UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
30 Desember 2008 | 20:31:56 WIB
Tanaman Nanas Warisan sang Penjelajah Christopher Colombus
Ditulis Oleh : Admin
Gara-gara 'ulah' petualang kelahiran Genoa, Italia, itu banyak penjelajah mendatangi Benua Amerika untuk mengeksplorasi keluarga bromeliad. Jenis-jenis baru pun ditemukan. Sebut saja Guzmania lingulata. Bromeliad yang diperkenalkan pada dunia pada 1776 itu sosoknya indah, terutama saat berbunga. Bunga berwarna merah dan menyembul di sela-sela daun hijau. Pantas banyak pakar hortikultura di Eropa berebut untuk mendapatkannya.
Kasus serupa terjadi pada Aechmea fascinata dan Vrisea splendens. Keduanya berpenampilan spektakuler. A. fascinata menarik lantaran bunga berwarna merah muda menyembul dari tengah-tengah daun. Sementara daun V. splendens belang seperti zebra. Wajar bila keduanya sudah dibudidayakan secara massal sejak abad ke-19.
Total jenderal ada 2.400 jenis bromeliad telah ditemukan. Dari yang berukuran mini, sedang, hingga raksasa. Bromeliad mini paling banyak berasal dari genus Tillandsia. Contohnya T. usneoides. Panjang daun hanya 3-5 cm. Kira-kira seukuran lipstik wanita. Tanaman asli Amerika Selatan itu berbunga tunggal, berwarna kuning kehijauan. Panjang petal 9-11 mm atau sebesar kancing baju. Sosok spanish moss itu bak bumi dan langit dengan Puya raimondii asal Peru. Panjang daun anggota famili Bromeliaceae itu mencapai 3-4 m. Tangkai bunganya mencapai 7 m, jadi lebih tinggi daripada atap rumah.
Paling populer
Setiap bromeliad punya kecantikan sendiri. Sebut saja neoregelia. Daunnya tersusun rapat, membulat, dan kompak. Bila dilihat dari atas, neoregelia terlihat seperti lingkaran dengan jari-jari tersusun rapi dan berwarna semarak. Nanas-nanasan itu termasuk yang paling populer karena corak daunnya beragam. Ada yang berwarna merah, jingga, cokelat, hijau, marun, emas, kuning, atau kombinasi warna-warna itu.
Kalau yang dicari adalah bromeliad berbunga indah, contohnya Tillandsia cyanea, Aechmea blue tango, Vrisea christine, Guzmania yellow, dan billbergia. T. cyanea memiliki seludang bunga berbentuk kipas berwarna merah muda dengan bunga ungu muda. Bunga Aechmea blue tango berwarna merah dengan tangkai bunga panjang. Bunga Vrisea christine mirip T. cyanea, seperti kipas, berwarna merah. Namun, tangkai bunga V. christine lebih panjang. Sedangkan bunga Guzmania yellow seperti tunas muda dengan kelopak daun melengkung ke bawah. Penampilannya menarik lantaran berwarna kuning sehingga kontras dengan hijaunya daun. Beberapa jenis mengeluarkan aroma harum, seperti Brocchinia reducta.
Sayang, cantiknya bunga bromeliad cuma bisa dinikmati sesaat. Biasanya mekar 1-4 hari, bahkan ada yang hanya beberapa jam. Pada banyak kasus, bromeliad mati setelah selesai berbunga. Namun, sebelum mati biasanya ia memproduksi anakan terlebih dahulu.
Selimut lilin
Setiap anggota keluarga nanas-nanasan sifat tumbuhnya berbeda. Setengahnya bersifat epifit, tumbuh menumpang di batang tanaman lain. Yang lain bersifat litofit, yaitu hidup di atas bebatuan atau terestrial alias hidup di tanah atau media lain.
Bromeliad epifit tumbuh di kanopi hutan yang tingginya hingga 100 m di atas permukaan tanah. Ribuan koloninya memberati cabang pohon-pohon di hutan hujan tropis Amerika Selatan dan Amerika Tengah hingga cabang-cabang itu seringkali patah dan jatuh ke tanah. Sebagai epifit sejati, bromeliad memenuhi kebutuhan air dan nutrisi dari udara. Ia mengambil makanan dari air hujan dan udara.
Pantas daun bromeliad epifit bentuknya melebar. Susunannya kompak sehingga bisa menyimpan air hujan, daun jatuh, dan bahan organik. Daun dan batang tebal dan berdaging sehingga dengan cepat menyimpan air. Kulit luar permukaan daun berlilin sehingga meminimalkan kehilangan air. Para penumpang itu sedikit sekali mengambil nutrisi dan air melalui akar. Akar yang kuat lebih banyak digunakan untuk 'berpegangan' pada batang tanaman inang.
Penangkap serangga
Bromeliad epifit yang terbilang spektakuler adalah tanaman udara dari genus Tillandsia. Di habitat di hutan tropis dan hutan berkabut di sepanjang wilayah tropis Amerika ia tumbuh di cabang pohon. Di tangan kolektor ia biasa ditempelkan begitu saja di batang kayu, dimasukkan ke dalam kulit kerang tanpa media, atau digantung. Dengan nutrisi yang diambil dari udara tillandsia tetap hidup sentosa.
Di antara para epifit, ada 3 jenis yang berkembang menjadi tanaman karnivora. Ketiganya adalah Brocchinia hechtioides, B. reducta, dan Catopsis berteroniana. Mereka secara aktif menarik dan menangkap serangga. Daun berwarna tegas dan mengeluarkan aroma yang menarik serangga. Permukaan daun berlilin dan berbedak putih, sehingga serangga yang datang gampang tergelincir ke dalam cekungan berisi air. Mangsa yang terjebak pun mati dan enzimnya diserap bromeliad karnivora itu.
Bromeliad terestrial kebanyakan dari genera Navia dan Brocchinia. Karena akar bisa mengambil nutrisi dan air dari tanah, bromeliad terestrial dapat tumbuh besar. Brocchinia tatei yang tumbuh sepanjang Venezuela bagian selatan, Guyana, dan Brasil, panjang daunnya mencapai 120 cm. Bahkan terdapat spesimen B. tatei yang membentuk batang berkayu setinggi 1 m. Contoh lain, Puya raimondii dari Peru dan Bolivia. Bromeliad raksasa itu memiliki daun yang panjangnya hingga 4 m. Puya jadi yang terbesar di keluarga Bromeliaceae.
Jago adaptasi
Bromeliad tumbuh di daerah berketinggian 0-4.200 m dpl. Mulai dari hutan tropis hingga daerah gurun. Ia tumbuh subur di dataran tinggi Pegunungan Andes, dataran rendah gurun di Peru, hutan tropis di Amerika Selatan dan Florida. Dilihat dari tempat tumbuhnya bromeliad termasuk tanaman beradaptasi tinggi.
Rahasia kekuatan bromeliad beradaptasi terletak pada sekumpulan sel istimewa yang disebut trikoma. Bentuk, letak, dan fungsi trikoma berlainan tergantung spesiesnya. Pada neoregelia, trikoma umumnya terletak di bagian atas daun, sementara pada tillandsia di seluruh permukaan daun. Trikoma bermanfaat melindungi tanaman saat musim kering atau dingin tiba. Pada sebagian besar bromeliad yang didominasi warna putih atau abu-abu, trikoma menyerap air dari udara. Air 'merembes' ke dalam trikoma kemudian disalurkan ke jaringan parenkim untuk disimpan sebagai cadangan pada musim kering.
Trikoma juga berfungsi sebagai penyaring cahaya sehingga mengurangi proses transpirasi. Dengan daya adaptasi tinggi, wajar bila sejak ditemukan pada abad XV bromeliad bertahan hingga kini.***
Source : https://www.trubus-online.co.id
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka