+62 (0717) 422145 Senin-Jumat: 07.30 - 16.00 WIB
Link Penting UBB

Artikel UBB

Universitas Bangka Belitung's Article
05 Desember 2022 | 19:02:39 WIB


Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong


Ditulis Oleh : Geland Putricia


(Mahasiswi Sosiologi Universitas Bangka Belitung)

Kampong atau kampung Air Lanci ialah suatu daerah yang ada di Kabupaten Belitung Timur. Daerah ini masih memegang teguh kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau sakral, salah satunya percaya terhadap kesaktian yang ada pada dukun kampungnya. Masyarakat kampong Air Lanci masih mewarisi kepercayaan nenek moyangnya secara turun temurun, terutama mengenai dukun kampongnya.

Dukun Kampong merupakan salah satu petuah adat yang ada dalam masyarakat Belitung. Dukun Kampong memiliki eksistensi yang tinggi pada sebuah masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, dukun kampong memiliki peran yang sangat kuat dalam hal yang berbau sakral. Dukun di Belitung memiliki berbagai macam penamaan sesuai dengan peran yang dilakukannya seperti dukun santet berperan dalam hal mengguna-gunai orang, dukun beranak berperan untuk membantu ibu-ibu melahirkan, dan dukun kampong berperan dalam hal membantu masyarakat desanya menyelesaikan berbagai permasalahan, contohnya sebagai perantara antara manusia dengan makhluk tak terlihat, melindungi kampungnya dari gangguan makhluk gaib, serta menyembuhkan orang dari berbagai macam penyakit.

Dalam masyarakat Kampong Air Lanci, dukun kampong sering dijadikan sebagai alternatif penyembuhan. Dukun kampong dalam hal ini berperan seperti tabib yang menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an dalam proses pengobatannya. Selain dibacakan ayat, pasien yang minta diobati biasanya diberi air atau jampi-jampi yang berisi obat-obat tradisional seperti kunyit, kapur, dan kencur yang sudah dibacakan doa oleh dukun tersebut.

Dalam hal pengobatan, beberapa pengalaman empiris, menunjukkan bahwa peran dukun kampong Air Lanci sangat efektif. Pernah terjadi pada saudara penulis sendiri, ketika Ia demam panas, lalu dibawa berobat ke dukun kampong. Setelah di pedaraan, yaitu diberi tanda tambah dari kunyit dan kapur di dahi, telapak tangan, dan telapak kaki, kemudian diberi air jampi dan obat tradisional lain, keesokan harinya saudara saya tersebut langsung sembuh.

Maras Taun
Masyarakat Air Lanci juga menggunakan dukun kampongnya sebagai perantara antara dunia manusia dengan dunia supranatural. Hal ini dapat dilihat pada acara Maras Taun.

Maras taun adalah bentuk rasa syukur atas kelimpahan rezeki dari hasil panen yang melimpah bagi para petani padi di Pulau Belitung yang dilakukan dengan bersedekah kepada kekuatan alam di saat masyarakat masih menganut kepercayaan animisme. Namun, ketika Islam masuk, bentuk rasa syukur tersebut hanya ditujukan kepada Allah SWT. Saat acara ini akan dilaksanakan di sebuah kampong terutama kampong Air Lanci, peran dukun kampung sangat menonjol. Sebelum acara Maras Taun dilangsungkan, biasanya saat pagi hari dukun kampong pergi ke hutan untuk “berbicara” dengan makhluk halus agar mereka tidak mengganggu masyarakat dan kampungnya selama satu tahun ke depan. Selain itu, dukun kampung juga membagikan kesalan, yang terdiri dari air campur tepung beras cerai, daun ati-ati, dan daun neruse atau daun gandarusa. Kesalan ini biasanya diusapkan ke badan dan ditabur-tabur ke sekililing rumah, yang berguna untuk melindungi diri dan orang dalam rumah dari gangguan makhluk halus, serta untuk membuang kesialan bagi masyarakat setempat.

Salah satu peran terpenting dukun kampong di Air Lanci yaitu saat hajatan, terlihat bahwa  saat acara hajatan apabila belum ada dukun kampong maka hajatan tersebut belum bisa dimulai. Tuan rumah biasanya menunggu sampai dukun kampong hadir di rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sangat menghargai kehadiran dukun kampong. Masyarakat Belitung bilang "misal dakde dukun kampong ne lum telalu gawai kite" yang berarti kalau tidak ada dukun kampung, hajatan kita belum bisa dimulai. Dalam artian ini bisa dikatakan bahwa dukun kampong sebagai petua atau orang yang paling didahulukan dalam hal apapun. 
Dalam hajatan, dukun biasanya yang harus mencicipi makanan terlebih dahulu. Dalam masyarakat Belitung dikenal dengan sebutan makan bedulang, yaitu tradisi makan masyarakat Belitung yang diperuntukkan untuk empat orang dalam satu dulang. Dukun kampong sebagai pendahulu makan dalam suatu acara hajatan, begini cara masyarakat Belitung menghormati tetuanya.

Peran dukun kampong yang tidak banyak orang ketahui yaitu dalam berume atau berladang. Peran dukun sangat besar seperti menentukan tempat atau batas-batas bagi masyarakat untuk menanam padi hingga masa panen padi tersebut. Para petani padi juga tidak lupa mengucapkan rasa syukur kepada dukun kampong yaitu dengan memberikan hasil panen mereka kepada dukun kampungnya berupa beras baru.

Dalam masyarakat Belitung, dukun kampung sudah ada sejak zaman dahulu dan telah menjadi kepercayaan nenek moyang mereka yang diturunkan hingga ke anak cucu. Peran dukun kampung sampai sekarang masih efektif. Jika ada yang sakit, setiap ada hajatan, baik itu upacara adat atau pernikahan, diberikan kepada dukun kampung untuk dijamu. Kepercayaan masyarakat terhadap dukun kampong masih melekat kuat hingga saat ini.



UBB Perspectives

Juga Untuk Periode Berikut

Untuk Periode Berikut

Stereotipe Pendidikan Feminis

Urgensi Perlindungan Hukum Dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Pekerja Anak Di Sektor Pertambangan Timah

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Asal Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) yang Berpotensi Sebagai Probiotik

Pemanfaatan Biomikri dalam Perlindungan Lingkungan: Mengambil Inspirasi dari Alam Untuk Solusi Berkelanjutan

FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung

Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban

Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial

Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas

Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana

Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?

Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE

UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?

Membangun Kepercayaan dan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Serta Transparansi Alokasi Pajak

Peran Generasi Z di Pemilu 2024

Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi

Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung

Peran Pemerintah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Protein Hewani Melalui Pemanfaatan Probiotik dalam Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska)

TIMAH “BERPERI”

Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?

Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental

Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia

Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK

HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?

Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?

Jalan Ketiga bagi Sarjana

Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum

SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM

Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi

Merebut Hati Gen Z

Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru

Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi

PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)

Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan

PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA

Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi

Xerosere* Bangka dan UBB

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan

SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?

RELASI MAHA ESA DAN MAHASISWA (Refleksi terhadap Pengantar Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum)

KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA

Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus

Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai

Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi

Hybrid Learning dan Skenario Terbaik

NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN

Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu

PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN

Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi

Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital

Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB

TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA

TATAP MUKA

Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai

MENJAGA(L) LINGKUNGAN HIDUP

STOP KORUPSI !

ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)

KARAKTER SEPERADIK

SELAMAT BEKERJA !!!

ILLEGAL MINING

Pers dan Pesta Demokrasi

PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

GENERASI (ANTI) KORUPSI

KUDETA HUKUM

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU

Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???

Memproduksi Kejahatan

Potret Ekonomi Babel

Dorong Kriminogen

Prinsip Pengelolaan SDA

Prostitusi Online

Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers

JUAL BELI BERITA

POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN

Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka

Budidaya Ikan Hias Laut

Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu

KEPUASAN HUKUM

JANGAN SETOR KE APARAT

JAKSA TIPIKOR SEMANGAT TINGGI

Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka

GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)

Berebut Kursi Walikota

Kenalkan Bangka Belitung dengan Foto !