UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
26 Januari 2012 | 08:40:35 WIB
Maling Berdasi itu Koruptor
Ditulis Oleh : Faisal, SH., MH.
Sungguh kita harus percaya, kekuasaan yang lalim merupakan tempat korupsi bermukim. Tak heran kekuasaan yang korup akan membuat gerakan anti korupsi semakin kuat atau sebaliknya lemah dan melempem.
Setidaknya gerakan anti korupsi sudah mendapat tempat yang serius, bila kita menenggok ke belakang pada masa orde baru kejahatan korupsi yang terlembaga pada pusat kekuasaan sangat sulit tersentuh oleh hukum, dan setelah hadirnya era reformasi pelaku kejahatan korupsi dapat di adili. Tapi bukan berarti ruang gerak kekuasaan yang korup semakin menyempit, justru dengan upaya pemerintah dalam mengkampanyekan korupsi sebagai kejahatan serius dan harus diberantas dengan cara-cara yang luar biasa, dan pada saat itu pula kejahatan korupsi tampil dengan motif dan modus yang juga luar biasa.
Rumus Maling Berdasi
Sulit untuk menggelak, bahwa hampir pada setiap daerah dan wilayah pemerintahan tempat bermukimnya kejahatan korupsi. Sangat mudah bila kita ingin melihat indikator permulaan untuk mengatakan seseorang akan menjadi kandidat koruptor. Hal itu dapat kita saksikan bilamana awal mula seseorang dalam meraih kedudukan dan kekuasaannya.
Saat ini tak ada kekuasaan yang dapat di raih dengan hanya berbekal kompetensi diri, ataupun setumpuk idealisme yang bervisi kepedulian sosial. Semua itu menjadi mustahil, karena faktor kekuasaan harus melalui rumus "kepentingan+modal/uang = kedudukan".
Kesimpulannya, penguasa dan elit politik bilamana ingin meraih kedudukan dan kekuasaan ia lebih memilih menggunakan cara-cara yang sesuai dengan rumus tersebut, maka sudah barang tentu cara berfikir ekonomi akan berlaku ketika kekuasaan dan kedudukan telah di raihnya, yaitu mengkalkulasi pendapatan harus lebih besar dari pada pengeluaran. Artinya bila ia berkuasa nanti, hampir pasti akan menggeruk uang rakyat. Tentu hal itu akan dilakukan dengan cara-cara yang manipulatif.
Selalu Bermuka Dua
Hebatnya lagi, pelaku korupsi dapat bermuka dua. Di satu sisi ia tampil sebagai maling berdasi, di sisi lain sosoknya sangat dihargai dan di puja-puji karena rasa kedermawanan dan keberpihakannya atas program-program yang pro-rakyat.
Memang mudah jika kita berlimpah harta dan tahta dari hasil korupsi, apapun bisa direkayasa, termasuk hukum dapat dibeli, organisasi sosial masyarakat dapat diarahkan sesuai dengan pesanan, dan partai politik akan dijadikan sebagai benteng pelindung kebijakan yang korup.
Pada situasi yang sama berperan antagonis (peran jahat) dan protagonis (peran baik) sudah merupakan keharusan bagi koruptor "maling berdasi" untuk menjalankan dua lakon sekaligus. Koruptor yang protagonis adalah tipe yang berpura-pura berada bersama-sama dengan kepentingan sosial masyarakat, sebaliknya koruptor yang berwatak antagonis adalah peran yang habis-habisan menghisap uang rakyat tanpa belas kasih sedikitpun. Sebenarnya kedua tipe peran tersebut adalah saling melengkapi dalam menjalankan kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan yang korup.
Sehingga tak jarang masyarakat sulit sekali dapat menggendus dan membedakan mana pemimpin yang benar-benar koruptor, atau pemimpin yang semata-mata mengabdi dan melayani rakyatnya. Karena semua itu menjadi kabur dengan lakon ganda sang penguasa yang gemar menjadi maling berdasi, sekaligus juga berpura-pura menjadi penguasa yang pro-rakyat.
Tetap Curiga di Jaman Edan
Akibatnya, kekuatan sosial masyarakat semakin kendur atas sikap frustasi dari kejahatan korupsi yang begitu masif dalam melakukan provokasi dengan legitimasi kuasa modal/uang. Sehingga kepedulian sosial masyarakat tersisihkan karena ruang keadilan yang semakin menyempit. Masyarakat tak banyak di berikan pilihan karena keterhimpitan kemiskinan dan minimnya atas akses pendidikan. Alhasil, tak banyak yang dapat dilakukan masyarakat kecuali menerima apa yang diberi sekalipun itu hanya sedikit.
Hal yang terpenting bahwa kita harus mengerti dan mengetahui, bahwa kekuasaan itu pada prinsipnya baik, tapi tetap perlu untuk terus dicurigai, diawasi, bahkan bila perlu diadili. Karena kehidupan di jaman edan seperti ini, sulit untuk menemukan naluri penguasa yang bergelimang harta dan tahta benar-benar memikirkan nasib dan masa depan rakyatnya, dengan tidak bermuka dua menjadi koruptor antagonis maupun protagonis yang kedua watak tersebut sebenarnya saling melengkapi dan bersifat tamak.
Akhirnya kuasa modal/uang akan memobilisasi segenap kepentingan yang bersifat pragmatis, oportunistik, dan destruktif demi menghasilkan kekuasaan yang korup. Hal itu secara terus menerus berlangsung serta berinteraksi di jaman yang ingin disebut edan karena jaman itu hadir dan lebih sering di pimpin oleh maling berdasi.
Penulis : Faisal
Dosen FH UBB dan PW Pemuda Muhammadiyah
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka