+62 (0717) 422145
Link Penting UBB

Artikel Feature UBB

Universitas Bangka Belitung's Feature
06 November 2008 | 20:32:16 WIB


Peran Teknologi Informasi Bagi Kemenangan Obama


Layak diakui, dukungan teknologi, khususnya internet adalah salah satu sarana penting dalam mewujudkan kemenangan Barack Obama. Terpilihnya Obama sebagai presiden Amerika Serikat ke-44 tak bisa dipisahkan dari kepiawaian tim kampanyenya melihat peluang di internet.

Selain memanfaatkan internet sebagai media kampanye, tim sukses Obama juga memanfaatkannya untuk penggalangan dana. Ini dilakukan efektif sejak ia masih berjuang di tataran partai, saat masih bersaing dengan Hillary Clinton.

Obama sebenarnya tak sendiri dalam memanfaatkan internet untuk menggalang dukungan. Rivalnya dari partai Republik John McCain juga melakukan hal serupa. Republik bahkan sudah lebih dulu melakukannya, dan tercatat sukses memenangkan kembali George W. Bush pada pilpres 2004. Calon presiden (capres) dari partai Demokrat yang bertanding pada pemilihan presiden (pilpres) sebelumnya, John Kerry juga mengandalkan penggalangan dana secara online pada pilpres 2004.

Meski bukan satu-satunya, Obama mencetak kesuksesan yang lebih dibanding rivalnya dan capres-capres terdahulu dalam pemanfaatan internet. Kuncinya, Obama memadukan kekuatan teknologi dengan pendekatan personal yang tepat, serta didukung ketersediaan data yang mumpuni. Hasilnya, kemenangan telak diraih Obama pada pilpres 4 November lalu.

Phil Noble, seorang pakar di AS yang menganalisa hubungan internet dan politik memperkirakan, penggalangan dana online yang dilakukan kubu Obama menghasilkan sedikitnya USD 1 miliar. Jumlah tersebut 12 kali lebih besar dibanding dana yang berhasil dihimpun John Kerry pada pilpres 2004.

Situs web Obama, barackobama.com, sudah dipersiapkan dengan sangat matang sehingga benar-benar siap tampil sejak hari pertama kampanye. Situs tersebut dilengkapi dengan tools yang memungkinkan para pendukungnya berinteraksi dan mendonasikan uang.

Selain situs, dukungan bagi Obama juga dihimpun dari situs jejaring sosial myBarackObama.com. Di sini, tim sukses berhasil merangkul pendukung Obama untuk menjadi relawan. Cara ini berhasil mengumpulkan jumlah relawan yang lebih banyak dibanding pesaingnya, Hillary Clinton dan John McCain.


Teknologi Personalisasi Data

Tak berhenti sampai pengumpulan relawan, tim sukses Obama juga melakukan strategi online yang jitu, yaitu dengan memanfaatkan partisipasi dan umpan balik para relawan. Obama dan tim belajar dari kegagalan kampanye Howard Dean pada kampanye primari tahun 2004, dan memadukannya dengan kesuksesan Bush pada pilpres di tahun yang sama.

Dean adalah capres pertama dari partai Demokrat yang menggunakan internet, dengan menggunakan Blog for America untuk memobilisasi pendukungnya. Namun sayangnya dia gagal berkomunikasi dengan para pemilih di Iowa, sehingga mengantarkannya pada kekalahan. Sementara di kubu Bush, atas bantuan relawan, saat itu Republik berhasil mendekati pendukung dengan memanfaatkan e-mail dan data yang tergali dari informasi online di internet.

Saat itu Republik mengidentifikasi karakteristik pendukung di setiap distrik, menggunakan teknologi khusus untuk menganalisa hal-hal yang menarik perhatian mereka. Identifikasi dilakukan berdasarkan data komersial yang didapat secara online, misalnya data tentang kepemilikan mobil, majalah yang disukai, film favorit, dan data sejenis itu.

Lalu kepada para relawan, mereka akan mengirimkan data para pemilih potensial yang harus dikunjungi untuk melakukan pendekatan berdasarkan isu yang paling sesuai dengan minat mereka. Data tersebut dikirim lengkap dengan peta kawasan, rute jalan, dan print-out berisi strategi capres yang bersangkutan mengenai isu yang diminati. Inilah bentuk keberhasilan pemanfaatan teknologi yang dipadukan dengan pendekatan personal dan ketersediaan data.

Cara itulah yang ditempuh Obama untuk membidik pemilih potensial, terutama pemilih-pemilih di kawasan mengambang, di mana perubahan pilihan adalah hal krusial yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Di kubu Obama, hal itu dilakukan dengan dukungan 1,5 juta relawan, serta bank data berisi nomor telepon dan kontak personal. Sungguh sebuah sumber daya yang tidak kecil untuk melakukan banyak tugas penting demi mewujudkan kemenangan Obama.

Menurut Marshall Ganz, dosen kebijakan publik di Harvard yang merancang sistem pelatihan untuk kubu Obama, keberhasilan kampanye Obama adalah kemampuan mengimplementasikan kepemimpinan, dan peran nyata teknologi, sehingga dari situ bisa diperoleh perpaduan terbaik dari keduanya.


Komunitas Anak Muda

Kesuksesan merebut simpati anak muda juga menjadi kunci sukses kemenangan Obama. Di internet, jalan menuju ke sana adalah dengan membangun jaringan seluas-luasnya di situs jejaring sosial, seperti Facebook dan MySpace. Dan Obama menang di kedua-duanya.

Bagi para pendukung, bergabung di situs jejaring sosial adalah sebuah ekspresi publik terhadap bentuk dukungan, yang akan menimbulkan dampak politik yang lebih luas. Dan itu tidaklah sama seperti merespon e-mail dukungan.

Tidak hanya itu, Chris Hughes, salah satu pendiri Facebook, keluar dari perusahaannya sejak tahun lalu dan bergabung bersama tim sukses Obama untuk mensukseskan strategi online Obama. Ini adalah bukti dari sekian banyak dukungan anak muda terhadap Obama.


Kekalahan Ironis McCain

Terkait dengan kesuksesan penggunaan internet, kekalahan McCain kali ini bisa dibilang sangat ironis. Pasalnya McCain sebenarnya sudah memanfaatkan internet untuk penggalangan dana pada saat dia bersaing dengan Bush di pilpres 2000. McCain adalah contoh awal penggalangan dana online. Sangat disayangkan kalau akhirnya McCain gagal, mengingat dia sudah lebih berpengalaman dalam hal itu.

Dalam pilpres kali ini, McCain bersama tim suksesnya Republican National Committee (RNC) sebenarnya juga telah mengimplementasikan teknologi untuk memikat pemilih. RNC mengoperasikan sistem basis data bernama Voter Vault yang fungsinya mirip seperti yang dipakai kubu Obama. Voter Vault sudah membuktikan keberhasilannya pada pilpres 2004.

Seperti halnya Obama, McCain juga menyediakan tools jejaring sosial kepada para pendukungnya -- McCainSpace dan McCain Nation. Akan tetapi, para relawan di Florida pada umumnya mengaku tidak memanfaatkan situs tersebut. Padahal seperti yang diketahui, Florida adalah salah satu wilayah mengambang dalam pilpres AS, di mana hasil pilihan sering kali tak terduga antara memenangkan Republik atau Demokrat.

Harout Samra, pimpinan dari Florida College Republicans berpendapat, kubu McCain agak terlambat meluncurkan tools jejaring sosial, banyak pendukung yang tidak terbiasa menggunakannya karena terlanjur sudah familiar dengan Facebook. Dia menambahkan, fasilitas di dalamnya juga lebih banyak pengulangan dari yang sudah-sudah tanpa ada nilai tambah.

Menurut Noble, kekalahan McCain kali ini diduga karena partai Republik kalah dalam hal sumber daya dan investasi tools internet, serta kesulitan menggalang dukungan secara offline. Kesulitan finansial diduga menjadi penyebabnya.

Perbedaan besaran dana iklan bisa membuktikan dugaan Noble di atas. Di Florida yang merupakan wilayah kunci kemenangan, Obama mengeluarkan USD 27,5 juta untuk belanja iklan TV di Sunshine States, jauh lebih besar dari McCain yang hanya menggelontorkan dana USD 6,4 juta. ( dwn / dwn )

Source : Detik.Com

Feature UBB

Berita UBB

UBB Perspectives