UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
01 Maret 2012 | 22:57:12 WIB
URGENSI JALAN SATU ARAH
Ditulis Oleh : Ormuz Firdaus, S.T., M.T.
Hasil survei dan analisis yang dilakukan oleh penulis pada penghujung tahun 2010 sebelum diberlakukan JSA terhadap transportasi kota Pangkalpinang yang didalamnya termasuk Jalan Sudirman melalui metode survei lalu lintas harian rata-rata pada ruas ruas jalan dan survei wawancara (home interview) pada segmen ruas yang saat ini diberlakukan JSA diperoleh nilai derajat kejenuhan sebesar 0,54 artinya jalan tersebut sebetulnya masih stabil untuk dilalui kendaraan dengan volume lalu lintas berbanding kapasitas jalan yang ada. Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI/1997) nilai 0,54 memiliki indeks tingkat pelayanan B sehingga tidak ada persoalan dan terbilang baik. Selanjutnya dari hasil pengembangan prediksi dan evaluasi terhadap ruas jalan tersebut, bahwa dengan tidak adanya perubahan terhadap ruas jalan (do nothing) menggunakan software JICA Strada ver.3 menghasilkan simulasi data bahwa hingga 5 tahun kedepan nilai V/C 0,62 (Pelayanan C ? 0,77), namun baru akan mengalami persoalan pada 10 tahun kedepan dengan tanpa adanya perubahan kapasitas jalan maka tingkat pelayanan menjadi buruk (F) yaitu dengan nilai V/C 1,35 (>1).
Jalan satu arah ibarat balon, satu sisi ditekan sisi lain mengembung
Jalan satu arah yang diterapkan di kota pangkalpinang adalah sebagai upaya untuk mencari solusi kemacetan pada ruas jalan sudirman. Dari pengamatan yang ada, JSA (Sudirman, Masjid jamik, Ahmad yani) dalam penerapannya tentu saja terdapat faktor plus minusnya. Diantara keuntungan yang ada yaitu dapat meningkatkan kecepatan rata-rata kendaraan, dimungkinkan dapat mengurangi konflik (gesekan) pada lengan persimpangan terutama pengaturan lalu lintas pada simpang 4 lengan Ramayana, juga sebagai upaya untuk mengurangi angka kecelakaan dikarenakan arah tujuan yang sama. Disisi lain kerugian penerapannya; bertambahnya waktu perjalanan (segmen Syafrie Rahman, Masjid jamik) dikarenakan harus berputar lebih jauh, perlunya tambahan fasilitas yang dikarenakan tingginya kecepatan pada ruas JSA, ter-marjinalisasi-nya angkutan umum akibat tidak tersedianya lajur khusus, akibat tingginya kecepatan sehingga menyulitkan pejalan kaki untuk menyeberang jalan, dan yang tak kalah pentingnya dapat mempengaruhi sektor perekonomian dalam usaha perdagangan disisi jalan yang dilalui. Dengan menguraikan volume lalu lintas pada satu tiitik jalan tentu akan berimbas pada segmen jalan yang lain. Nasib baik yang dialami ruas jalan Masjid Jamik pada saat belum diterapkannya JSA nilai V/C yang semula 0,63 menjadi 0,54. Namun buruk bagi ruas jalan yang dijadikan sebagai jalur alternatif (Abdul Hamid-Abdurrahman Sidik- Linggar Jati), jalan Abdul Hamid yang semula hanya 0,19 (Indeks Tingkat Pelayanan A) berubah sangat signifikan menjadi 0,94 (Indeks Tingkat Pelayanan E).
Penerapan jalan satu arah merupakan salah satu alternatif dalam upaya mencari solusi alternatif dalam pemodelan transportasi. Untuk mencari solusi terbaik dan paling efektif dalam hal permintaan (demand) dan pemenuhan (supply) jaringan jalan pada saat ini dan masa mendatang perlu dilakukan suatu simulasi berbagai alternatif. Alternatif lain yang bisa dilakukan misalkan dengan pelebaran jalan Sudirman, membuka rute jalan baru, pembangunan fly over atau underpass pada persimpangan Ramayana, maupun alternatif lainnya. Namun sebelum alternatif pemodelan menjadi pilihan, langkah sederhana yang dapat dilakukan misalkan dengan manajemen lalu lintas seperti pengaturan sinyal lampu lalu lintas pada persimpangan jalan, pengaturan jenis kendaraan yang melewati ruas jalan, pengaturan rute, prioritas angkutan umum, maupun kebijakan perparkiran disepanjang jalan (on streeet parking). Untuk menjadikan suatu ruas jalan apakah perlu atau tidak penerapan pemodelan tentunya berdasarkan kajian dan standarisasi yang menjadi dasar hukum yang mengaturnya. Dalam konteks JSA misalnya, MKJI 1997 menjelaskan bahwa setiap jalan satu arah setidaknya memiliki kondisi dasar (syarat dasar) berdasarkan kecepatan arus bebas dasar dan kapasitas dengan lebar jalur lalu lintas 7 meter, lebar bahu efektif paling sedikit 2 meter pada setiap sisi, tidak ada median (pembatas jalan), hambatan samping rendah, tipe alinyemen datar, dan ukuran kota 1-3 juta jiwa. Sehingga mulai perencanaan hingga pelaksanaannya tidak saling bertentangan.
Opini Bapos, Kamis (01/03/2012)
Penulis : Ormuz Firdaus, S.T., M.T.
Dosen Teknik Sipil UBB dan Pengamat Transportasi
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka