UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
23 Agustus 2010 | 12:58:15 WIB
Keanekaragaman Rayap Di Lahan Terganggu Dan Tidak Terganggu (Kontrol) Kabupaten Bangka
Ditulis Oleh : Cici Rahma Daniati, dkk
Keberadaan serangga dalam ekosistem hutan sangat penting sebagai penjaga keseimbangan ekosistem secara alami (Suwito dan Cholik, 2002). Oleh karena itu, pengamatan serangga sangat diperlukan dalam identifikasi keanekaragaman jenis rayap.
Hasil populasi rayap dibeberapa lokasi lahan terganggu dan tidak terganggu :
Keterangan :
++++ = sangat banyak
+++ = banyak
++ = sedikit
+ = sangat sedikit
Dari identifikasi yang dilakukan, rayap yang ditemukan ada empat genus yang berbeda dari lima lokasi dengan jenis kayu atau pakan yang berbeda yaitu Glyptotermes, Macrotermes, Coptotermes, dan Cryptotermes. Pada kelima lokasi tersebut, kontrol merupakan lokasi yang memiliki jenis rayap yang paling banyak ditemukan pada kayu seruk/puspa (Schima wallichii), hal ini karena dinding sel tumbuhan banyak mengandung selulosa sehingga mempermudah rayap dalam memakan selulosa pada bahan kayu hidup di daerah kering dan lembab (Tarumingkeng, 2009). Kayu seruk menjadi sasaran pakan utama rayap karena banyak mengandung selulosa. Rayap Coptotermes adalah rayap di bawah tanah. Rayap ini sangat merusak dan sering ditemukan di bawah tanah untuk menghindari cahaya. Glyptotermes, merupakan jenis rayap yang menyerang kayu mati yang lembab, bersarang dalam kayu, dan tidak berhubungan dengan tanah. Rayap ini memiliki gigi yang tajam dengan perut yang agak besar, bentuk tubuh yang tidak ramping dan berwarna putih, dengan kepala berwarna kecoklatan. Macrotermes merupakan jenis rayap yang memiliki ciri-ciri ujung labrum dengan lapisan hyalin, mesonotum dan metanotum meluas ke lateral, prajurit dimorfis, caput gelap, kedua sisi bertemu di anterior, jumlah antena 16-17 ruas, mandibula tidak mempunyai gigi dan ukuran spesies beragam. Cryptotermes, rayap ini hidup dalam kayu mati yang kering. Salah satu tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di lantai atau di sekitar kayu yang diserangnya (Tarumingkeng, 2009).***
Oleh Cici Rahma Daniati, Chandra Apriadi, Desi Susanti, Ropika
Mahasiswa/i Prodi Biologi FPPB UBB
UBB Perspectives
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka