UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
10 Desember 2024 | 11:00:45 WIB
Tantangan Pemimpin Baru dan Ekonomi Bangka Belitung
Ditulis Oleh : Devi Valeriani
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bangka Belitung
Pemilihan kepala daerah tingkat provinsi maupun kabupaten/kota telah selesai dilaksanakan. Pesta demokrasi Bangka Belitung menjadi tonggak penting dalam perjalanan demokrasi di Negeri Serumpun Sebalai. Pada Pilkada 2024, terdapat 37 daerah dengan calon tunggal, dan dua di antaranya telah dimenangkan oleh kotak kosong, yaitu pemilihan Wali Kota-Wakil Wali Kota Pangkalpinang dan pemilihan Bupati-Wakil Bupati Bangka. Kemenangan kotak kosong ini tentu saja menunjukkan betapa tidak puasnya masyarakat terhadap pasangan calon yang maju.
Secara hitungan ekonomi, berdasarkan biaya yang disiapkan untuk Pilkada serentak tahun 2024 secara nasional, menurut data Kementerian Keuangan RI, mencapai Rp37,52 triliun, yang seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah. Anggaran tersebut dialokasikan untuk mendukung berbagai aspek penyelenggaraan Pilkada, termasuk operasional Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Biaya yang harus disediakan oleh APBD untuk pelaksanaan Pilkada bervariasi di setiap wilayah, dengan kisaran antara Rp30 miliar hingga Rp100 miliar. Demikian halnya para calon kepala daerah pun menghadapi pengeluaran yang tidak sedikit, dengan rata-rata diperkirakan antara Rp10 miliar hingga Rp30 miliar untuk keperluan kampanye dan operasional lainnya.
Hal itu menunjukkan betapa tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam proses demokrasi. Harapan masyarakat yang telah memilih adalah agar anggaran yang besar tersebut sebanding dengan kualitas pemimpin yang dihasilkan. Masyarakat tentunya menginginkan kepala daerah yang terpilih merupakan pemimpin yang kompeten dan berintegritas.
Tantangan Ekonomi Bangka Belitung
Sepanjang tahun 2024, kondisi ekonomi Bangka Belitung sedang tidak baik-baik saja. Berkaca dari data makroekonomi yang dilansir oleh BPS, indikator pertumbuhan ekonomi pada triwulan II sebesar 1,013 persen dan triwulan III sebesar 0,13 persen. Jika melihat laju pertumbuhannya dari triwulan II ke triwulan III, terjadi kontraksi sebesar 0,86 persen.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi pimpinan daerah yang baru untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung agar menguat kembali. Apalagi target presiden terpilih secara nasional adalah pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dalam lima tahun masa kepemimpinannya. Jika ketimpangan pertumbuhan ekonomi terlalu jauh dengan nasional, maka akan memberikan dampak signifikan bagi proses pembangunan Bangka Belitung.
Strategi untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai dengan fokus pada mendorong geliat investasi, ekspor, hingga lapangan kerja melalui pembukaan berbagai industri padat karya. Target-target tersebut dapat diikuti oleh tingkat provinsi maupun kabupaten.
Faktor apa saja yang harus mendapat intervensi untuk mendorong kembali penguatan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung? Salah satunya adalah mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru yang kerap dikumandangkan dalam berbagai seminar ataupun pertemuan. Sektor pariwisata digadang-gadang menjadi salah satu fokus yang akan menjadi penopang sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Jika memang menginginkan sektor pariwisata menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung, langkah yang harus dilakukan adalah mendukung investor sektor pariwisata untuk berinvestasi dengan konsep padat karya, memperkuat produk UMKM pendukung sektor pariwisata yang berdaya saing ekspor, mengoptimalkan SDM dengan kompetensi pariwisata, mengemas paket wisata dengan kultur bernilai jual tinggi, serta menggiring event-event nasional dan internasional berkonsep Bleisure Tourism (Business & Leisure). Sinergisitas lintas sektor harus dilakukan untuk mengembangkan sektor pariwisata demi terwujudnya quality tourism.
Selain sektor pariwisata, blue economy (ekonomi biru) menjadi sektor andalan yang akan dikembangkan di Bangka Belitung. Sektor ini mencakup perikanan, akuakultur, pelayaran, energi, pariwisata, dan bioteknologi kelautan. Blue economy merupakan aktivitas ekonomi yang memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk peningkatan ekonomi, perbaikan kehidupan masyarakat, serta kesehatan ekosistem laut.
Tantangan Lainnya
Tantangan lainnya adalah penguatan ekspor non-timah dengan membuka pasar ekspor untuk produk unggulan daerah. Saat ini, ekspor pertambangan dan penggalian masih mendominasi kinerja ekspor Bangka Belitung dengan persentase sebesar 65,09 persen hingga triwulan II 2024. Ketika kondisi pertambangan timah bergejolak, dampaknya sangat terasa, seperti pada Februari 2024, di mana ekspor pertambangan sempat menyentuh posisi nol ekspor timah.
Permasalahan lainnya mencakup rendahnya rata-rata lama sekolah yang hanya sebesar 8,33 tahun, angka pengangguran terbuka sebesar 4,63 persen pada Agustus 2024, serta angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi terendah se-Indonesia.
Daya beli masyarakat yang melemah juga mencerminkan rendahnya pendapatan yang berdampak pada konsumsi rumah tangga. Pemimpin terpilih harus mampu memperkuat ekonomi domestik di tengah perlambatan ekonomi Bangka Belitung, memastikan anggaran negara digunakan secara efektif, serta membangun sinergi dan kolaborasi untuk mendorong percepatan pembangunan.
Dengan langkah strategis, Bangka Belitung dapat bangkit dan berkembang menuju masa depan yang lebih cerah.
Artikel telah terbit di Bangkapos.com, Edisi 9 Desember 2024
UBB Perspectives
Meski Ilegal, Mengapa Bisnis Thrifting Terus Menjamur?
Sastra, Kreativitas Intelektual, dan Manfaatnya Secara Ekonomi
Lindungi Anak Kita, Lindungi Masa Depan Bangsa
Akankah Pilkada Kita Berkualitas?
Hulu Hilir Menekan Overcrowded
Penguatan Gakkumdu untuk Mengawal Pesta Demokrasi Berkualitas
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka