UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
17 Februari 2012 | 10:40:40 WIB
AWAL MENUJU KEMANDIRIAN RUMPUT LAUT PULAU BANGKA
Ditulis Oleh : Ardiansyah Kurniawan
Rumput laut merupakan salah satu target pemerintah pusat dibidang perikanan dengan tonnage mencapai 10 juta ton pada tahun 2014. Target nasional ini dibebankan pada ke-33 propinsi se-Indonesia dengan tetap menyesuaikan kondisi perairan yang dimiliki propinsi-propinsi tersebut. Beberapa propinsi diantaranya Maluku, Maluku Utara, kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Propinsi di pulau jawa merupakan propinsi dengan potensi rumput laut yang tinggi.
Budi Daya Rumput Laut dengan Sistem Inti Plasma
Langkah awal yang cukup menarik dilakukan pemerintah bersama perbankan dan pihak swasta untuk membudayakan budidaya rumput laut pada masyarakat propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pihak perbankan dan swasta memberikan stimulan untuk memulai budidaya rumput laut dengan area yang cukup luas yaitu 1 hektar per kelompok. Dimana setiap kelompok terdiri atas 5 kepala keluarga. Beberapa kelompok ini diharapkan mampu mandiri dan mencapai hasil yang ditargetkan yaitu sebanyak 30 ton per hektar. Masa pemeliharaan yang cukup singkat yaitu 45 hari dan jenis Eucheuma cottonii strain jumbo yang mampu mencapai 2 kg per rumpun, menjadikan budidaya rumput laut potensial menjadi alternatif pasca penambangan timah.
Sistem inti plasma yang diberikan dapat menjamin seluruh hasil budidaya rumput laut dapat dipasarkan dan ditampung oleh perusahaan inti. Hal ini menghapus kegalauan petani petani rumput laut sebelumnya yang mengalami kesulitan untuk memasarkan hasil pembudidayaannya setelah mencapai masa panen.
Penambangan Timah vs Pembudidayaan Rumput Laut
Masyarakat BangkaBelitungyang sejak lama terbuai potensi timah yang melimpah, sedikit demi sedikit mulai was-was akan semakin turunnya hasil penambangan timah mereka akibat jumlah timah yang semakin berkurang. Jika pendapatan menambang timah mulai menurun dari nilai yang diharapkan, ada baiknya memperhatikan potensi budidaya rumput laut berikut.
- Dalam pembudidayaan rumput laut, modal awal hanya berupa tambang ( tali ), jangkar dan bibit rumput laut. Bibit tidak memerlukan pembelian lagi jika kondisinya masih sehat, sebab dari hasil panen, sebagian dapat digunakan sebagai bibit-bibit baru lagi untuk proses pembudidayaan berikutnya. Sehingga setelah modal awal terpenuhi, modal tambahan sangat minim dibutuhkan.
- Pemeliharaan rumput laut tidak membutuhkan pupuk, pakan dan lain-lainnya. Semua kebutuhan rumput laut disediakan oleh alam yaitu laut.
- Proses perawatan juga ringan, dengan dilakukan pembersihan disekitar pembudidayaan rumput laut untuk memaksimalkan pertumbuhan rumput laut.
- Lahan pembudidayaan rumput laut di kepulauan Bangka Belitung terbuka luas. Masih banyak lokasi yang sesuai untuk budidaya rumput laut dan belum dimanfaatkan.
Dengan berbagai kemudahan pembudidayaan rumput laut, selanjutnya setiap hektar menghasilkan 30 ton rumput laut basah, dan jika setiap kg rumput laut basah bernilai Rp. 1000,- (perkiraan harga minimal) maka setiap kelompok petani rumput laut menghasilkan 30 juta rupiah setiap 45 hari dibagi 5 anggota. Pendapatan akan semakin besar jika masing-masing anggota mampu memiliki sendiri area pembudidayaan rumput laut.
Permasalahan dan harapan kluster agribisnis rumput laut
Beberapa masalah yang ditemui pada bisnis rumput laut yang banyak di budidayakan di perairan pantai di Indonesia, secara garis besar ada di tingkat petani (on farm) dan di tingkat industri pengolahan (off farm). Di Tingkat Petani terdapat permasalahan kurangnya pengetahuan budidaya yang baik, kurangnya ketersediaan bibit yang baik, sulit akses ke sumber modal, buruknya proses pengeringan dan pasar yang masih banyak bergantung pada pedagang pengumpul.
Permasalahan pada tingkat Industri Pengolahan adalah ketersediaan jumlah rumput laut kering sebagai bahanbakuproduksi yang sering tidak sesuai dengan kebutuhan, kualitas rumput laut kering yang sering kurang baik, kurang adanya dukungan yang baik dari pihak perbankan.
Harapan dilakukannya pengembangan agribisnis rumput laut dengan menggunakan model klaster bisnis adalah:
- Membangun agribisnis rumput laut yang tangguh yang pelaku utamanya adalah UKM.
- Memberikan nilai tambah ekonomis bagi komoditi rumput laut
- Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat terutama masyarakat pesisir.
- Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan/petani budidaya rumput laut serta masyarakat lainnya yang terlibat
Merintis kluster Rumput Laut pada 2012?
Menilik permasalahan dan harapan dalam agribisnis rumput laut diatas, pembudidayaan rumput laut dalam jumlah besar-besaran di propinsi Kepulauan Bangka Belitung bukan tidak mungkin menimbulkan masalah. Tonage rumput laut yang besar tidak dapat hanya mengandalkan perusahaan-perusahaan pengumpul dan perusahaan inti. Dominasi perusahaan pengumpul dapat menciptakan sebuah monopoli penampungan rumput laut hasil budidaya yang tentunya akan berefek pada penentuan harga jual rumput laut yang dikendalikan pengumpul. Maka ketika pembudidayaan rumput laut besar-besaran sebagai industri hulu mulai dirintis, maka perlu dirintis juga industri hilir.
Ketika industri hulu dan hilir terbentuk, maka terciptalah sebuah kulster rumput laut dimana dalam satu wilayah yaitu kepulauan Bangka Belitung dapat melepaskan ketergantungan pada industri lain untuk memaksimalkan potensi. Industri hulu berupa budidaya rumput laut menghasilkan rumput laut basah. Selanjutnya dibutuhkan industri hilir yang memanfaatkan hasil panen rumput laut, mulai dari pengeringan rumput laut dan pembuatan Semi Refine Karagenan (SRC) yang dapat dilakukan dalam home industri dan menarik investasi untuk mendirikan perusahaan pemroduksi karagenan yang memanfaatkan bahan baku baik rumput laut segar dari pembudidaya maupun rumput laut kering dan SRC dari home industri atau UMKM-UMKM.
Pada tahun 2011, hasil panen budidaya rumput laut dari program inti plasma mulai melimpah. Tahun itulah saat yang tepat untuk merintis industri hilir berbahanbakurumput laut sebagai rintisan bahkan awal berdirinya kluster rumput laut di propinsi kepulauan Bangka Belitung. Perlu kerjasama antara pemerintah daerah melalui dinas perikanan dan kelautan baik propinsi Kepulauan Bangka Belitung maupun kota dan kabupaten di wilayah propinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan pihak akademisi serta investor bidang rumput laut untuk mengawali dan merintis industri hilir rumput laut guna menuju kluster rumput laut.
Penulis : Ardiansyah Kurniawan
Dosen FPPB UBB
Website : https://ardiansyah.ubb.ac.id
UBB Perspectives
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka