupan bagi seluruh masyarakat di setiap belahan bumi mana pun.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah pengguna internet yang sangat besar tak terelakkan dalam konsumsi pemberitaan dan informasi media mengenai perang di Eropa Timur tersebut. Berkembangnya pemberitaan yang diproduksi oleh berbagai media baik dari Rusia, Ukraina, bahkan juga media dari negara yang lain semakin memperjelas gambaran bahwa perang antara keduanya sudah benar-benar mengarah pada ranah siber. Adapun yang menjadi sasaran utama dalam efek perang siber adalah pembentukan paradigma masyarakat yang kemudian dapat mengarah pada lahirnya simpati bagi salah satu pihak negara yang tengah berkonflik.
Bahaya di Era Post Truth
Akses informasi yang sangat mudah didapatkan dan mudah pula untuk dibagikan menjadi efek baik sekaligus juga efek yang buruk bagi perkembangan IT. Tidak sedikit berita bohong yang berkembang dan dramaturgi yang dimainkan melalui riasan media. Bahkan dampak yang juga tidak kalah berbahayanya adalah ketika masyarakat mulai mendapati biasnya kebenaran akan sebuah informasi. Sehingga banyak masyarakat yang mudah mempercayai sesuatu hanya karena melihat satu unggahan dari sebuah media massa maupun media sosial.
“Kebohongan yang diceritakan satu kali merupakan sebuah kebohongan, namun kebohongan yang diceritakan ribuan kali akan menjadi sebuah kebenaran”, ungkapan Paul Joseph Goebbles yang merupakan seorang politisi Jerman era Hitler ini tidak ada salahnya untuk kita pelajari dalam menghadapi era yang penuh bias akan kebenaran atau disebut era Post Truth.
Dewasa ini marak sekali informasi yang muncul melalui berbagai media, bergerak seolah merupakan kebenaran namun ternyata tidak benar sama sekali. Maka dari itu istilah hoax menjadi salah satu kata populer dalam satu dekade terakhir ini. Kebohongan demi kebohongan diciptakan oleh pihak tertentu dengan sengaja sehingga masyarakat secara sadar menganggap bahwa kebohongan tersebut merupakan sebuah kebenaran karena intensitas pengulangan informasi yang tinggi dan juga kepercayaan masyarakat yang sudah terbentuk. Maka jelas ungkapan Goebbles semakin nyata hari ini.
Kemudahan akan mempercayai sesuatu di era Post Truth tanpa melakukan peninjauan kembali terhadap informasi yang didapatkan merupakan sikap yang mencerminkan sesat pikir, karena di era ini kebenaran tidak dapat diterima hanya dari satu rujukan sumber, sekalipun hal tersebut dikemukakan oleh media besar internasional. Sejalan dengan hal ini, dapat dipastikan bahwa akan banyak juga informasi yang diterima masyarakat Indonesia mengenai perang Rusia dan Ukraina. Hal ini tentu saja dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk membentuk frame pikiran masyarakat, yang kemudian membuat masyarakat secara subjektif membenarkan maupun mengutuk tindakan yang dilakukan oleh negara yang didukungnya.
Jadi Netizen yang Cerdas dan Bijaksana
Bahaya akan biasnya suatu kebenaran dalam media massa maupun media sosial harus ditanggapi dengan pemikiran yang cerdas dan bijaksana, sehingga warga internet (netizen) Indonesia dapat memahami suatu informasi dengan cara pandang holistik. Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan oleh netizen Indonesia dalam menghadapi bahaya misinformasi pada masa dinamika politik dan militer dunia saat ini, yakni seperti berikut:
1. Menggali informasi tidak hanya dari satu sumber
2. Bersikap skeptis (ragu-ragu dan tidak mudah percaya) terhadap segala informasi yang diterima
3. Bertindak bijaksana dengan tidak mudah melakukan share tanpa peninjauan kembali isi informasi.
Tiga poin tersebut setidaknya dapat menjadi sistem filtrasi akan informasi yang didapatkan oleh para netizen, sehingga harapannya warga Indonesia tidak mudah untuk menunjukkan sikap pro maupun kontra kepada Rusia atau Ukraina hanya karena sebuah informasi mentah yang didapatkannya.
Apabila ditinjau dari sudut pandang politik luar negeri Indonesia, negara kita memiliki konsep politik bebas-aktif yang berarti tidak mudah pro ataupun kontra pada satu pihak yang tengah berkonflik. Bahkan sebagai negara yang juga merupakan salah satu pendiri Gerakan Non Blok, Indonesia berada pada posisi netral untuk mampu mendorong tumbuhnya perdamaian di Ukraina. Hal tersebut sejatinya telah diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 mengenai tujuan nasional Indonesia yang salah satunya adalah untuk melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Maka dari itu jelas bahwa kaca mata Indonesia dalam melihat suatu konflik militer antar negara adalah menilainya sebagai tindakan yang harus segera mungkin dientaskan karena tidak sesuai dengan konsep ketertiban dunia dan perdamaian abadi.
Maka dari itu masyarakat Indonesia baiknya menyadari konteks tersebut dan memiliki pandangan kolektif bahwa tidak ada satu alasan pun untuk melegitimasi pertumpahan darah dalam suatu negeri. Netizen Indonesia harus turut menjalankan politik bebas aktif di dunia maya dengan mendukung upaya percepatan resolusi konflik antara Rusia dan Ukraina. Jalan terbaik bagi sebuah konflik adalah perdamaian, bila pun itu sulit untuk dilakukan setidaknya kita memahami bahwa tiada kemustahilan dalam sebuah kesulitan, sehingga semuanya harus terus diupayakan dan segera direalisasikan oleh para pihak yang berkonflik serta oleh organisasi negara dunia yang memiliki tanggung jawab atas penciptaan kondisi damai di seluruh wilayah negara dunia.
Note:
Tulisan dimuat juga di Bangka Pos, edisi Jumat, 1 April 2022
UBB Perspectives
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka
GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)
Kenalkan Bangka Belitung dengan Foto !
DNSChanger dan Kiamat Kecil Internet