UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
19 Desember 2022 | 17:01:52 WIB
TIMAH “BERPERI”
Ditulis Oleh : Hera Safitri
.jpg)
Mahasiswi Sosiologi UBB
Bangka Belitung merupakan wilayah pertambangan timah terbesar di Indonesia. Tak hanya itu, Bangka Belitung juga merupakan penghasil timah terbanyak ke 2 di dunia setelah China. Pertambangan timah di Bangka Belitung ini telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu, yaitu sejak tahun 1711 (bappeda.babelprov.go.id , 2015). Sampai saat ini pertambangan timah atau yang sering disebut dengan Tambang Inkonvensional (TI) masih ada dan tetap berjalan. Sebanyak 24,37 % masyarakat Bangka Belitung berkerja sebagai penambang timah (disnaker.babelprov.go, 2022). PDRB [Produk Domestik Regional Bruto] timah menyumbang 40% dari total PAD [Pendapatan Asli Daerah] Provinsi Babel. Menurut Suci Lestari (dalam Mongabay.co.id, 2020) dalam kondisi wabah COVID-19 saat ini, sektor perkebunan dan pariwisata mengalami penurunan drastis. Sektor pertambangan, khususnya timah juga mengalami sedikit penurunan namun tidak sebagaimana pariwisata.
Ketika berbicara realitas pertambangan timah di Bangka Belitung, ada satu kearifan lokal yang menarik untuk diulas. Apalagi, menurut penulis belum banyak orang yang mengangkat isu soal kearifan lokal tersebut menjadi sebuah tulisan. Kearifan lokal yang dimaksud di sini adalah kepercayaan masyarakat penambang di Bangka Belitung mengenai “Timah Berperi”. Salah satu wilayah di Babel yang penambangnya meyakini soal “Timah Berperi” ini adalah masyarakat tambang di Desa Jebus, Bangka Barat.
Timah Berperi adalah proses perjalanan pembentukan timah yang semulanya kopong (tidak berisi) menjadi berisi dan bernilai jual. Proses pembentukan timah yang semuanya kopong atau tidak berisi dan menjadi nilai jual dapat dilakukan dengan cara ritual taber menggunakan beras yang dihaluskan dan ditambah dengan minyak duyung, kemudia dibaca ayat-ayat suci Al Quran, lalu dipercikkan ke mesin-mesin dan ponton ( sakan ) tambang timah tersebut. Berhasil atau tidaknya itu, para penambang percaya bahwa semuanya atas izin Tuhan. Kemudian,setelah melakukan ritual taber, para penambang tidak diperbolehkan untuk menambang selama satu hari. Para penambang timah ini percaya bahwa setelah mereka melakukan ritual taber tadi, peri-peri timah akan mendekatkan ponton (sakan) yang telah mereka taber dan tidak boleh diganggu. Peri-peri akan melakukan pemberatan atau pengisian timah yang kopong menjadi berisi dan bernilai jual.
Berdasarkan info dari salah satu kepala desa di Kecamatan Jebus, bahwa mayoritas penambang di sana percaya adanya timah berperi. Kepercayaan timah berperi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang terdahulu, dan sampai sekarang masyarakat tambang timah masih mempertahankan kepercayaan timah berperi. Menurut tokoh-tokoh masyarakat dan juru kunci di jebus, timah berperi benar-benar memiliki peri. Mereka menganggap bahwa semua timah di Bangka Belitung ini memiliki peri timah. Jika tidak memiliki peri timah, maka timah tersebut akan kopong dan tak berisi.
Peri timah ini berjumlah 7 peri antara lain yaitu Peri Seling Angin, Peri Pasir, Peri Lecah, Peri Lompor, Peri Lukong, Peri Kung Lumot, dan Peri Triangin. Peri Seling Angin ini adalah peri yang paling jahat dalam pembentukan timah. Menurut Kepala Suku Adat Unar (Jebus, Bangka Barat), Peri Seling Angin inilah yang membuat timah tidak bernilai jual atau kopong. Sementara peri pasir merupakan pemimpin atau ketua peri timah yang paling kuat dan peri yang paling baik.
Menurut masyarakat tambang khususnya di daerah Jebus, TI merupakan bagian terpenting dalam kehidupan mereka karena dapat memberikan dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat. Dengan adanya sumber daya timah, masyarakat merasa perekonomian mereka menjadi meningkat secara drastis. Kemudian mereka sangat percaya bahwasannya timah itu tidak akan ada habisnya. Kepercayaan ini bukan tidak berdasar, sebab para penambang melihat fakta lapangannya secara langsung bahwa timah di area tambang yang ada di jebus tidak pernah mengalami kelangkaan. Walaupun kolong-kolong sebelumnya yang sudah pernah ditambang dan diambil timah nya, tetap saja masih ada dan tak akan habis selagi peri timah itu masih ada.
Secara pengetahuan umum, timah adalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui. Dan tidak mengenal istilah timah peri yang identic dengan hal-hal gaib. Sedangkan pengetahuan masyarakat lokal yang kita sebut sebagai kearifan lokal, timah merupakan sumber daya alam yang tidak akan ada habisnya karena timah tersebut memiliki peri yang dapat membantu perbaikan timah yang semulanya hanya pasir. Pengetahuan yang dimiliki oleh sains atau ilmu pengetahuan tentang timah itu memberikan semacam implikasi positif untuk lingkungan sekitar tambang. Apalagi ilmu pengetahuan saat ini sedang berkembang dan dipercayai banyak orang. Namun hal ini bukan berarti pengetahuan lokal itu akan kita lupakan atau kita singkirkan dan kita anggap suatu hal yang primitif. Itu sangat tidak bijak. Oleh karena itu, masyarakat lokal harus mendapatkan semacam pengetahuan alternatif dari ilmu pengetahuan tentang timah, bahwasannya timah itu akan habis, tidak dapat diperbaharui, dan kalau ditambang terus-menerus dapat merusak lingkungan.
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka
GRAND DESIGN KEPENDUDUKAN (Refleksi Hari Penduduk Dunia)