UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
05 Desember 2022 | 18:57:48 WIB
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Ditulis Oleh : Dea Violeta

(Mahasiswi Sosiologi Semester 3 Universitas Bangka Belitung)
Baru-baru ini, isu mengenai kesehatan mental menjadi isu yang banyak diperbincangkan oleh publik. Kesehatan mental menjadi suatu masalah yang sampai saat ini belum menemukan titik terang untuk mengatasinya. Ada begitu banyak keresahan, kebimbangan, dan kekhawatiran yang terus menghantui diri suatu individu, terutama mahasiswa yang akhirnya berujung kepada masalah kesehatan mental. Mengapa mahasiswa? Karena pada saat memasuki bangku perkuliahan mahasiswa sedang memasuki fase quarter life crisis. Quarter life crisis merupakan periode ketika seseorang sedang mencari jati dirinya pada saat mencapai usia pertengahan 20 hingga awal 30 tahun (Afifah, 2022). Pada saat memasuki fase quarter life crisis, mahasiswa akan mengalami kecemasan, keraguan, kekhawatiran, ketidakstabilan, hingga merasa seolah-olah kehilangan arah. Apalagi, ketika memasuki bangku perkuliahan akan ada banyak penyesuaian-penyesuaian baru yang harus dihadapi oleh mahasiswa. Bila mahasiswa tidak bisa mengendalikan berbagai perasaan negatif yang dialami, maka akan sangat berdampak kepada kesehatan mental mahasiswa tersebut dan berujung melakukan tindakan yang fatal.
Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization) memaparkan bahwa sebanyak 1 miliar orang di dunia hidup dengan adanya masalah gangguan mental. Pada saat memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia pada tahun 2020, WHO memaparkan bahwa sebanyak 3 juta orang yang meninggal setiap tahunnya akibat penggunaan alkohol dan setiap 40 detik ada satu orang meninggal karena bunuh diri. Berdasarkan data riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 menemukan bahwa prevalensi orang dengan gangguan jiwa berat meningkat dari angka 0,15% naik menjadi 0,18%. Kemudian, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun keatas meningkat dari angka 6,1% naik menjadi 9,8% (Hafiy & Salmayanti, 2020). Bila melihat angka gangguan kesehatan mental yang kian meningkat dari tahun ke tahun, rasanya isu kesehatan mental ini akan semakin penting untuk dibahas.
Menurut penulis, salah satu kelompok/kalangan yang kerap mengalami masalah kesehatan mental ini adalah kalangan/kelompok mahasiswa. Kerap terjadi, saat seseorang memasuki bangku perkuliahan, mereka mengalami fase hidup dengan emosi yang tidak stabil, rasa cemas, takut tidak bisa beradaptasi dengan baik, dan belum memiliki kemampuan yang memadai untuk bisa memecahkan masalah yang dialami. Apalagi, di masa perkuliahan, mahasiswa seringkali dihadapi dengan berbagai tantangan dan rintangan yang belum tentu mereka siap untuk bisa menghadapinya. Ada mahasiswa dengan tipe struggle, yang kuat untuk menghadapi setiap masalah, tetapi ada juga mahasiswa yang tidak kuat untuk menghadapi masalah yang dialami, sehingga berujung kepada gangguan kesehatan mental.
Menurut Nuansa (2022), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mahasiswa, di antaranya faktor keluarga, pergaulan, pertemanan, gaya hidup, dan berbagai faktor lainnya. Masalah kesehatan mental seolah-olah terus menghantui para mahasiswa, apalagi dengan munculnya berita baru-baru ini mengenai mahasiswa UGM yang diduga bunuh diri dengan lompat dari lantai 11 hotel. Penyebab mahasiswa tersebut bunuh diri adalah adanya gangguan psikologi. Korban tersebut berjenis kelamin laki-laki, berusia 18 tahun dan merupakan mahasiswa baru. Bila melihat dari kejadian tersebut, pastinya banyak orang yang berpikir bahwa bagaimana bisa seorang mahasiswa yang baru masuk kuliah bisa mengalami gangguan psikologi.
Gangguan psikologi bisa dialami kapan saja oleh seorang mahasiswa. Bisa saja ketika memasuki awal perkuliahan ada begitu banyak penyesuaian-penyesuaian yang harus dihadapi karena pada masa awal perkuliahan akan adanya proses transisi dari bangku sekolah ke bangku kuliah, dan tidak semua mahasiswa yang mudah melewati proses transisi tersebut. Pada saat memasuki bangku perkuliahan, banyak mahasiswa yang harus terpisah dari orang tua, keluarga, dan orang-orang terdekatnya. Hal ini bisa saja mempengaruhi mental mereka, karena ketika jauh dari orang tua, keluarga, dan orang-orang yang disayangi, mereka cenderung tidak punya tempat untuk bercerita, berkeluh kesah, dan menuangkan perasaan yang mengganjal lainnya. Ditambah lagi, menurut penulis, tidak mudah bagi seorang mahasiswa untuk bisa beradaptasi dengan pertemanan ataupun pergaulan yang baru.
Melihat dengan begitu banyaknya kasus-kasus terdahulu mengenai mahasiswa yang terkena gangguan kesehatan mental dan berujung kepada mengakhiri hidupnya, membuka pandangan semua orang (terutama mahasiswa) agar bisa peduli dan tidak menyepelekan masalah kesehatan mental ini. Perlu adanya kesadaran dalam diri setiap mahasiswa akan pentingnya menjaga kesehatan mental, menghindari orang-orang yang akan membuat mental down. Hal inilah yang harusnya menjadi pembelajaran untuk semua mahasiswa di luar sana akan pentingnya menjaga kesehatan mental diri sendiri. Jangan pernah merasa bahwa masalah kesehatan mental adalah hal yang sepele, ini merupakan masalah yang sangat penting untuk perlu disadari. Perlu diingat pula bahwa semua perasaan yang dirasakan adalah valid, semua orang berhak untuk merasa sedih, menangis, kecewa, marah akan suatu keadaan yang terjadi. Akan tetapi, perlu untuk diingat bahwa kesehatan mental harus tetap terjaga karena tidak ada satu orang pun yang akan bertahan selamanya ada di sisi kita selain diri kita sendiri. Terdapat beberapa hal yang bisa diterapkan untuk mengatasi agar kesehatan mental mahasiswa tetap terjaga, seperti memiliki waktu untuk diri sendiri, jangan membebani diri sendiri, memiliki waktu tidur yang cukup, membatasi diri berinteraksi dengan orang-orang yang dapat menguras energi, rajin beribadah, dan tentunya tetap terhubung dengan keluarga.
Sayangilah diri kita, jaga kesehatan mental kita karena masa depan kita masih panjang. Jangan melakukan tindakan yang berakibat fatal, seperti bunuh diri, melukai diri, dan tindakan negatif lainnya karena masih banyak hal-hal yang lebih indah dan menyenangkan yang akan bisa ditemui di masa depan. Dan untuk para pembaca semuanya, jangan pernah menjadikan bahan olokan atau candaan orang-orang dengan gangguan mental karena masalah tersebut merupakan masalah yang serius. Cobalah untuk menjadi pendukung yang baik bagi teman ataupun orang sekitar kalian yang sedang berjuang menghadapi gangguan mental yang dialami. Berusaha untuk memberikan semangat dan tidak membuat mereka semakin down. Sekecil apapun dukungan yang kalian berikan itu akan sangat bermanfaat bagi mereka yang sedang berjuang dengan kesehatan mental yang dialami. Masalah kesehatan mental ini akan dapat diatasi bila semua pihak bisa berkontribusi dengan baik dalam menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan mental.
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka
GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)
Kenalkan Bangka Belitung dengan Foto !