UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
01 Agustus 2008 | 02:29:41 WIB
10 Proses Pengolahan Tubuh Manusia Setelah Mati
Ditulis Oleh : Admin
1. Di Mumi kan
Mumi di zaman Mesir purba bisa jadi adalah jenis mayat paling popular. Proses ini melibatkan pengosongan seluruh organ tubuh termasuk otak yang konon ditarik dari lubang hidung (wow!). Setelah isi tubuh mayat kosong, lantas diisi dengan materi kering seperti pasir dan dibungkus dengan kain linen. Orang Mesir percaya bahwa dengan dibuat mumi maka jiwa si meninggal akan mengalami perjalanan sesuah kematian.
2. Krionik
Kabar bahwa tubuh Walt Disney dibekukan memang masih jadi legenda urban. Tapi ilmu krionik memang sungguhan ada. Ini adalah proses pembekuan mayat. Setelah dikeringkan, tubuh si mati disimpan dalam nitrogen cair untuk mencegah kerusakan. Kelamaan tubuh ini membeku persis es.
3. Kremasi
Orang Bali masih terus melakukan proses pembakaran mayat ini. Perbedaan dengan kebanyakan kremasi di belahan dunia lain, di Bali dilakukan lengkap dengan seremoni karnaval yang meriahm bahkan menjadi objek pariwisata.
4. Plastinasi
Proses ini bisa dilihat hasilnya jika kita berkunjung ke sejumlah museum. Adalah ilmuwan Jerman Gunther von Hagens yang mengembangkannya. Plastinasi adalah memotong tubuh si meninggal menjadi beberapa bagian, membalsemnya dengan cairan pengeras dan meletakkan tubuh menjadi beberapa posisi.
5. Pemakaman di gua
Ini merupakan proses penyimpanan mayat yang sudah dikenal sejak masa Neandhertal, sekitar 100.000 tahun silam. Banyak mayat dijumpai di gua-gua sepanjang Eropa dan Timur Tengah. Menurut kepercayaan, gua yang gelap dan misterius merupakan tempat yang baik agar jiwa si mati bisa melakukan perjalanan ke dunia lain. Di Indonesia, kita bisa menjumpainya di Toraja.
6. Dilumuri lumpur
Di abad pertengahan, para petualang yang meninggal di Eropa Utara akan disemayamkan dengan cara dilumuri lumpur. Lumpur ini mengandung bahan kimia yang ternyata mampu melindungi tubuh si meninggal sehingga bertahan lama dari kebusukan. Ini sangat menguntungkan para pakar arkeologi sehingga sekian ribu tahun kemudian mereka menemukannya masih dalam kondisi cukup baik untuk diteliti.
7. Diterbangkan
Menurut orang Tibet, jiwa ornag mati akan terbang. Maka mereka mencoba menguburkan mayar di celah pegunungan yang tinggi dan dibiarkan dimakan burung pemakan bangkai. Bahkan ada yang melumuri mayat dengan gandung dan susu agar makin lezat dan mayat itu langsung tandas dimakan burung.
8.Dikapalkan
Orang Viking terkenal sebagai bangsa pelaut. Mereka sedemikian memuja laut sehingga saat meninggal tubuh orang Viking di masa abad pertengahan akan “dikapalkan”. Jika berasal dari kalangan berada, si meninggal akan “dikapalkan” dalam kapal mewah lengkap dengan makanan, perhiasan, senjata dan bahkan hewan piaraan dan budak. Kapal ini akan ditenggelamkan.
9. Makam di pohon
Sejumlah suku asli di banyak bagian dunia meyakini bahwa jiwa orang mati akan menuju ke atas, bukan ke bawah. Maka jangan heran jika mereka menaruh tubuhnya di tempat tinggi seperti pohon. Pribumi di Australia, Siberia, dan British Columbia memakamkan orang meninggal di pohon. Sebelumnya mayat akan dibungkus dengan kain lalu mengereknya ke ranting pohon teratas.
10. Menara kebisuan
Penganut Zoroaster percaya bahwa tubuh manusia itu penuh kekotoran dan tidak layak bersatu dengan tanah. Maka mereka tidak mau mengubur atau membakar tubuh orang yang meninggal. Mereka menganut seremoni "menara kesunyian", dimana si meninggal akan diletakkan di dataran tinggi gunung dan dibiarkan musnah sendiri dimakan hewan liar atau mikroba. Ketika sisa tubuh sudah kering, akan dilumuri dengan kapur.
Diterjemahkan secara bebas dari LiveScience.com
Written By : Merry Magdalena di NetSains.com
UBB Perspectives
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka