Artikel Feature UBB
UBB's Feature
Artikel Feature UBB
Universitas Bangka Belitung's Feature
06 Oktober 2009 | 14:27:31 WIB
Fashion Melayu Kita : Kain Cual Asli dan Khas Bangka Belitung
Kain cual Khas Bangka Belitung dengan motif yang anggun dan menawan
Harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Untuk kain hasil tenun selama 3-4 bulan berbahan dasar sutra, harga itu masuk akal. Motifnya beragam, dari Bebek dan K.Sumping, Ubur-ubur, Merak, Gajah Mada 2003, K.Setangkai dan K.Rukem, Bebek Setaman, K.Rukem Berantai dan K.Setaman, K.Gajah besar dan K.Gajah kecil, Kucing tidur, Bebek-bebekan, Naga bertarung hingga yang terkenal motif Kembang Kenanga.
Sempat dianggap kuno selepas kemerdekaan Republik Indonesia, Cual, kain tradisional masyarakat Bangka Belitung kembali dilirik, naik pamor bahkan dibajak. Usianya tua, hampir seabad lebih. Dulunya, dipergunakan sebagai pakaian kebesaran di kalangan bangsawan, pakaian pengantin, pakaian yang dipakai pada hari kebesaran dan acara adat lainnya.
Proses tenun dan pembuatannya sangat rumit. Bahan-bahannya pun terbilang mahal, sebab ada corak benang emas seberat 18 karat yang diikatkan di kainnya. Bagi yang terampil perlu sekitar satu minggu untuk menyelesaikan satu produk kain. Lain bagi pemula yang perlu satu bulan, untuk hasil tenun kain seukuran dua meter.
Bahkan untuk kualitas satu (sehelai benang pakan) berbahan baku sutra tanpa campuran dibutuhkan waktu pengerjaan satu hingga empat bulan. Selain sutra, perajin juga mempergunakan bahan dasar polyster, sutra campur katun, serta kayu dan benang emas.
Cual, warisan leluhur orang melayu pada dasarnya adalah kain tenun seperti songket, Bewarna cerah dan menyala khas kain tradisional melayu. Terkadang mirip dengan kain songket Palembang. Namun Cual lebih luwes, halus dan memiliki banyak lengkungan serta selalu dihiasi motif flora dan fauna. Warna celupan benangnya bahkan tidak akan berubah. Motif gambar bunga mawar, teratai, nanas, burung, ikan, kupu-kupu itu akan timbul dari kejauhan bila dipandang.
Seiring perkembangan teknologi, selain ditenun, ia juga dicetak. Hal ini untuk mengantisipasi permintaan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Maklum trend batik Cual, tidak saja bersenandung di lokal, namun sudah meng_internasional pula. Kini beberapa motifnya bahkan ada telah dimodifikasi dibajak oleh beberapa industri kain dan garmen. Motif-motif itu kemudian diproduksi massal melalui teknologi printing, bukan ditenun seperti aslinya.
Motif bajakan itu sempat beredar di Jakarta dan kota besar lainnya. Alhasil perajin lokal Bangka Belitung pun tak bisa berkutik. Outlet perajin pun sempat mengalami penurunan omzet. Ditambah lagi dengan tiada Hak Paten membuat persaingan makin tidak menentu. Namun trend orisinalitas, kembali pada tenun asli membuat keadaan itu tidak berlangsung lama. Orang ternyata lebih suka pada kain yang ditenun.
Untuk menghindari pencurian motif serta pembajakannya, sejumlah perajin lokal lalu mengurus hak paten. Perajin lokal seperti Koperasi Tenun Cual Maslina Yazid misalnya telah mematenkan motif Kembang Kenanga, Bebek dan K.Sumping, Ubur-ubur, Merak, Gajah Mada 2003, K.Setangkai dan K.Rukem, Bebek Setaman, K.Rukem Berantai dan K. Setaman. Berkat keindahan motif tersebut, Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono pun sempat membeli kain cual motif kuno karya perajin asal Bangka ini pada kesempatan pameran di Jakarta beberapa waktu silam.
Soal harga kain tenun cual sangat bervariatif tergantung kualitas dari kain tersebut dan jumlah benang yang digunakan. Untuk kualitas nomor satu biasanya menggunakan satu helai benang sehingga pengerjaannya lebih lama namun kualitas yang dihasilkan sangat memuaskan yaitu kain lebih halus. Untuk kualitas kain tenun nomor satu harga yang ditawarkan mulai dari Rp.7 juta hingga Rp.18 juta sedangkan kualitas nomor dua sekitar Rp.2,5 juta hingga Rp.5 juta ke atas, untuk kelas nomor tiga harga berkisar Rp.1,2 juta sampai Rp.1,8 juta.
Orang Bangka kini tampaknya mulai sadar akan warisan budaya ini. Menurut Gubernur, Kerajinan kain cual merupakan simbol kebudayaan Melayu di Provinsi Bangka Belitung (Babel) yang harus tetap dilestarikan dan dikembangkan. "Kerajinan kain cual ini adalah kebudayaan lama yang merupakan simbol Melayu yang harus dilestarikan menjadi kerajinan khas masyarakat `Serumpun sebalai ini`," kata Gubernur Babel, Eko Maulana Ali suatu ketika.
Harus ada kesadaran yang tinggi dalam melestarikan budaya, adat melayu dan simbolnya. Menurutnya, kerajinan khas Babel seperti kerajinan kain cual saat ini sudah dikenal masyarakat baik secara nasional dan internasional sehingga pengembangan kerajinan cual harus mendapat perhatian bersama. "Kerajinan kain cual ini perlu dilestarikan sebagai kerajinan rakyat yang sudah membudaya secara temurun di Babel," ujarnya.
"Kain cual Babel telah dikenal dan digunakan desainer-desainer ternama nasional bahkan wisatawan luar negeri pecinta kain pun tidak sedikit menyatakan ketertarikan kain cual Babel sehingga kerajinan kain cual Babel harus terus di dukung agar dapat semakin maju dan berkembang," katanya lagi.
Untuk itulah tak heran bila pada Oktober 2008 silam, desainer ternama Oscar Lawalata bersedia membantu dalam pembuatan desain baru bernuansa moderen pada kain cual khas Bangka Belitung. menurut Oscar, desain kain cual hasil peninggalan nenek moyang dulu sudah sangat bagus, namun seiring perjalanan waktu perlu ada kreasi-kreasi baru sesuai selera orang sekarang. (Iksan/ UP/ANT/ KL/BPos)
Written N Photographed By : Iksander UBB Press
Feature UBB
KISAH MAHASISWA UBB PENERIMA BEASISWA DJARUM FOUNDATION 2013
Pengalaman Pertama menjadi Tour Guide
Mandi Belimau, Tradisi Penyucian Diri
Rebo Kasan - Air Wafaq Tolak Bala
Mengenal Lebih Dekat, Sang Duta Baca Indonesia Andy F Noya
Berita UBB
Usai Libur Panjang Idul Fitri 1445 H, Pimpinan UBB Silaturahmi ke Fakultas dan Unit Kerja
Mahasiswa UBB Sukses Raih Beasiswa Studi Di Universiti Kebangsaan Malaysia Melalui IISMA 2024
Tingkatkan APK Perguruan Tinggi, UBB Lakukan Shearing Season Bersama Kepala Sekolah Se-Bangka
UBB BUKA JALUR HAFIZH QUR’AN, KETUA OSIS, DAN PRAMUKA GARUDA
UBB Umumkan 935 Calon Mahasiswa Lolos SNBP 2024, Jangan Lupa Registrasi Ulang ya!
Bazar Ramadhan UBB, Hadirkan Aneka Jajanan Berbuka dan Berbagai Macam Kegiatan
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?