UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
24 April 2008 | 01:47:23 WIB
Inspirasi Dari Keluarga Polgar
Ditulis Oleh : admin
Deretan nama-nama diawal merupakan beberapa contoh dari sekian banyak warga Negara Hongaria yang memperoleh nobel, khususnya dalam bidang Fisika, kimia, physiology dan ekonomi. Sementara Laszlo Polgar adalah guru catur luar biasa, yang walaupun konsepnya anti teori tapi hasilnya mencengangkan dunia. Tulisan ini mencoba melihat keberhasilan seorang Laszlo dengan kegigihannya mewujudkan visi dan misi spektakulernya dalam mendidik ketiga putrinya, melalui homeschooling, dengan sedikit ilustrasi tentang atribut negara Hongaria.
Laszlo Polgar tidak lain adalah orang tua dari Judit Polgar, yang dalam bukunya ”Bring up Genius” menggagas konsep “how to teach the genius”. Dalam buku yang ditulisnya pada tahun 1989, Laszlo menulis “Bawalah seorang bayi kepada saya, maka 15 tahun kemudian dia akan menjadi pecatur hebat dunia". Sesumbar yang disampaikannnya bukan tidak berdasar, karena dengan bantuan istrinya (Carla) dia sudah melakukan eksperimen kepada ketiga puterinya (dunia kemudian menyebutnya the polgar sisters). Ketiga puterinya tidak disekolahkan secara formal melainkan hanya menjalani homeschooling (sekolah rumah). Laszlo mengajarkan kepada anaknya matematika tingkat tinggi, bahasa, kesenian, tamasya-olahraga, dan selebihnya digembleng main catur. Puteri sulungnya Zsuzsa Polgar (Susan), pernah 4 kali menjadi juara dunia catur wanita dan 5 kali juara olimpiade catur wanita. Pada usia 15 tahun Susan sudah menduduki peringkat pertama dunia catur wanita. Putri keduanya, Zsofia Polgar (Sofia), juga Master International (MI) wanita papan atas, dan pada usia 14 tahun sudah menjuarai turnamen catur dunia di Roma dan dunia mengenangnya dengan istilah “sack of rome” (perampokan Roma). Yang paling menonjol memang si bungsu Judit Polgar. Judit merupakan orang pertama yang menerobos dominasi pria di peringkat atas pecatur dunia. Gara-gara Judit, penentuan peringkat/rating catur (elo) tidak lagi membedakan pria dan wanita. Istilah elo juga dikembangkan oleh Fisikawan terkemuka asal Hongaria, sekaligus juga pecatur kelas dunia era sebelum-sebelumnya, Prof. Arpad Emre Elo. Keistimewaan dari Judit adalah keengganan Judit bertanding dengan pecatur wanita. Ia memang punya alasan tersendiri, dan dunia mengerti dan memahaminya, karena tak ada lagi tempat baginya untuk bertanding di kelompok putri. Pecatur-pecatur papan atas pria kelas dunia seperti Anatoly Karpov, Garry Kasparov, Vladimir Kramnik, Viswanathan Anand (juara dunia 2007) pernah dia taklukkan.
Atribut lain untuk Hongaria adalah lembaga matematikanya, yang telah mendidik banyak pemenang Hadiah Nobel. Beberapa nama matematikawan Hongaria terkenal a.l Pál Erdös, yang menerbitkan buku dalam lebih dari 40 bahasa yang sampai saat ini angka Erdösnya (istilah matematika) masih ditelusuri ; John Von Neumann, yang tidak lain merupakan salah satu perintis dalam komputasi digital, dan János Bolyai, yang berperan besar dalam penemuan geometri non-Euclidea. Bangsa Hongaria juga sangat bangga akan penemuan-penemuan mereka, seperti holografi, korek api, teori tentang bom hidrogen, bolpen, kubus Rubik dan bahasa pemrograman BASIC.
Berdasarkan fakta bahwa banyak warga negaranya berhasil memperoleh penghargaan nobel dalam berbagai bidang ilmu serta fakta tentang hasil penemuan-penemuannya, jelas sekali bahwa Hongaria sebenarnya memiliki riwayat, tradisi dan kualitas pendidikan yang patut diakui. Betul memang bahwa negara Hongaria kalah populer dibanding negara-negara Eropa lainnya seperti Belanda, German, Inggris, Perancis, Belgia, Austria, Spanyol, dll., khususnya dalam hal pendidikan tingginya. Namun cukup beralasan, karena saat komunis berkuasa, pendidikan tinggi Hongaria tertutup bagi mahasiswa asing, sehingga dunia luar sepertinya tidak mengetahui banyak tentang Hongaria, terlebih lagi peta pendidikannya.
Namun setelah situasi politik dan ekonomi stabil, seiring perubahan rejim pemerintahan pada tahun 90-an, iklim pendidikan di Hongaria secara bertahap mengalami perubahan, terutama terhadap kehadiran mahasiswa internasional. Dewasa ini mahasiswa asing sudah menjadi bagian elemen penentu dalam kehidupan pendidikan tinggi di Hongaria. Bahkan sejak tahun 2005, pemerintahnya melalui Magyar Ösztöndíj Bizottság/MÖB (Hungarian Scholarship Board) membuka “Scholarship pool” bagi warga negara asing dari 40 negara (termasuk Indonesia), untuk menempuh pendidikan, melakukan penelitian dan magang (dalam arti mengenyam pengalaman professional) di berbagai institusi pendidikan atau penelian di Hongaria. Pintu sudah terbuka lebar bagi siapapun untuk mengunjungi negaranya Judit Polgar.
Dari keberhasihan Laszlo Polgar mendidik “The Polgar Sister” melalui “homeschooling”, kita bisa melihat bukti lain dari sebuah pendidikan alternatif dalam mengembangkan potensi anak secara maksimal. Laszlo percaya bahwa kunci keberhasilan seorang individu adalah mengoptimalkan otak di usia dini dibandingkan menghabiskan waktu bermain diluar atau menonton TV. Di masa itu, ide homeschooling merupakan hal yang baru dan tak lazim, dan Laszlo sempat mendapat tentangan luar biasa, tidak hanya dari masyarakat tapi juga dari pemerintah Hongaria. Namun dia tetap mendidik anaknya melalui homeschooling dengan penekanan pada bidang catur, dan ingin membuktikan bahwa pencapaian di bidang catur dari ketiga putrinya kelak akan mendatangkan kesuksesan, tidak hanya bagi keluarganya, tapi juga bagi negara Hongaria.
Laszlo mempercayai bahwa “Geniuses are made, not born” (genius adalah diciptakan, tidak dilahirkan), dan "bakat semata tidak ada artinya, sukses adalah 99% kerja keras". Dalam pengalaman mendidik ketiga putrinya, Laszlo juga melihat bahwa diantara ketiga puterinya, Sofia adalah yang paling berbakat bermain catur, kemudian diikuti Susan dan Judit. Walau dari aspek bakat paling rendah, namun Judit punya keunggulan lain, yaitu memiliki motivasi paling tinggi dan pekerja keras. Tahun 1992, seorang milioner dari Belanda bernama Joop van Oosterom amat tertarik dengan ide apakah "genius adalah dilahirkan atau diciptakan?". Joop pernah ingin mendanai Laszlo untuk mengadopsi 3 orang anak lelaki dari negara terbelakang dan membesarkan mereka sama seperti cara dia membesarkan ketiga putrinya. Laszlo amat tertarik, namun istrinya Karla tidak menyetujui ide tersebut, sehingga sampai saat ini belum dilaksanakan.
Mengenai anak sulungnya Susan, saat ini selain memiliki Susan Polgar Foundation, Susan juga dipercaya oleh Texas Tech University (TTU)-USA untuk menjadi direktur SPICE (Susan Polgar Institute for Chess Excellence) - TTU. Dalam upacara wisuda TTU, 12 Mei 2007 Susan mendapat gelar Doktor kehormatan (honorary doctoral degree of human letters) dari Texas Tech University, dan dihadapan 25.000 undangan (wisudawan, keluarga, dll), Susan menyampaikan sambutan sekaligus pesan yang sangat inspiratif, tidak hanya bagi wisudawan, yang isinya a.l. sbb :
……………
Through chess I learned some of the most important lessons in life: concentration, focus, perseverance, logical thinking, creative thinking, time management, planning and many more. In chess every move is a new decision. Every move has consequences and we have to be responsible for them. In chess we set short and long-term plans. However, there is an opponent in chess and they want to stop our plans. There are constant changes in the situation, in the position on the chess board and we have to adjust to them.
What is my message to you today? After graduating from this fine university, you are starting with at least equal if not better chances than anyone, than anyone out there. The most important thing is to find your passion. To find something that you really care about, that you are happy to wake up every morning and learn and do and work more in that direction. Work hard, be diligent and never let any excuse stand in the way of your success. There will be days when you fail; there will be times you won’t succeed right away. But what’s important is not how many times you fail but how many times you pick yourself up and try again. And you will succeed.
You have received a wonderful education. But this is just like an opening of a chess game. It may give you confidence. It may give you a jump start in your career. But the rest of the game is now up to you. Combine your passion, the knowledge you have acquired here at Tech with hard work and you will be a success. Starting today you are embarking a new chapter of your life and if you remember these words, live by these principles, you will succeed. There are no miracles in life. Success is 99 percent diligence, hard work and perseverance and 1 percent luck. Miracles can come only from within you. You have the power to set your life on any road you choose. Go out today and choose your own road. Go out today and make a mark in life. Go out today and begin the rest of your wonderful life. I wish you all the very best and remember you can make it happen and don’t ever give up.
…………
Apa yang diungkapkan Susan Polgar, mirip apa yang ditulis ayahnya dalam buku “Bring up Genius”. Semuanya punya keyakinan bahwa kerja keras, keteguhan dan tidak ada kata menyerah adalah kunci keberhasilan. Dan bagi kita tentu saja selain kerja keras, kita semua yakin akan kekuatan doa kita pada Allah SWT dan yakin akan kehendak-Nya. Semoga cerita keberhasilan keluarga Polgar, bisa membuka mata kita tentang banyak hal dan memberi inspirasi kepada kita semua untuk terus maju dan berkembang.
Written by Dani Rusirawan
source :
www.Migas-indonesia.net
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka