Kabar UBB
Universitas Bangka Belitung
Kabar UBB
Universitas Bangka Belitung
25 Juli 2022 | 22:49:54 WIB
Rektor UBB: Pertumbuhan Ekonomi atau Kepedulian Lingkungan
Sungailiat, UBB— Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB) Dr. Ibrahim, M.Si. mengungkapkan, adanya dilema yang dihadapi oleh Provinsi Bangka Belitung sebagai penghasil timah terbesar kedua di dunia. Hal itu dikarenakan, masih banyaknya perdebatan yang terjadi untuk menentukan mana yang lebih penting antara pertumbuhan ekonomi dan kepedulian lingkungan serta stabilitas sosial dan kepemimpinan ekologis. Menurutnya, hal ini masih menjadi topik pembahasan yang belum bisa ditentukan hingga saat ini.
“Kita menghadapi beberapa dilema, diantaranya masih banyak perdebatan untuk menentukan mana yang lebih penting antara pertumbuhan ekonomi atau kepedulian lingkungan, kemudian mana yang lebih penting dari stabilitas sosial atau kepemimpinan ekologi. Kita tahu bahwa terkadang banyak pemimpin daerah yang berkampanye tentang kepedulian terhadap lingkungan, namun setelah terpilih mereka lupa mengimplementasikan kepemimpinan ekologis,”ungkapnya saat menjadi pemateri di acara Internasional Conferensi On Sustainable Environment, Agriculture and Tourism (ICOSEAT) tahun 2022, pada Jumat (22/7/2022) lalu.
Acara konfrensi internasional yang digelar di hotel Tanjung Pesona Sungailiat tersebut, mengangkat tema Agroindustry 4.0, Tourism and Supportive Government for Sustainable Development. Serta yang menjadi keynote speaker adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Dr. Sandiaga Uno dan Prof. Eni Harmayani yang merupakan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai Opening Speech.
Selain memaparkan permasalahan eksploitasi penambangan timah, Ibrahim juga mengatakan bahwa hampir 64,12% sungai di Kepulauan Bangka Belitung berada dalam kondisi tercemar (berdasarkan data yang dipublikasi oleh WALHI, organisasi lingkungan hidup independen).
“Kita punya warisan, tapi warisan kita saat ini berada dalam krisis lingkungan,” katanya.
Beberapa Peserta dari Luar Negeri Saat Mengikuti Icoset
Lebih lanjut, Ibrahim mengungkapkan bahwa situasi dan potensi penambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung dapat berdampak kepada semua orang. Dampak ini dapat mempengaruhi siapapun dalam hal stabilitas sosial, dampak sosial, dan krisis kerusakan lingkungan.
“Jadi meskipun kita bukan penambang dampaknya tetap dapat kita rasakan, bisa dalam stabilitas sosial, dampak sosial dan krisis kerusakan lingkungan. Dalam situasi ini dapat dikatakan kita menang bersama atau sama-sama kalah,” jelasnya.
Ibrahim juga menyampaikan pentingnya untuk bekerja sama dalam pemulihan lingkungan sebagaimana tagline G20 “recover together, recover stronger”. Ia mengatakan bahwa ini adalah dasar dari gagasan pentahelix yang mendorong kolaborasi sinergitas antara akademisi, pemerintah, pengusaha, media, dan komunitas.
“Jadi aturan pembagian tugasnya harus jelas, pemerintah harus memastikan target yang dibutuhkan, pengusaha harus bijaksana dalam manfaat ekonomi, akademisi berperan melakukan penelitian dan menunjukkan data, komunitas bertindak sebagai partisipan aktif, dan media perlu memonitor dan melakukan promosi,” jelas Ibrahim.
Salah Satu Peserta Menanyakan Kepada Pemateri
Diakhir kata Ibrahim menyampaikan, untuk saling mempercayai dari semua elemen tersebut.
“Kepercayaan itu adalah hal yang penting, kita sebagai universitas daerah terkadang cukup sulit untuk meyakinkan pemerintah bahwa kita juga bisa diajak bekerja sama untuk membantu memecahkan masalah lingkungan ini, Namun ini menjadi tantangan kita untuk menyakinkan pemerintah bahwa kita bisa,”ungkapnya.
Sedangkan dalam acara tersebut, dari jumlah total 251 peserta, selain dari Indonesia juga terdapat peserta dari 11 luar negeri, Beberapa peserta luar negeri itu berasal dari Amerika Serikat, Jerman, Portugal, Austria, Denmark. Sedangkan untuk Kawasan asia berasal dari Jepang, Thailand, Vietnam, Korea, Singapura dan Malaysia.
(Penulis Ana; Editor: Iw)
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi