UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
11 Juni 2024 | 10:16:18 WIB
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
Ditulis Oleh : Muhammad Syaiful Anwar

Dosen HTN FH Universitas Bangka Belitung, Mahasiswa Doktoral FH Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
POLA kehidupan masyarakat tidak akan berjauhan dengan lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam kajian internasional, lingkungan hidup juga masuk dalam pembahasan, salah satunya dalam Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia yang diadakan di Stockholm pada 5 Juni 1972. Pada tanggal 5 Juni inilah menjadi awal mula atau cikal bakal dicetuskannya hari Lingkungan Hidup Sedunia. dalam pertemuan tersebut terjadi diskusi kritis dengan berbagai pokok bahasan terkait dengan perlindungan lingkungan.
Isu lingkungan selalu menjadi trending topic dalam setiap tahunnya, untuk tahun 2024 ini, tema yang diusung adalah "Land Restoration, Desertification and Drought Resilience" atau "Restorasi Lahan, Penggurunan, dan Ketahanan terhadap Kekeringan" sebagai fokus perayaannya hari Lingkungan Hidup Sedunia. Perayaan hari Lingkungan Hidup Sedunia merupakan sebagai bentuk kesadaran bersama untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan berbagai bentuk ekosistem yang ada di dalamnya.
Bentuk kesadaran atas pentingnya lingkungan hidup harus dibarengi dengan sebuah langkah terstruktur dan tersistematis serta berkelanjutan dalam pembuatan kebijakan. Kebijakan pengelolaan lingkungan harus dilakukan secara terukur sehingga hasil yang didapatkan bisa sesuai dengan apa yang diharapkan.
Terkait permasalahan lingkungan, bukan hanya sekadar sumber daya alamnya yang harus dikelola dengan baik dan benar dengan sistem terbarukan, namun juga pihak-pihak yang mengelolanya. Pengelolaan lingkungan bukan hanya sekadar mengambil keuntungan dari isi atau kandungan alamnya saja, namun juga harus menjaga keseimbangan alam secara komprehensif, mencakup seluruhnya dalam pola keseimbangan lingkungan hidup yang ada.
Kecakapan dan kompetensi terhadap pengelolaan lingkungan merupakan hal pokok yang harus dipatuhi sehingga bukan hanya sekadar mendapatkan perizinan dalam pengelolaan, namun juga harus ikut bertanggung jawab atas kemungkinan penurunan baku mutu lingkungan akibat pengelolaan lingkungan yang tidak tepat.
Peran seluruh elemen atau pemangku kepentingan baik dari sisi pemerintah, NGO, maupun kelompok masyarakat berperan penting dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Jangan sampai semangat atas perlindungan terhadap lingkungan dinodai kerusakan lingkungan di wilayah, baik di wilayah daratan maupun wilayah perairan, bahkan wilayah laut sekalipun.
Rusaknya ekologi atas dasar kepentingan pribadi dengan merusak lingkungan ataupun tindakan ilegal kerusakan lingkungan dengan dalih ekonomi. Aktivitas perusakan lingkungan tersebut akan berdampak negatif secara bertahap dengan adanya pencemaran udara, pencemaran air bersih, banyaknya sampah tak berurai, abrasi laut, sedimentasi perairan, pencemaran tanah, dan dampak kerusakan lainnya yang akan terdampak kembali terhadap masyarakat itu sendiri.
Kerusakan lingkungan ini terjadi karena keserakahan manusia untuk menguasai apa yang ada hanya untuk kesenangan sesaat. Lingkungan merupakan pemberian Tuhan untuk dikelola untuk mendapatkan manfaatnya. Dengan demikian, pengelolaan lingkungan lebih mengarah pada pengoptimalan berbagai dimensi yang berbasis pada kebijakan terintegrasi, ilmu pengetahuan, arus teknologi berkelanjutan ramah lingkungan, dan dimensi kearifan lokal yang harus terus dijaga sebagai benteng terakhir yang hidup dalam masyarakat.
Keseimbangan pengelolaan lingkungan bisa dimulai dari diri sendiri yang menjadi budaya di tengah masyarakat kemudian terintegrasi dengan sebuah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai bentuk menjaga dan melestarian lingkungan berkelanjutan. Dengan langkah kecil ini, lingkungan hidup bisa kembali lebih hidup sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
(Artikel telah terbit di Bangkapos.com, edisi 5 Juni)
UBB Perspectives
Meski Ilegal, Mengapa Bisnis Thrifting Terus Menjamur?
Tantangan Pemimpin Baru dan Ekonomi Bangka Belitung
Sastra, Kreativitas Intelektual, dan Manfaatnya Secara Ekonomi
Lindungi Anak Kita, Lindungi Masa Depan Bangsa
Akankah Pilkada Kita Berkualitas?
Hulu Hilir Menekan Overcrowded
Penguatan Gakkumdu untuk Mengawal Pesta Demokrasi Berkualitas
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka