+62 (0717) 422145
Link Penting UBB

Photography UBB

Universitas Bangka Belitung's Photography'


07 Juli 2009 | 13:01:16 WIB

Perimping termasuk pada kecamatan Riau silip Kabupaten Bangka. Menemuinya cukup satu jam perjalanan dengan motor roda dua berkecepatan sedang, 40km/ jam. Melewati desa Riau Silip, menuju rute Belinyu. Namun, tak sampai benar. Sebab harus berbelok masuk Simpang Lumut. Menyusuri rute ke arah Pangkal Niur atau Simpang Belinyu. Kira-kira belasan menit berlalu, anda akan menjumpai perkampungan China. Ada nuansa berbeda menyusuri rute ini. Seolah benar-benar berada di tempat yang berbeda. Khas kampong China dengan altar Tepekong masih bisa dijumpai persis di depan rumah.

Setelahnya, Perimping muncul lewat tikungan. Perlahan kemegahannya mulai tampak di depan mata. Gagah dan gahar memotong sungai primping yang lebarnya hampir 200 meter. Kedua jembatan seolah berhimpitan satu sama lain. Kompak sekaligus kontras disisipi bakau di kiri kanan sungai, sedang Maras menjulang dengan mentereng. Meski sesungguhnya bukan benar-benar gunung, namun masyarakat kadung menyebut bukit setinggi 699 meter ini dengan gunung.

Maras merupakan kawasan hutan konservasi seluas 3.235 hektar. Menurut penduduk, ada dua gunung di kawasan tersebut, Maras dan Tambun Tulang. Dari cerita orang tua, kalau naik ke Tambun Tulang tak bisa pulang. Di sana konon kabarnya terdapat tumpukan tulang. Legenda Aur Perindu melegenda. Bunyinya yang merdu mampu membuai sukma hingga enggan pulang, akibatnya ruh tercabut perlahan-lahan.

Pentingnya kawasan ini disadari betul Pemerintah Daerah. Ada beragam jenis pohon yang langka, sebagai daerah tangkapan air juga. Selain itu lokasi ini bisa bisa jadi penghilang dahaga mata. Betapa tidak, ada pemandangan air yang luar biasa jernih. Mengalir bebas. Sedang batu-batuan berlumut berserakan bebas dalam berbagai ukuran. Ditepian, pohon besar tumbuh mengakar dalam, dengan ranting berdaun rimbun menyeruak ke angkasa. Seolah hendak menyelimuti area.

Air terjunnya sendiri seolah bertingkat-tingkat. Kontur perbukitan dengan ragam ukuran batu. Membuat air mengalir kadang mendatar, curam jatuh bebas. Atau berkelok-kelok di sela-sela gundukan batuan. Setidaknya ada tiga tingkat. Ini belum termasuk rute air yang diatas. Panjangnya belum terdeteksi dengan benar. Sebab untuk itu, harus mendaki lagi ke atas. Bisa- bisa ke Maras atau Tambun Tulang.

Airnya jernih, ketika jatuh dari onggokan batu besar, ia jatuh mulus menimpa permukaan air dan batu dibawah. Buih- buih putih berpencar lalu menghilang di permukaan. Dasar air tak begitu dalam. Sebatas pinggang orang dewasa. Dingin dan benar-benar bening. Paling lebar berjarak empat meter. Paling sempit satu atau dua meter.

Memanjakan diri menikmati dingin air, sambil menghirup sepuasnya semilir angin yang kaya oksigen bisa jadi pengalaman tak terlupakan. Uniknya bila diperhatikan serius, bebatuan di sekitar aliran air, kaya akan warna. Ada yang bewarna coklat, ada yang kemerah-merahan, tentunya ada hijau karena berlumut, ada pula rada kekuningan. Kadangkala, kaki yang direndam agak lama terasa dijepit-jepit. Jangan heran, ada udang air tawar atau uyep dalam bahasa Bangka, yang rupanya menjepit kulit kaki.

Aliran air terjun ini bersumber dari gunung Maras. Menuruni bukit dan lembah dibawah. Lantas membentuk sebuah aliran di sela batu-batu. Jatuh kebawah. Tersembunyi dalam hutan rimba.





Pemandangan di Jembatan Perimping



Pemandangan di Jembatan Perimping



Pemandangan Alam di Jembatan Perimping



Pemandangan Hijau di Jembatan Perimping



Pemandangan Dua Perahu di dekat Jembatan Perimping



Pemandangan Air Terjun Buyir



Pemandangan Air Terjun Buyir



Pemandangan Air Terjun Buyir



Pemandangan Air Terjun Buyir



Pemandangan Air Terjun Buyir






Forografer & Narasi By : Aksanjaya Iksander - Bunga Jiwa


Photography UBB

Berita UBB

UBB Perspectives