UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
22 Agustus 2011 | 11:00:01 WIB
Dermawan Tiba
Ditulis Oleh : Iksander
Bagi anak terlantar atau yatim piatu, inilah momentum terbaik mereka. Kasih sayang dan perhatian tak perlu diminta. Ia akan datang menjamah dan membuai masa selama sebulan ini. Beberapa diantaranya sengaja dimobilisasi dalam even-even buka bersama atau safari Ramadhan.
Panti asuhan akan tiba-tiba ramai. Ada saja yang mengantar makanan, atau memberi santunan. Ada pula yang mengajak buka bersama. Pelakunya bisa perorangan atau institusi bahkan grup yang terbentuk dalam jejaring sosial semacam facebook.
Kita tiba-tiba menjadi malaikat. Dan ini semacam perulangan tiap tahun. Pejabat yang kemarin lewat, menjauh muka. Pada bulan ini, mereka bersemu merah, merona dan menjadi malaikat kecil. Membawa bahagia alang kepalang. Seolah tak ada lagi bulan kemudian untuk menjadi malaikat.
Bahwa setiap umat berhak untuk mendapatkan reward berupa pahala yang super besar itu, adalah wajar dan seharusnya. Tetapi selepas Ramadhan kita kembali lagi memanusiakan diri dengan sifat egois, kikir dan acuh. Ibaratnya, berlari tapi tak menjumpai finish. Seperti cinta namun tak kunjung melamar.
Penekanannya tidak seperti suam-suam kuku. Berderma ibarat proses berkelanjutan. Bukan karena sebuah momentum. Tentang momentum, terkadang tanpa sadar kita seolah berlaku emosional. Apa ini semacam karakter kita sebagai nation. Berkaitan dengan momen, kita menjadi ikutan pesonanya. Kita semacam tersihir. Terpengaruh sebuah entitas yang sementara dan parsial.
Bermain dengan momentum, ibarat Norman kemarin yang digilai masyarakat. Kata prinsip organisasi, He is the right man in the right place and the right time. Atau seperti Keong racun, liriknya hampir usang sebelum Sinta dan Jojo berlenggak lenggok di You Tube. Keong Racun menjadi pusaran telinga untuk sebuah masa.
Keduanya sekarang usai tak segemerlap kemarin. Ia tak menjadi menarik lagi, tak punya momen spesial. Tak ada fokus media. Masyarakat kita tak punya interest membicarakan Norman. Mereka lalu meredup perlahan.
Pesannya adalah berderma tidak berkaitan dengan momentum. Atau paling tidak, jangan menjadi ritual tahunan. Sebab bila alur ini dipakai, selepas Ramadhan, Panti Asuhan kembali kembang kempis mengajukan dana operasional atau bantuan. Anak-anak itu kembali sepi dibalik tembok usang.
Mereka seolah semacam instrumen, seolah pemberi tanda, bahwa ini adalah puasa. Bahwa ada lagi konsep selain tak makan dan tak minum, Derma nyaris berfungsi sebagai pelengkap tema Ramadhan.
Atau sekali lagi, apakah umat memerlukan momentum. Sebab aksi tanpa keterkaitan, serasa tak bernyawa dan tiada nilai. Apakah harus sering-sering Tsunami atau gempa, kita bahkan mau turun jalan menarik sedekah. Atau apa harus sering-sering Ramadhan, biar yang lemah merasa kuat. Yang sepi menjadi bahagia.
Ketika ini menjadi ritual tahunan, alih-alih memerdekakan jiwa yang sepi, namun agaknya tanpa sadar kita telah berlaku zhalim.
Kedua, Derma pun tak mesti punya banyak uang. Bahkan yang tak berkarya pun bisa punya uang. Saya yakin mereka, adik-adik setingkat SMA itu tak punya kerja tetap selain ongkos orang tua. Namun mereka bisa kasih derma. Tak mesti punya banyak uang. Sebab kita juga tak bisa bersepakat dalam konsep apa ukuran banyak itu.
Derma, ibaratnya berbagi. Mengiklaskan hati untuk memberi. Kepada mereka yang sering kita sebut dengan kata Saudara. Ini mengajarkan kita untuk membinasakan rasa kikir. Sebab sebagai manusia, alpa dengan batasan kepemilikan. Serakah berkawan akrab dengan kikir. Kedua sifat yang bikin Negara kita tak pernah selesai dengan korupsi.
Derma atau sedekah lah di Bulan Ramadhan, dan bulan-bulan selanjutnya, jangan berhenti. Kata ustad Yusuf Mansyur, jangan takut miskin, yakin Allah akan melipatgandakan nilai yang telah kita ridha dan ikhlas itu. Amiin.***
Penulis : Iksander
Staff Humas UBB - Editor Website UBB
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka