UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
26 Mei 2010 | 14:18:20 WIB
Penelitian Populasi Bakteri Tanah di Bukit Siam Sungailiat Kabupaten Bangka Kepulauan Bangka Belitung
Ditulis Oleh : Admin
Ciri-ciri lingkungan tanah bervariasi menurut letak dan iklimnya dan juga memiliki tanah yaitu : partikel mineral, bahan organik, air, gas, dan jasad ( Koes Irianto 2006 ). Sifat kedalaman tanah, sebagai contoh, beragam dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Tanah-tanah didaerah lembab umumnya lebih dalam dibandingkan dengan tanah didaerah pegunungan, dan kedalaman tanah didaerah pegunungan tergantung pada suhu lereng (Daniel Hillel 1996 ).
Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan antara lain untuk Gunung Maras mencapai 699 meter di Kecamatan Belinyu (P.Bangka), Gunung Tajam Kaki ketinggiannya kurang lebih 500 meter diatas permukaan laut di Pulau Belitung. Sedangkan untuk daerah perbukitan seperti Bukit Menumbing ketinggiannya mencapai kurang lebih 445 meter di Kecamatan Mentok dan Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter di atas permukaan laut di Kecamatan Pangkalan Baru (Annonim 2010).
Mikrobia tanah adalah bakteri tanah. Bakteri tanah mempunyai banyak sekali manfaatnya antara lain penyedia unsur hara, terutama unsur nitrogen, penghasil zat pengatur tumbuh seperti sitokinin, giberelin dan indol asam asetat (IAA), dan mampu melarutkan unsur fosfat yang dalam bentuk terikat menjadi tersedia, serta sebagai agen biokontrol dan lain-lain (Alexander 1977).
Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi beberapa faktor antara lain keanekaragaman mikroba tanah; faktor iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban; faktor nutrisi dan lingkungan, serta populasi mikroba yang merupakan indikator tingkat kesuburan tanah (Allen dan Allen 1981).
Jumlah, jenis, dan aktivitas mikrobia dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tersedianya energi dan sumber hara, kondisi fisik, kimia, serta biologi tanah. Sebaliknya aktivitas mikrobia tanah sangat membantu tersedianya unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Sebagai upaya untuk mengetahui keberadaan bakteri dari tanah tersebut diatas, maka dilakukan isolasi bakteri dari tanah tersebut dengan tujuan untuk mengetahui populasi bakteri dari tanah dari berbagai lokasi dengan kedalaman dan ketinggian yang berbeda-beda di bukit Siam juga faktor lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan koloni bakteri tersebut dengan membandingkannya dengan jumlah koloni bakteri yang ada di daerah bukit Maras dengan harapan didapatkan koleksi bakteri dari tanah yang selanjutnya dapat digunakan sebagai inokulan (pupuk hayati) pada daerah tersebut.
Berikut hasil penelitian yang kami lakuka :
A. Hasil
Tabel 2. Hasil perhitungan jumlah koloni bakteri tanah di bukit Siam, Sungailiat
a. Total bakteri pada lokasi I (ketinggian 27 meter)
= 250000+1000000
=1,25 x 106 cfu/g
= 1 x 106 cfu/g
b. Total bakteri pada lokasi I (ketinggian 48 meter)
=100000 + 1000000
=1,1 x 106 cfu/g
=1x 106 cfu/g
c. Total bakteri pada lokasi 2 (ketinggian 126 meter)
=394000 + 1000000
=1,394 x 106 cfu/g
=1x 106 cfu/g
d. Total bakteri pada lokasi I (ketinggian 267 meter)
= 100000 + 1000000
=1,1x 106 cfu/g
= 1x 106 cfu/g
Pada praktikum kali ini digunakan medium PCA, karena untuk praktikum dalam menghitung jumlah koloni media ini jauh lebih baik sebagaimana yang diuangkapkan dengan Li Partic 2008. Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks.
Sumber isolat umumnya berasal dari tanah. Hal ini dimungkinkan karena tanah mengandung berbagai unsur hara yang sangat kompleks sehingga berbagai isolat mungkin dapat diisolasi (Nur Hidayat 2006). Allen 1981 menyatakan bahwa tingkat kesuburan tanah dipengaruhi beberapa faktor antara lain keanekaragaman mikroba tanah; faktor iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban; faktor nutrisi dan lingkungan, serta populasi mikroba yang merupakan indikator tingkat kesuburan tanah. Kami beranggapan bahwa semakin banyak suatu mikroba yang diketemukan di tanah maka semakin subur tanah tersebut karena salah satu peran bakteri yakni bisa menyuburkan tanah.
Penghuni tanah dapat berupa hewan tingkat rendah sampai hewan tingkat tinggi. Kepadatan tertinggi makhluk hidup dalam tanah ditemui pada horison A, B dan C dan yang paling banyak terdapat di horison A. Pada kedalaman ribuan meter di dalam tanah pun ditemukan kehidupan mikroorganisme (McNabb dan Dunlap 1975). Tanah merupakan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme, terutama pada horison A, B dan C. Keberadaan seperti bakteri dan jamur di dalam tanah paling dominan terdapat pada horison A dan B, walaupun pada kedalaman 900 meter dibawah permukaan tanah aktivitas mikroorganisme masih ditemukan (Bower 1978).
Pada praktikum ini pengambilan sampel di lakukan pada tiga lokasi berbeda dengan anggapan bahwa di masing masing lokasi pasti mempunyai jumlah mikroorganisme berbeda pula, Kemungkinan kandungan organik antara lokasi satu dengan lokasi lainnya mempunyai kandungan yang tidak sama seperti yang diungkapkan oleh Chrysantee 2009, terdapat korelasi yang kuat bahwa semakin banyak kandungan organik tanah dan oksigen, maka jumlah dan jenis mikroorganismenya juga semakin tinggi.
Hasil Penelitian
Hasil praktikum ini menunjukkan bahwa pH rata-rata sampel tanah di masing-masing lokasi mempunyai kisaran sekitar 6,8. Riesama 2008 juga menyatakan bahwa mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin). Seperti pH pada praktikum kali ini yang kami dapati yakni mendekati pH netral yaitu 7. Ketidakakuratan dan ketidaktelitian praktikan yang kemungkinan juga menyebabkan ketidakserasian hasil pengukuran pH dengan literature yang kami dapati dan pengaruh peralatan yang kurang memadai yang menurut kami juga bisa menjadi kesalahan dalam pengukuran pH.
Hasil praktikum menunjukkan setiap lokasi jumlah koloni bakteri berbeda. Perbedaan tersebut terjadi diduga salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kondisi tanah. Pada lokasi pertama dengan karakter tanah yang berwarna coklat kekuningan dan diduga tanah tersebut adalah jenis tanah padsolik yang merupakan tanah khas di daerah perbukitan seperti bukit siam ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari anonim 2010 yang menyatakan bahwa keadaan tanah di kepulauan Bangka Belitung ini salah satunya terdiri dari tanah Podsolik dan Litosol yang warnanya coklat kekuning-kuningan berasal dari batu plutonik masam yang terdapat di daerah perbukitan dan pegunungan, kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat,dan lain-lain.
Pada lokasi kedua khususnya dilihat dari pengenceran 10 -5 rata-rata jumlah koloninya jauh lebih tinggi, kami berasumsi bahwa pada lokasi kedua tersebut dengan karakter tanah yang berwarna coklat kehitaman agak lembab kemungkinan mempunyai bahan organik yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kedua lokasi lainnya. Sehingga bakteri dapat melakukan perannya untuk menguraikan senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang akan membuat tanah tersebut subur dan bisa dimanfaatkan oleh tanaman sebagaimana diungkapkan oleh Chrysantee 2009, terdapat korelasi yang kuat bahwa semakin banyak kandungan organik tanah dan oksigen, maka jumlah dan jenis mikroorganismenya juga semakin tinggi. Dan kemungkinan daerahnya yang lembab sehingga tempat tersebut disukai oleh bakteri.
Pada lokasi ketiga karakteristik sampel tanah yaitu berwarna coklat kehitaman didominasi oleh perakaran tanaman. Sumarasih 2008 menyatakan bahwa akar tanaman merupakan habitat yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Interaksi antara bakteri dan akar tanaman akan meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi keduanya. Permukaan akar tanaman disebut rhizoplane. Sedangkan rhizosfer adalah selapis tanah yang menyelimuti permukaan akar tanaman yang masih dipengaruhi oleh aktivitas akar. Tebal tipisnya lapisan rhizosfer antar setiap tanaman berbeda. Rhizosfer merupakan habitat yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba oleh karena akar tanaman menyediakan berbagai bahan organik yang umumnya menstimulir pertumbuhan mikroba. Kemungkinan koloni bakteri tersebut adalah bakteri yang bersimbiosis dari akar tanaman, karena sebagaimana hasil yang diketahui bahwa di lokasi ini bayak terdapat perakaran dari tanaman.
Dibawah ini adalah Tabel Populasi bakteri tanah gunung Maras pada media PCA.
Tabel 3. Populasi bakteri tanah gunung Maras pada media PCA
Pengenceran 10-4
I : 80 x 104 cfu/gram
II : 44,5 x 104 cfu/gram
Pengenceran 10-5
I : 46 x 105 cfu/gram
II : 30 x 105 cfu/gram
Pengenceran 10-6
I : 75 x 106 cfu/gram
II : 37,5 x 106 cfu/gram
Total bakteri I
= 800000 + 4600000 + 75000000
= 80,40 x 106 cfu/gram
= 80 x 106 cfu/gram
Total bakteri II
= 445000 + 3000000 + 37500000
= 40,945 x 106 cfu/gram
= 41 x 106 cfu/gram
Bila dibandingkan populasi bakteri tanah antara di Bukit Siam (Tabel 2) dan Bukit Maras (Tabel 3), jumlah koloni bakteri di bukit Maras jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah koloni di bukit Siam. Asumsi kami kemungkinan daerah di sekitar bukit Maras jauh lebih subur dibandingkan dengan daeran bukit siam, dan kemungkinan nutrisi dan lingkungan di bukit Maras jauh lebih baik untuk pertumbuhan bakteri sebagaimna yang diungkapkan oleh Allen 1981 menyatakan bahwa tingkat kesuburan tanah dipengaruhi beberapa faktor antara lain keanekaragaman mikroba tanah; faktor iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban; faktor nutrisi dan lingkungan, serta populasi mikroba yang merupakan indikator tingkat kesuburan tanah. Kemungkinan juga kandungan organik pada tanah di bukit Maras jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan organik pada tanah di bukit Siam . Sebagaimana diungkapkan oleh Chrysantee 2009 , terdapat korelasi yang kuat bahwa semakin banyak kandungan organik tanah dan oksigen, maka jumlah dan jenis mikroorganismenya juga semakin tinggi.
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini diantara lain yaitu: total bakteri tanah yang ada di bukit siam rata-rata 1 x 10 6 cfu/g, total bakteri tanah di bukit Maras jauh lebih tinggi dibandingkan dengan total bakteri tanah di bukit Siam dikarenakan kandungan organik pada tanah di bukit Maras jauh lebih baik sehingga kesuburan tanahnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan organik pada tanah di bukit Siam, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan koloni bakteri di Bukit Siam antara lain pH, senyawa organik, jenis lapisan tanah , Oksigen dan sebagainya karena terdapat korelasi yang kuat bahwa semakin banyak kandungan organik tanah dan oksigen, maka jumlah dan jenis mikroorganismenya juga semakin tinggi. ***
Foto-foto Hasil Praktikum Bakteri Tanah dari Sampel Tanah di Bukit Siam pada hari Rabu 06 Mei 2010. Penampakan bakteri pada sampel tanah pada ketinggian 27 meter pengenceran 10-5 dan Penampakan bakteri pada sampel tanah pada ketinggian 48 meter pengenceran 10-5.
Proses penimbangan sampel tanah
Proses pembuatan media dan Isolasi Bakteri di Laboratorium Biologi FPPB
Written By :
- Eka Sari (2030811002)
- Ririn Mega Puspita (2030811004)
- Nur Hidayah (2030811010)
- Iis Noveria (2030811017)
- Siltya Virgianty (2030811018)
Para Penulis adalah Mahasiswi untuk Program Studi Biologi Semester IV (Empat) FPPB
UBB Perspectives
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka