+62 (0717) 422145
Link Penting UBB

Artikel Feature UBB

Universitas Bangka Belitung's Feature
08 September 2009 | 14:05:02 WIB


Program Pertukaran Pemuda Indonesia Kanada 2009, Sebuah Awal Mengesankan












Jembatan Pemberdayaan Pemuda Dua Bangsa. Itulah yang menjadi tema Pertukaran Pemuda Indonesia Kanada (PPIK 2009) tahun ini. Pengenalan budaya Indonesia secara keseluruhan merupakan misi pokok 27 pemuda dari berbagai provinsi di Indonesia. Banyak sekali manfaat dari partisipan yang mengikuti program ini. Manfaat awal adalah pengetahuan tentang budaya masyarakat luar dan bagaimana kita menyikapi dan membandingkan dengan budaya Indonesia sendiri. Hal ini sangat penting dalam rangka pengenalan lebih luas tentang budaya asing.

Sesuai dengan tema, tujuan utama dari program ini adalah pemberdayaan pemuda yang mengikuti program ini. Mulai dari sikap yang akan dibawa ke masyarakat setelah program sampai ke pola pikir cara mengatasi masalah atas apa yang terjadi di masyarakat serta masih banyak lagi. Pada akhirnya akan dilihat bagaimana peserta akan bertindak sebelum mengikuti program, dan setelah mengikuti program, dan saya masih menunggu hal itu.

Pre Departure Training


Sebelum mengikuti jalannya program yang direncanakan akan berjalan kurang lebih 6,5 bulan, para peserta dari Indonesia terlebih dahulu mengikuti Pre Departure Training (PDT) di Jakarta. PDT berlangsung selama 10 hari. Peserta yang lolos seleksi dari berbagai provinsi di Indonesia diberi pembekalan tentang apa yang akan dilakukan selama di Kanada. Selain itu pemberian support serta pengenalan dasar tentang budaya Kanada juga didapat peserta dari para alumni. Tahun ini PDT dilaksanakan di SMK 57 Jakarta selatan. Dengan dibimbing para alumni, para peserta mengikuti berbagai macam materi tentang program. Satu materi yang menarik bagi saya adalah tentang Selayang Pandang Kanada. Dari sini lah saya bisa tahu dan mendapat berbagai macam gambaran tentang Kanada.

PDT berjalan sukses walaupun dijalani bersamaan dengan dimulainya Ramadhan. Sedih, sahur pertama bukan bersama keluarga seperti biasanya, tetapi bersama keluarga baru yang nantinya akan bersama sampai enam bulan kedepan. Suasana kebersamaan sangat kental dijalani para peserta selama PDT. Satu hal yang menjadi kekesalan peserta adalah no cell phone. Ya, selama PDT para peserta tidak diperkenankan menggunakan handphone dan benda itu harus disita panitia dengan rapinya, huh.

Yang sangat berkesan bagi saya adalah saat harus bangun sahur dan kita harus saling bangun untuk menjalankan sahur. Hal yang sulit bagi kami karena materi seni, materi terakhir setiap hari bisa selesai sampai pukul 00.30 01.00 WIB dan harus bangun sahur pukul 03.00 atau kami tidak sahur sama sekali, karena satu orang telat maka semua juga telat. Benar-benar harus disiplin.

Hari terakhir PDT, para peserta kelihatan sudah tak sabar untuk mengakhiri hari. Tapi kita masih punya satu kegiatan puncak hari ini, Culture Performance. Saya diberi kesempatan untuk menampilkan tari Likok Pulo dari Aceh bersama beberapa peserta lain. Tarian ini sudah kami pelajari selama mengikuti sesi seni atupun di waktu senggang kami selama PDT. Sedikit susah, tapi tetap penasaran dengan beberapa gerakan dan irama musik tarian. Dan akhirnya perform berjalan sukses. Menggembirakan sekali bagi saya karena selain sukses, keluarga, ayah, ibu, adik dan sepupu yang tinggal di Jakarta datang untuk melihat acara. Setidaknya bisa menghilangkan rasa ingin bertemu selama 10 hari sekaligus ajang pamitan untuk enam bulan ke depan.

Kelelahan mengikuti jalannya acara dan seharian beraktifitas tidak membuat saya dan sebagian peserta menghabiskan malam dengan istirahat cukup. Berkumpul dan bercerita menjadi pilihan kami membunuh waktu sambil menunggu waktu sahur tiba. Waktu sahur pun kami lewati tidak dengan suasana formal seperti biasanya. Suasana telah santai karena hari itu kami akan berangkat meninggalkan Indonesia.

Pagi yang cerah, dan para peserta sudah siap dengan Atire 1 (A1) masing-masing. A1 adalah seragam formal peserta terdiri dari kemeja, dasi, celana, jas dengan berbagai atribut Indonesia, sepatu, dan kopiah dengan lambang Garuda Pancasila. Suatu kebanggaan bagi kami mengenakan seragam yang hanya dikeluarkan khusus bagi para duta Indonesia ke kancah Internasional. Sibuk packing, menyiapkan segala sesuatu untuk keberangkatan dan mendengarkan instruksi dari Kak Nadra Muhammad, Ketua Canada World Youth Indonesia, adalah gambaran kegiatan pagi itu. Semua barang siap dan telah menetap mantap di dalam bus. Kita berangkat!.

Berangkat ke Kanada


Suasana riang gembira menyelimuti seluruh peserta yang berangkat hari itu. Satu group tersisa dan akan berangkat tanggal 26 September 2009. Dua group yang berangkat termasuk saya di group 2 (Truro-Cisompet) berangkat hari ini bersama group 1 (Antigonish-Cikandang). Tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, kembali harus menurunkan banyak barang termasuk beberapa koper dan beberapa culture box berisi barang-barang budaya. Menunggu tak terlalu lama di bandara setelah check in, kami langsung take off ke Hongkong untuk transit kemudian dari Hongkong menuju Toronto dan dilanjut ke Halifax. Perjalanan ke Hongkong menggunakan maskapai penerbangan Chatay Pacifik. Demikian juga dari Hongkong ke Toronto.

Jakarta Hongkong membutuhkan waktu 5 jam penerbangan. Hanya menggunakan kelas Ekonomi bukan masalah bagi kita untuk menikmati perjalanan udara ke Hongkong. Senin, 31 Agustus, kami tiba di Int. Airport of Hongkong pukul 20.15 waktu Hongkong (W.H),. Waktu take off ke Toronto akan dimulai pukul 02.30 W.H kami pun memutuskan untuk beristirahat di waiting room bersama-sama. Saya merasa seperti di Indonesia saat internetan sambil ngemil snack-snack khas Indonesia. Teman-teman yang lain autis mengekplorasi bandara dan nongkrong di Starbucks Hongkong.

Pada pukul 02.00 w.h., para penumpang dipanggil dan bersiap-siap untuk berangkat ke Toronto. Hongkong Toronto menghabiskan waktu 14 jam terbang. Tapi itu tak sebosan yang dibayangkan sebelumnya. Full entertainment, itulah gambaran yang ada di dalam pesawat. Movie, music sampai dengan game, semua ada. Makanan pun tak berhenti datang. Jika mau sesuatu, maka hanya memanggil pramugari, dan makanan datang. Yang unik adalah ketika berangkat dari Hongkong pukul 02.30, maka tiba di Toronto pukul 04.45 waktu Toronto dengan hari yang sama. Berarti secara logika perjalanan dari Hongkong Toronto berjalan mundur melawan arah jarum jam, Fantastis.

Tiba di Toronto, berurusan dengan pihak imigrasi Toronto membuat sebagian peserta pusing. Untungnya bisa diatasi oleh project supervisor masing-masing. Toronto Halifax berdurasi 2,5 jam. Take off jam 09.30 dan sampai di Halifax jam 12.00 waktu setempat. Sungguh penyambutan yang hangat oleh pihak Canada World Youth. Bersama beberapa peserta Kanada, kami berkenalan, berbicara untuk mengetahui satu sama lain. Suasana hangat terjalin siang itu.

Tatamagouche Centre


Sebelum program dimulai, para peserta baik itu Indonesia atau Kanada menjalani Orientation Camp selama 4 hari. Tempatnya adalah Tatamagouche Centre. Terletak di desa Tatamagouche yang mempunyai pemandangan yang berbeda. Sungai dan padang rumput yang luas adalah gambaran kecil dari tempat ini. tempat ini tak lain halnya sama dengan tempat training dengan mess penginapan dan tempat pertemuan serta dapur. Di OC kami kembali mendapat pembekalan tentang program yang akan kami jalani. Suasana keakraban pun terjalin antara pihak Indonesia dan Kanada.

Dari sini kami mendapat counterpart. Orang yang akan bersama-sama kami selama mengikuti program. Saya bersama Seth Corcum, peserta dari Labrador. Parahnya, sama-sama memiliki pribadi pendiam!!! Sedikit sulit menerima makanan di sini, tapi mencoba untuk menyukainya. Untungnya kitchen staff sedikit bernegosiasi dengan kami tentang makanan dan bersama beberapa peserta, mereka berinisiatif membuat makanan yang sedikit mirip dengan makanan di Indonesia, khususnya untuk sahur, Nasi goreng.

Jumat, 4 September 2009. Kami kembali melakukan packing untuk bertemu keluarga angkat. Tegang memikirkan bagaimana nantinya keluarga yang akan bersama-sama kami tiga bulan ke depan. Saya mendapat keluarga The Galvins, mereka mempunyai dua anak, tetapi sudah menetap di Halifax, dan di rumah hanya ada Dad, Mom, saya dan Seth. Rumahnya beralamat di 135 Victoria di Kota Truro tentunya. Dan dari sini, masih belum menyadari 3 bulan akan berjalan seperti apa. ***







Written By : Fardha Syahrial
Mahasiswa UBB peserta Program Pertukaran Pemudia Indonesia-Kanada 2009.


Feature UBB

Berita UBB

UBB Perspectives