UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
15 Juli 2009 | 18:54:45 WIB
Kriteria Pemimpin Masa Depan Indonesia
Ditulis Oleh : Admin
Berkaca dari proses demokrasi beberapa hari yang lalu, berbagai strategi dan cara digelar untuk meraih kemenangan. Jadwal kampanye pun disusun untuk meyakinkan rakyat atas dirinya masing-masing. Perlombaan pun dimulai untuk menjadi sang pemenang. Adapun pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (Capres dan cawapres) yang akan menduduki kursi kepresidenan, yaitu pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dengan Boediono, pasangan Jusuf Kalla dengan Wiranto, dan pasangan Megawati dengan Prabowo.
Dari ketiga pasang Capres dan Cawapres di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan sehingga tidak bisa diketahui siapa yang bakal menjadi pemenang pemilihan presiden 2009 kemarin sebelumnya, walaupun banyak pengamat danhasil survey menempatkan pasangan SBY-Boediono memiliki peluang terbesar untuk menjadi pemenang. Waktu memang masih panjang sebelum pengjitungan suara hasil pilpres 2009 selesai dan diumumkan secara resmi oleh KPU pusat, siapa yang kalah dan siapa yang bakal menang pada pemilihan presiden belum bisa ditentukan secara pasti karena di sana nanti suara terbanyak yang akan menentukan kemenangan, walaupun hasil penghitungan cepat (Quick Count) telah menyatakan pasangan dengan nomor urut 2 (dua0, SBY-Boediono yang memenangkan Pilpress 2009 ini.
Melihat nama-nama capres dan cawapres yang masuk ke dalam bursa pemilu 2009, alam bawah sadar kita langsung tergerak untuk menimang-nimang harus memilih siapa Pertanyaan itu kalau ditelisik lebih jauh disatu sisi merupakan ekspresi dari harapan masyarakat akan sebuah perubahan tatanan kehidupan sosial yang lebih baik, dimana para elite/pemimpin sebelumnya atau yang masih menjabat (incumbent) kurang mampu menangani isu-isu sosial yang dihadapi masyarakat Indonesia, seperti masalah kemiskinan, buta huruf, korupsi, ketidakadilan, dan penyediaan infrastruktur yang tidak merata.
Sementara di sisi lain, pertanyaan harus memilih siapa hendak mengarahkan kita untuk menyeleksi kepatutan dan kelayakan seorang pemimpin berdasarkan kebutuhan dan keinginan nyata masyarakat sekarang ini. Kebutuhan riil itu tidak lain dari bagaimana upaya seorang pemimpin dan seluruh masyarakat mengatasi persoalan-persoalan sosial yang telah disebutkan di atas. Kalau para elite politik berani mengadakan kontrak sosial dengan para konstituennya dan punya komitment kuat untuk melakukan apa yang telah menjadi janjinya, maka masyarakat tidak segan-segan memilihnya sebagai pemimpin.
Tanggungjawab untuk memajukan kehidupan bersama adalah usaha dan partisipasi aktif semua orang. Sebagai salah satu bentuk tanggungjawab nyata kita itu adalah perlu memiliki kriteria dan pengetahuan kolektif tentang karakter, kepribadian dan kemampuan dari sang calon capres dan cawapres 2009 ini.
Maka berikut ini beberapa kriteria seorang pemimpin yang bisa kita pertimbangkan untuk menjadi seorang pemimpin Indonesia di masa kini dan yang akan datang.
Seorang calon presiden tentunya harus memiliki jiwa kepemmpinan yang baik dalam memimpin negeri serta harus bersikap profesional dalam menjalankan tugas. Presiden harus benar-benar mendahulukan kepentingan rakyat bukan kepentingan golongan atau perseorangan. Namun pada saatnya rakyatlah yang akan memilih siapa pemimpin mereka. Biarlah mereka yang menentukan sesuai pendapat dan hati nuraninya.
Yang jelas, untuk menjadi presiden di negara besar seperti Indonesia dengan segudang tantangan di bidang ekonomi, politik, dan sosial kemasyarakatan dibutuhkan kandidat yang mamiliki kecakapan memimpin yang prima ketimbang faktor-faktor teknik lainnya yang sepele. Kita membutuhkan pemimpin yang efektif yang dapat menggunakan dan menggabungkan berbagai gaya leadership yang berbeda, yang berakar pada sejumlah elemen nilai-nilai, emosional, dan intelektual yang unik.
Dalam hal ini Goleman membagi gaya kepemimpinan menjadi enam macam, antara lain, Coercive (mampu memenuhi kebutuhan secara cepat), authoritative (memobilisasi masyarakat dengan visi), affiliative (mampu menciptakan harmoni dan membangun ikatan-ikatan emosional), democracy (membuat konsesus melalui partisipasi), pacesetting (meletakkan standar performa yang tinggi), dan coaching (membangun masyarakat demi masa depan yang lebih baik). Karakter dasar ini harus dimiliki seorang kandidat presiden karena ia akan menjalankan tugas kepemimpinan apalagi di negara dengan populasi penduduk yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa ini.
Pertama, seorang pemimpin yang hendak dipilih adalah seorang elite politik yang memiliki tanggung jawab besar, haruslah memiliki pengetahuan yang luas. Unsur ini sangat penting di masa kini. Mengapa demikian? Agar dapat berubah lebih cepat dalam persaingan yang ketat dan cepat dimana lingkungan yang sangat tidak pasti untuk ke depan, pemimpin harus mampu berfungsi sebagai katalis dalam problem solving, toleran terhadap resiko, berfikir dalam gambaran keseluruhan dengan keahlian teknis yang menonjol, fokus dalam mengembangkan hal-hal yang tidak terukur, memiliki keterampilan non teknis dan pengetahuan lintas fungsi/antar disiplin seperti matematika, logika, sejarah, filsafat, sastra dan bahasa asing serta disiplin ilmu lainnya.
Kedua, pemimpin harus memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan informasi dengan baik dan mengkomunikasikannya dengan jelas, singkat, dan persuasif, keterampilan untuk menganalisis informasi yang kompleks sampai membuat keputusan yang tepat berdasarkan pendekatan secara logis. Biasanya seorang pemimpin akan mencari solusi atau jawaban yang terbaik, bukan jawaban yang ingin kebanyakan didengar oleh bawahan.
Ketiga, seorang pemimpin yang hebat biasanya juga knowledge worker yang seringkali memiliki pengetahuan antardisiplin dan memiliki pengalaman, serta secara bersamaan menerapkan pengetahuan yang berasal dari beberapa bidang untuk memecahkan masalah. Mereka seringkali dapat mengkombinasikan pengetahuan yang berbeda-beda, seperti bisnis dan teknologi. Keempat, adalah seorang pemimpin masa depan juga harus mengerti visi organisasi yang spesifik dan berperan untuk bisa melihat dan merespon kebutuhan masyarakat.
Selain hal-hal tersebut, kandidat presiden hendaknya memenuhi beberapa ciri kepemimpinan sebagai berikut; pertama, memiliki kecakapan khusus(skill), pendidikan, nilai-nilai, dan kepribadian; kedua, memilliki kemampuan dan persepsi manajerial yang baik; dan ketiga, memiliki self knowledge dan self reflection.
Ciri terakhir ini penting bagi seorang pemimpin karena dari sini akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya menjadi pertanyaan bagi setiap kandidat sebelum mencalonkan dirinya sebagai calon presiden. Jadi, pencalonan diri sebagai kandidat presiden tidak semata-mata ditentukan oleh banyaknya dukungan, uang, kuatnya mesin politik, tingginya kepercayaan diri atau ijazah tingkat apa yang dimilikinya tetapi juga benar-benar didasarkan pada evaluasi terhadap diri sendiri.
Begitu pula dengan para pendukung seorang kandidat, sebaiknya mereka juga memulai mempertanyakan diri mereka sendiri tentang apa yang diharapkan dari kandidat yang didukungnya. Evaluasi dini semacam ini penting agar kita tidak terkecoh dengan kriteria-kriteria kerdil yang justru hanya menjadi kedok belaka dan belum tentu membawa perbaikan.
Jadi pada intinya seorang pemimpin masa depan apabila ingin efektif, maka diperlukan lebih banyak pengetahuan yang bersifat menyeluruh dan tidak perlu menjadi ahli, tetapi setidaknya cukup mengenal dengan baik untuk dapat menjawab pertanyaan yang tepat dari orang lain, memecahkan masalah dengan cerdas, serta membuat keputusan yang tepat yang didasari pada proses yang logis. Adakah kriteria-kriteria yang telah disebutkan di atas ada dalam diri para kandidat capres dan cawapres 2009? Kita semua dapat menentukan mana yang terbaik buat bangsa kita yang tercinta ini, Indonesia.
Jadi, sekarang silahkan melihat kembali kriteria mana saja yang dimiliki calon presiden yang bertarung minggu-minggu kemarin. Apakah termasuk dalam kriteria kandidat yang ideal atau tidak? Nasib Indonesia ada di tangan rakyat. Jadi apa yang anda pilih sangat menentukan agar Indonesia lebih baik lagi di masa mendatang paling tidak untuk lima tahun ke depan.***
Penulis : Diah Haryani
Mahasiswi Prodi Biologi
Fakultas Perikanan, Pertanian dan Biologi (FPPB UBB)
Universitas Negeri Bangka Belitung
Email : diah_haryani47@yahoo.co.id
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka