UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
15 Juli 2009 | 19:05:23 WIB
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
Ditulis Oleh : Admin
Penyebab dan Penyebaran Penyakit Kaki Gajah
Pada musim penghujan biasanya nyamuk dapat berkembang biak dengan sangat cepat. Banyak sekali penyakit yang dapat ditularkan oleh hewan kecil yang satu ini. Salah satunya adalah penyakit kaki gajah (filariasis). Penyakit ini disebabkan oleh cacing filaria (Wuchereria bancrofti). Cacing ini dapat ditularkan melalui berbagai gigitan nyamuk kecuali nyamuk mansoni. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembengkakan kaki, lengan dan alat kelamin baik pada pria maupun wanita. Akibatnya penderita penyakit kaki gajah tidak dapat bekerja secara optimal, bahkan hidupnya harus selalu tergantung pada orang lain.
Di Indonesia, penyakit ini tersebar luas hampir diseluruh propinsi. Berdasarkan hasil survei pada tahun 2000 tercatat sebanyak 1553 desa yang tersebar di 231 kabupaten dan 26 propinsi, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Untuk menanggulangi penyebaran penyakit kaki gajah agar tidak semakin meluas, maka melalui organisasi WHO menetapkan kesepakatan global yaitu memberantas penyakit kaki gajah sampai tuntas. Di Indonesia sendiri pada tahun 2002 sudah dimulai pelaksanaan pemberantasan penyakit kaki gajah secara bertahap di 5 kabupaten percontohan. Program pemberantasan dilaksanakan melalui pengobatan massal dengan DEC dan Albendasol untuk setahun sekali selama 5 tahun.
DEC (Diethil Carbamazine Citrate) Obat Kaki Gajah
Memang selama lebih dari 40 tahun untuk pengobatan penyakit kaki gajah, baik secara perorangan maupun secara massal menggunakan DEC (Diethil Carbamazine Citrate). DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan makrofilaria ( cacing dewasa). Sampai saat ini DEC merupakan satu-satunya obat penyakit kaki gajah yang efektif, aman dan relatif murah. Pada pengobatan perorangan bertujuan untuk menghancurkan parasit dan mengeleminasi, guna mengurangi atau mencegah rasa sakit. Aturan dosis yang dianjurkan untuk 6 mg/kg berat badan/hari selama 12 hari diminum sesudah makan, dalam sehari 3 kali. Pada pengobatan massal, digunakan pemberian DEC dosis rendah dengan jangka waktu pemberian yang lebih lama, misalnya dalam bentuk garam DEC 0,2 % - 0,4 % selama 9-12 bulan. Untuk orang dewasa digunakan 100 mg/minggu selama 40 hari.
Siklus Hidup Cacing Filaria
Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang yang terserang filariasis, sehingga mikrofilaria yang terdapat ditubuh penderita ikut terhisap kedalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria tersebut masuk kedalam paskan pembungkus pada tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung dan bersarang diantara otot-otot dada (toraks). Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya larva berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga tumbuh menjadi lebih panjang dan kurus, ini adalah larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Apabila nyamuk yang mengandung mikrofilaria ini menggigit manusia. Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif (larva stadium III) secara aktif ikut masuk kedalam tubuh manusia (hospes). Bersama-sama dengan aliran darah dalam tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut larva stadium IV dan larva stadium V. Cacing filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan.
Cacing filaria sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Cacing dewasa (makrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih susu.
- Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65-100 mm dan ekornya lurus berujung tumpul. Untuk makrofilaria yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40 mm dan ekor melingkar. Sedangkan mikrofilaria memiliki panjang kurang lebih 250 mikron, bersarung pucat.
- Tempat hidup makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe. Tetapi pada malam hari mikrofilaria terdapat didalam darah tepi sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam seperti paru-paru, jantung dan hati.
Waspadai Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
Kita bisa mendiagnosa seseorang terserang penyakit kaki gajah berdasarkan gejala-gejala klinis akut atau kronis melalui pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pada jari si penderita. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pada pada pukul 20.00 waktu setempat. Karena pada saat malam hari mikrofilaria terdapat didalam darah tepi penderita. Jika memang ditemukan mikrofilaria didalam darah si penderita, maka orang tersebut telah dinyatakan terserang penyakit kaki gajah (filariasis). Jika seseorang telah terserang filariasis akut, maka gejala-gejala klinis yang akan tampak antara lain :
- Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila si penderita beristirahat dan muncul lagi jika si penderita bekerja berat.
- Pembengkakan kelenjar getah bening, sehingga terlihat bengkak didaerah lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
- Pembesaran tungkai, lengan, buah dada dan buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas.
Sedangkan untuk gejala klinis filariasis kronis yaitu berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, dan buah zakar (elephantiasis skroti).
Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati, mungkin itu adalah ungkapan yang sangat tepat untuk menghindari penyakit kaki gajah. Karena jika kita telah terinfeksi oleh cacing filaria akan sangat sulit sekali untuk mengobatinya serta memerlukan waktu yang lama. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah serangan penyakit kaki gajah,misalnya:
- Berusaha menghindarkan diri dari nyamuk vector dengan caramenggunakan kelambu sewaktu tidur.
- Menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk.
- Menggunakan obat nyamuk semprot atau bakar.
- Bisa juga dengan mengoleskan kulit dengan lotion anti nyamuk.
- Memberantas jentik-jentik nyamuk dengan cara bak air dirumah.
- Menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk.
- Serta membersihkan pekarangan dan lingkungan disekitar rumah anda.
Dengan melakukan hal-hal tersebut setidaknya kita telah berusaha mengurangi resiko terjangkitnya penyakit kaki gajah maupun penyakit-penyakit lain yang juga bisa ditularkan oleh nyamuk. Karena membiasakan diri untuk hidup bersih adalah kunci utama untuk menuju kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani.***
Penulis : Novika Indah
Mahasiswi Prodi Perikanan
Fakultas Perikanan, Pertanian dan Biologi (FPPB UBB)
Universitas Negeri Bangka Belitung
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka