UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
15 Juni 2010 | 11:45:38 WIB
Restorasi Lingkungan
Ditulis Oleh : Admin
Selama ini, niat-niat baik yang telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk melakukan upaya pemulihan lingkungan patut kita beri apresiasi. Hal ini bisa dibuktikan dengan diberikannya penghargaan Kalpataru untuk Bangka Belitung dan beberapa penghargaan lain seperti Adipura dan Adiwiyata. Perlu memang berbangga hati mendapatkannya penghargaan-penghargaan itu. Namun ada banyak kalangan yang mempertanyakan apakah pantas Bangka Belitung mendapatkan penghargaan itu?
Sekedar informasi saja, bahwa Kalpataru itu merupakan sebuah penghargaan yang diberikan Presiden kepada orang yang telah berjasa terhadap lingkungannya. Artinya, seseorang yang bisa menjadi pioneer atau leader untuk melakukan sebuah gerakan atau inovasi terhadap lingkungan yang bermanfaat untuk hajat hidup orang banyak berhak mendapatkan penghargaan itu. Sebenarnya sebuah penghargaan jangan hanya dijadikan sebuah masalah siapa yang pantas atau siapa yang tidak untuk mendapatkannya. Namun seharusnya sebuah penghargaan dimaknai sebagai sebuah penyemangat agar mau berlomba-lomba untuk memperbaiki dan melakukan restorasi terhadap lingkungan.
Bangka Belitung adalah sebuah wilayah yang lingkungannya butuh restorasi. Kerusakan alam lingkungan Bangka Belitung harusnya menjadi perhatian seluruh kalangan masyarakat. Selama ini yang terlihat hanya gerakan dari para pencinta lingkungan saja, namun bukan sebuah gerakan yang lahir dari kesadaran seluruh masyarakat terutama masyarakat yang melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap lingkungan.
Kearifan untuk menjaga lingkungan nampaknya belum terkonstruksi dalam mindset juga mindstream masyarakat. Kepedulian dan kepekaan terhadap lingkungan hanya terlihat sedikit orang yang baru sadar pentingnya untuk selalu menjaga ekosistem yang ada. Hutan, laut, dan daratan merupakan sirkulasi pembantu hidupnya lingkungan dan manusia. Bayangkan jika salah satu sirkulasi rusak dan tidak berjalan?
Sesungguhnya dipercayai bahwa kearifan local yang dimiliki oleh masyarakat mampu untuk tetap menjaga ekosistem lingkungan. Bahwa pantangan-pantangan atau mitos yang ditelurkan oleh masyarakat ampuh untuk melindungi alam agar tetap terjaga. Ini bukan berbicara takhayul, namun ada sebuah upaya untuk kelestarian lingkungan yang lahir dari masyarakat berupa kearifan local.
Sejauh ini, restorasi yang dilakukan oleh para pencinta lingkungan nampaknya hanya sebatas pemulihan, reklamasi, dan penanaman. Seharusnya ada sebuah upaya yang dilakukan agar restorasi tidak hanya berhenti dan selesai sampai disitu. Contohnya selama ini jika melakukan penanaman mangrove maka selesai penanaman akan ditinggalkan begitu saja tanpa ada konservasi lanjut yang dilakukan. Contoh lain jika melakukan penanaman pohon maka hanya menanam saja, setelah itu tidak ada upaya pemeliharaan terhadap pohon tersebut karena hanya dibiarkan tanpa dirawat dan dipelihara.
Nampaknya isu seputar lingkungan merupakan hal yang hangat untuk diperbicangkan. Dimana seluruh kalangan berlomba-lomba untuk mendapatkan label cinta lingkungan. Sejujurnya sebuah hal yang positif melakukan sebuah aksi atau gerakan sadar dan peduli lingkungan. Tapi jangan merupakan upaya untuk mendapatkan sesuatu, melakukan pencintraan, atau lain sebagainya.
Keseimbangan ekosistem lingkungan merupakan hal yang paling urgent untuk menjadi perhatian kita bersama. Harapan untuk merasakan kembali hijaunya Bangka Belitung yang dulu menjadi kerinduan semua elemen masyarakat. Mudah-mudahan pemerintah memiliki inisiatif untuk melakukan sebuah upaya restorasi yang berkelanjutan. Misalnya membuat undang-undang atau kebijakan peraturan daerah tentang pemeliharaan lingkungan, mengkampanyekan sustainable society, melembagakan kembali kearifan-kearifan local tradisional yang dulunya dimiliki oleh masyarakat, edukasi konservasi terhadap anak-anak sekolah dan melahirkan sebuah wisata yang mengajak turis local maupun mancanegara untuk melakukan penanaman disetiap jengkal daratan yang rusak kemudian melakukan pungutan uang pemeliharaan terhadap tanaman tersebut sehingga mendapatkan perawatan. Ada sebuah kenang-kenangan yang mereka tinggalkan saat meninggalkan Bangka Belitung dan saat mereka kembali, mereka masih dapat melihat tanaman mereka. Ini juga merupakan sebuah upaya agar mereka bisa kembali datang berkunjung ke Bangka Belitung.
Pengelolaan dan pemeliharaan alam jangan hanya dipandang dalam kacamata yang saling berbenturan ekonomi. Ia harus dilihat dalam kerangka keharmonisan, baik keharmonisan antar satu generasi dengan generasi selanjutnya. Saatnya kita mulai membangun kesadaran ekologis (ecological awareness) yakni kesadaran lingkungan untuk mewujudkan keberlanjutan lingkungan untuk generasi yang akan datang. (Rachmad K. Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan Hal 153-154).
Untuk itu, restorasi lingkungan merupakan sebuah hal yang penting untuk dilakukan. Semua ini bukan hanya tanggung jawab sebagian kalangan, namun menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mulai menstimulus kesadaran akan kepedulian dan kepekaan terhadap lingkungan. Diharapkan setelah Kalpataru diraih oleh Bangka Belitung, kedepannya ada sebuah semangat yang tumbuh dalam diri pribadi bukan untuk berlomba-lomba mendapatkan penghargaan lingkungan namun berlomba-lomba untuk menghargai lingkungan. Semoga!!!!!
Written By : Merry Christina
Mahasiswi Sosiologi UBB
ID Facebook. mey_mocca[At]yahoo.com
UBB Perspectives
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka