UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
05 Desember 2022 | 19:10:26 WIB
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Ditulis Oleh : Yang Azzahra

(Mahasiswi Sosiologi UBB)
Belakangan ini Jasa Sewa Pacar semakin trending di Indonesia khususnya di kota-kota besar seperti Malang, Surabaya, Jakarta, dan beberapa kota lainnya. Berawal dari salah satu platform akun Facebook “Rental Girlfriend Uwu” yang menyediakan jasa sewa pacar untuk kencan online maupun offline di Indonesia. Mereka membentuk agensi sebagai penyedia talent-talent yang akan dipekerjakan untuk jadi pacar sewaan. Dikarenakan ini adalah sebuah jasa, maka mereka memiliki berbagai varian tarif harga sesuai kebutuhkan klien. Sekadar menjadi pengetahuan bersama bagi kita, bahwa sebetulnya trend jasa sewa pacar ini sudah lebih dulu hadir dan viral di Jepang, sehingga yang terjadi di beberapa kota di Indonesia saat ini, bisa dikatakan sebagai gejala/peristiwa sosial yang diadopsi serta adaptasi dari budaya Jepang.
Menurut penulis, Pacar Sewaan ini merupakan hubungan yang terbatas oleh kesepakatan tarif harga dan jangka waktu pendek. Pacar sewaan ini bisa menjadi pacar atau kekasih dalam waktu sehari, seminggu atau mungkin sebulan, bukan untuk jangka panjang. Di dalam hubungan ini mereka bisa chattingan, VC (video call), SleepCall, PAP, dan sebagai untuk kencan online. Sedangkan kencan offline-nya, mereka bisa jalan bareng, partner ke acara kondangan atau pertemuan keluarga.
Salah satu talent dari jasa sewa pacar bisa dilihat di channel youtube Gritte Agatha yang berjudul JASA SEWA PACAR “LOVE IN CONTRACT” IN REAL LIFE. Di dalam video itu memberitahukan kepada kita bagaiamana cara kerja dia sebagai penyedia jasa sewa pacar. Seperti sistem kerjanya, aktivitas yang dilakukan bersama klien, hingga tarif harga untuk menyewanya.
Melihat situasi ini, penulis berpendapat ada beberapa alasan seseorang ingin Sewa Pacar yaitu:
1. Tuntutan sosial
Tidak dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia cukup ikut campur dalam sebuah hubungan seseorang. Mereka sering menanyakan hal-hal tentang hubungan seperti “apakah kamu sudah punya pacar?”, “Kapan kamu akan punya pacar”, “kenapa kamu belum punya pacar”, dll yang kadang-kadang membuat kita menjadi risih dan bahkan tidak percaya diri. Mereka seolah-olah mewajibkan kita untuk sudah memiliki pacar, padahal untuk menjalin sebuah hubungan tidak semudah itu. Dengan tuntutan-tuntutan inilah beberapa orang mencoba merelakan uangnya untuk menyewa pacar sebagai solusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat.
2. Merasa kesepian
Perasaan kesepian ini memang terkadang membuat beberapa orang menjadi jenuh dengan kesendiriannya sehingga beberapa saat mereka membutuhkan seseorang untuk menemaninya. Pacar Sewaan ini menjadi hal yang dianggap cocok bagi beberpa orang tersebut untuk menemani kesepiannya walau hanya sementara., sehingga mereka juga rela untuk mengeluarkan uangnya membayar jasa itu.
3. Ikut-ikutan
Sesuatu yang menjadi viral di Indonesia memang sangat mudah menjad trend yang akan diikuti. Salah satunya Jasa Sewa Pacar ini, tidak semua dari mereka menyewa pacar untuk memenuhi kesepiannya atau tuntutan social tapi hanya sekedar ikut-ikutan untuk merasakan sesuatu yang baru ini. Merasa lebih gaul dan lebih kekinian jika ikut trend ini dan tentu mereka rela untuk membayar ini semua.
Alasan-alasan diatas sebenarnya menunjukkan permasalahan baru bagi anak muda Indonesia zaman sekarang mengenai esensi sebuah hubungan nyata dan kesehatan mental. Pacar sewa merupakan hubungan yang tidak nyata, hanya sekedar memberikan penyelesaian masalah dan kebahagian sementara. Bagi mereka yang terlibat dalam aktivitas Jasa Pacar Sewa ini harus dapat mengendalikan perasaan emosionalnya. Klien ataupun Talent dalam Jasa Sewa Pacar ini tidak boleh saling menaruh harapan lebih satu sama lain. Karena aktivitas ini hanya sebatas professional kerja.
Kita tidak pernah tahu, jika dalam aktivitas itu dapat tidak sengaja salah satu dari mereka bisa memiliki perasaan lebih, dalam artian tidak hanya sekadar sebagai klien atau talent, mereka tidak bisa mengungkapkan itu sehingga dapat menimbulkan sakit hati. Aktivitas ini tidak lagi menjadi solusi malah menjadi masalah baru. Lalu, mengenai tuntutan sosial menurut penulis sebenarnya dengan menyewa pacar tidak bisa menyelesaikan permasalahan. Karena menghadapi tuntutan sosial bukan dengan mengiyakan pertanyaan mereka dengan kita seolah-olah punya pacar. Tetapi, berani percaya diri dengan pilihan hidup kita. Jika memang belum saatnya menemukan sesorang untuk diajak menjalin hubungan, jangan dipaksakan dengan menyewa pacar demi mengesankan orang-orang di sekeliling kita.
Permasalahan kesepian juga tidak bisa diselesaikan penuh dengan menyewa pacar, karena Jasa Sewa Pacar ini terbatas oleh waktu. Klien dan talent menjalin sebuah hubungan dengan kontrak jangka waktu pendek bisa sehari, seminggu, atau sebulan setelah kontrak itu selesai, kesepian akan timbul lagi. Daripada menyewa pacar, cobalah perlahan-lahan untuk berdamai pada diri sendiri dan terbuka dengan orang lain di kehidupan nyata. Lakukan aktivitas yang lebih bermanfaat sehingga diri bisa merasa lebih baik.
Menurut penulis jika jasa sewa pacar ini terus menerus berlangsung bahkan menjadi budaya akan dikhawatirkan menimbulkan sikap materialis dari individu saat menjalankan sebuah hubungan yang nyata, seperti pernikahan. Akibat terbiasa dengan hubungan pacar sewa ini, mereka melihat sebuah hubungan hanya sebatas material tanpa memerlukan keterikatan emosional. Dengan ini mereka pun bisa tidak memikirkan masa depan dalam menjalin sebuah hubungan yang nyata. Karena bagi mereka bisa saja dengan mudah menyewa pacar untuk dibayar melakukan aktivitas yang mereka butuhkan seperti menghadiri acara atau sekedar membutuhkan perhatian.
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka
GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)