UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
20 Juni 2008 | 01:50:22 WIB
UBB : Antara Universalitas dan Karakter Lokal
Ditulis Oleh : Admin
Pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan. Pembebasan dari mitos, tahkyul, kepicikan, egoisme sempit, konservatisme buta, pendek kata cara berpikir dan bertindak ekslusif ke corak berpikir dan bertindak inklusif.
Idealisme ini bukan tanpa dasar karena bila kita menelusuri sejarah, pendidikan senantiasa menjadi motor pencerahan (enlightenment). Para pendiri negeri ini adalah orang-orang terdidik. Spirit pembebasan secara esensial dan eksistensial, harus melandasi gerak sebuah universitas. Bila berkaca pada realitas di atas maka UBB agar menjadi sebuah universitas handal perlu menghidupi dimensi-dimensi ini. Pertama, kontekstualisasi; sebuah universitas harus mengakar ke dunia dan secara khusus di ruang dan waktu di mana dia hadir. Ia perlu bicara, tentang dan bersama rakyat. Ia perlu menggali dan merefleksikan cara berpikir, cara bertindak, cara berelasi rakyat. Dari sana baru sebuah universitas sanggup memahami dengan rasional dan bertanggungjawab dimensi sosial, kultural, ekonomi dan dimensi-dimensi lain kehidupan. Dari konteks kehidupan seperti ini pembebasan itu tumbuh. Para pendiri negeri ini baik itu Tan Malaka, Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Sjahrir adalah orang-orang terdidik. Perjuangan kemerdekaan, lepas dari penjajah menjadi konteks mereka saat itu. Sebuah universitas tak mungkin bermukim di menara gading dalam kenyamanan tanpa mendengar, melihat dan mengalami secara langsung nadi kehidupan rakyat.
Kedua, kreatifitas; universitas yang hadir di tengah masyarakat berarti juga berdinamika bersamanya. Dinamika dan perubahan hanya bisa dipahami dan dikendalikan secara elegan dan bermartabat bila kreatifitas diberi ruang. Kreatifitas melahirkan orang-orang genial macam Archimedes, Ibn Sina, Newton, Einstein, Galileo Galilei, dst. Dimensi kreatifitas merupakan modal fundamental manusia dalam mengembangkan kehidupan. Di lembaga pendidikan ranah ini perlu dirangsang secara metodik dan sistimatis agar kreatifitas itu tumbuh. Universitas perlu menjadi ajang kreatifitas, hanya dalam suasana akademik seperti ini dunia pendidikan dihargai oleh dunia karena ia memberi sumbangan yang berarti bagi masyarakat.
Ketiga, yang juga tidak kalah penting untuk kiprah sebuah universitas adalah kepercayaan (trust). Omongan dunia pendidikan itu berbobot kalau argumentasinya akurat mendekati kebenaran tanpa motif apapun. Di tengah globalisasi yang menerpa segala segi kehidupan kepercayaan menjadi cara mengada (mode of being) manusia yang semakin sulit dipertahankan. Dunia seakan bergerak atas dasar Darwinisme sosial dengan jargon yang kuat yang menang (survival of the fittest). Di tengah situasi seperti ini maka dunia pendidikan harus tetap bicara dengan dasar kepercayaan. Ketika dunia melihat orang lain adalah serigala (homo homini lupus) dunia pendidikan harus terus membangun kepercayaan bahwa orang lain adalah sesama yang harus dihormati. Di titik ini krusial ini dunia pendidikan berkiprah dengan kemantangan rasional dan kedewasaan dalam bertindak.
UBB dalam Pusaran Global
Globalisasi menjadikan dunia sekadar sebuah kampung raksasa (global village). Namun globalisasi tidak berarti semuanya harus sama, globalisasi tidak identik dengan homogenitas, ia bukanlah coca-colanisasi, mcdonaldisasi, semuanya harus sama dan seragam. Globalisasi berarti juga yang lokal diberi ruang untuk berkembang. Maka tepat Roland Robertson dalam karyanya Globalization: Social Theory and Global Culture mengatakan, globalisasi berarti juga glokalisasi. Sehingga globalisasi tidak menjadi penjarahan global (global pillage). Tetapi justru sebaliknya ia dijiwai oleh muatan lokal yang digali secara mendalam, rasional dan berbudi. Pada titik ini UBB mendasari segala kiprah akademisnya.
Rasionalitas bergerak di dua medan yakni universalitas dan kekhasan lokal. Karena memang demikian cara kerja ilmiah, ia berlaku universal tetapi di balik universalitas ada kondisi-kondisi khas lokal yang justru semakin memperkaya. Australia misalnya cukup intens menggali studi tentang Asia karena betapa pentingnya Asia bagi negeri kanguru itu.
Demikian juga Singapura, intens dan masyhur dengan teknologi kesehatan karena negeri "singa" itu sadar ia tak banyak mempunyai sumber alam yang mumpuni seperti negara ASEAN lainnya. Demikian juga di Indonesia, masing-masing universitas perlu menampilkan kekhasan yang memperkaya dunia akademik baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Hanya dengan cara itu kehadiran lembaga pendidikan diperhitungkan dalam gerak kehidupan.
UBB sebagai lembaga pendidikan tentu juga memikul tanggungjawab ini. Ia perlu secara intens menggali dan menemukan kekhasan lokal. Bila ditelaah UBB yang hadir di tengah masyarakat Babel perlu menyelami secara mendalam dan luas kekayaan dan kekhasan ranah kultural dan sosial masyarakat Babel. Masyarakat Babel didominasi dua etnis yang cukup menonjol yakni Tionghoa dan Melayu. Kedua etnis ini menyimpan kekayaan sosial dan kultural tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga Asia pada umumnya. Bahasa Indonesia yang digunakan sampai hari ini mempunyai akar dari bahasa Melayu. Di Babel tuturan bahasa Melayu ini begitu kaya dan terus berkembang. Selain bahasa pola relasi antar dua etnis ini pun unik, penghargaan akan keberbedaan terpelihara. Ada upaya saling menerima dan memahami satu dengan lainnya dengan segala risiko. Di kampung-kampung dan kota-kota Babel warna sosial kultural ini mengakar dengan cukup kuat.
Maka bisa dikatakan bahwa Babel merupakan sebuah laboratorium sosio-kultural bangsa bahkan dunia yang perlu dijaga. UBB tentu berada di garda depan usaha untuk terus menggali dan menghidupkan kekayaan ini. Perkembangan teknologi, ekonomi, industri, pariwisata misalnya tidak bisa mengabaikan begitu saja kekhasan sosio kultural yang telah dan akan terus hidup di Babel. UBB diarus globalisasi atau dalam upaya "menginternasional" diri harus juga menjadi juru bicara paling fasih tentang kekayaan Babel.
Ini merupakan sumbangan UBB untuk masyarakat Babel khususnya dan dunia umumnya dalam gelombang besar globalisasi. Sehingga arus globalisasi yang konon tak terhidari ini tidak melindas kita tetapi justru dimengerti dan ditata secara rasional dan bermartabat. Dan dari sini pula internasionalisasi ditempatkan, internasionalisasi diberi isi dan nutrisi oleh muatan lokal. Internasionalisasi berarti menampilkan keunikan kultural dan sosial lokal. Babel mempunyai kekayaan itu. Tugas ini tentu menjadi panggilan semua masyarakat Babel pada umumnya dan terutama UBB pada khsususnya.
UBB perlu tampil sebagai juru bicara Babel yang kontekstual, kreatif dan dipercaya. Dengan demikian ia sungguh menampilkan secara original inteligensia Babel yang khas dan memperkaya khazanah dunia. Dengan usaha ini impian agar mahasiswa asing datang bukan menjadi sesuatu yang mustahil. Mereka datang untuk belajar kekhasan dan keunikan inteligensia kita yang termanifestasi dalam berbagai dimensi kehidupan. (*)
Penulis: Andreas Doweng Bolo (Staf dan Dosen di Pusat Kajian Humaniora UNPAR Bandung ) (Pernah praktik kerja di Bangka Selatan 1999-2000)
Source :
Bangka Pos
edisi: Kamis, 19 Juni 2008
UBB Perspectives
Carbon Offset : Blue Ocean dan Carbon Credit
Hari Lingkungan Hidup: Akankah Lingkungan “Bisa” Hidup Kembali?
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka