UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
11 Juli 2008 | 01:51:52 WIB
Mewirausahakan Universitas Bangka Belitung, Bisakah? (Bagian I)
Ditulis Oleh : Idil Akbar, SIP - LPPM UBB
Setiap kegiatan, setiap pelaksanaan program, bahkan hingga mendirikan suatu lembaga atau organisasi tertentu akan dihadapkan pada satu konsekuensi logis yakni ketersediaan sumber daya, baik orang maupun finansial. Sumber daya menjadi satu kekuatan penting untuk membentuk dan menyelenggarakan aktifitas. Dalam banyak hal, sumber daya bahkan menjadi patokan akan keberhasilan suatu pekerjaan. Tanpa sumber daya yang cukup bahkan kurang, ada efek yang akan dihadapi, suatu efek yang tidak diinginkan.
Ketersediaan sumber daya inilah yang nampaknya menjadi salah satu persoalan yang dihadapi UBB sekarang. Berbagai realita yang dihadapi UBB dalam perjalanannya menuju kemapanan sistem, sering terkendala dalam persoalan sumber daya yang minim. Tak banyak pula yang tahu, mungkin, pengencangan sabuk pinggang sudah digalakkan oleh pimpinan institusi. Sangat tidak seimbang, ketika UBB menggeliat mencoba mencari cara dan celah keluar dari persoalan ini, di sisi lain tuntutan masyarakat akan peran dan fungsi UBB semakin besar. Tentu sebuah tantangan, tetapi perlu pemikiran keras untuk mencapai keseimbangan antara logika dan kemampuan untuk tetap terus bergerak. Mungkin tidak akan kolaps, tetapi bisa jadi kolaps apabila keadaannya terus demikian.
Berapa anggaran yang harus dikeluarkan UBB setiap tahun untuk menyelenggarakan aktifitas kerjanya? Entahlah, yang pasti secara nominal cukup besar, mencapai digit 9 mungkin. Kalau demikian, darimana UBB mendapakan dana sebesar itu untuk pembiayaan? Tentu bantuan Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten dan pihak-pihak yang peduli terhadap UBB menjadi sponsor utama. Hanya itu? tentu tidak. iuran atau pembayaran dari mahasiswa juga menjadi sumber pendapatan untuk mengoperasionalkan UBB. Cukup? belum. Dengan semakin besarnya operasionalisasi UBB yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk melonjaknya harga BBM menjadikan beban anggaran UBB juga makin membengkak. Jika hal ini dibiarkan, tentu akan membawa masalah besar di masa mendatang.
Mangatasi anggaran yang minim, sementara kebutuhan operasional yang besar bukanlah perkara mudah. Dengan kata lain, UBB mesti pinter-pinter mengatur siasat dan strategi guna me-manage anggaran agar sesuai dengan kebutuhan. Berbagai upaya preventif perlu dilakukan, seperti penghematan, pemanfaatan sumber daya secara bijak, dan lain sebagainya. Akan tetapi, yang perlu untuk dipikirkan bersama dan penting untuk dipikirkan bersama oleh seluruh civitas akademika adalah bagaimana mengupayakan sumber pendapatan baru yang diharapkan dapat menjadi tambahan penyeimbang anggaran dan kebutuhan. Pemikiran-pemikiran yang solutif merupakan kajian penting untuk mejadikan UBB tetap bertahan ditengah goncangan harga yang semakin tinggi.
Kajian tepat untuk itu adalah bagaimana caranya untuk mewirausahakan UBB sebagai langkah konkrit mengatasi problem sumber daya finansial ini. Agaknya bukan kompetensi saya untuk menjelaskan tentang wirausaha, apa dan bagaimana itu. Namun secara sederhana dapat saya katakan bahwa UBB perlu untuk memikirkan suatu usaha atau upaya dengan melibatkan dan mamanfaatkan sumber daya manusia yang ada secara optimal. Bagaimana caranya? Mari kita rumuskan bersama.
Dalam kondisi saat ini, UBB dihadapkan pada desakan eksternal yang menginginkan sesuatu yang lebih dari UBB, semisal penegerian. Pada tujuan yang sama pula, UBB membutuhkan sumber daya yang cukup besar untuk mencapainya. Dengan selalu mengharapkan pada sumbangan donatur, tentu akan membuat UBB menjadi lembaga pendidikan yang kurang mandiri, meski ada kewajiban, terutama dari Pemerintah Daerah, untuk memperhatikan kelangsungan UBB. Namun, dalam beberapa hal, UBB perlu mencari alternatif lain. Mewirausahakan UBB bukan berati hanya pada pengertian UBB mampu “menjual” sesuatu yang bermanfaat kepada masyarakat sesuai dengan ruang lingkup UBB sebagai lembaga pendidikan. Akan tetapi bagaimana UBB dapat pula me-manage perilaku stakeholders didalamnya sehingga berorientasi pada keuntungan (priofit oriented), dan mangelola kegiatan lembaga seefektif dan seefisien mungkin. Tetapi hal ini jangan pula diartikan sebagai upaya untuk komersialisasi pendidikan, tidak! Konteksnya jelas sangat berbeda.
Mewirausahakan UBB bukan sekedar menjadikan UBB selayaknya sebuah perusahaan yang menjual produk dan mendapat keuntungan sebesar-besarnya, tanpa melakukan manjerial lembaga dan pengelolaan sumber daya manusia yang baik. Sebab yang terpenting dalam wirausaha, menurut saya, adalah manejemen. Coba tanyakan pada dosen manajemen, apakah benar demikian?
David Osbourne dan Ted Gaebler dalam bukunya yang berjudul Reinventing Government atau diterjemahkan sebagai mewirausahakan birokrasi mengatakan bahwa yang terpenting dari upaya mewirausahakan birokrasi adalah bagaimana mentransformasi semangat wirausaha ke dalam sektor publik. Wirausahawan (eunterprenuer) oleh J.B. Say diartikan sebagai usaha untuk memindahkan berbagai sumber ekonomi dari suatu wilayah dengan produktivitas rendah ke wilayah dengan produktivitas lebih tinggi dan hasil yang lebih besar. Dengan kata lain, seorang wirausahawan menggunakan sumber daya dengan cara baru untuk memaksimalkan produktivitas dan efektivitas.
Apakah UBB mampu menerapkannya? Kenapa tidak. Justru ini menjadi lebih menarik ketika institusi mencoba menerapkannya. Untuk menjadikan lembaga yang memiliki semangat wirausahawan tentu tidaklah mudah, terlebih di saat sulit seperti sekarang. Bisa bertahan saja sudah cukup baik, alih-alih mampu menghasilkan keuntungan. Tapi tentu saja itu hanyalah lontaran orang-orang penganut pesimisme sejati. Bagi orang-orang yang optimis tentu berbeda. Apalagi pendirian UBB tentulah berjalan di jalur optimisme dan keyakinan yang besar untuk terus berkembang. Dibeberapa perguruan tinggi di Indonesia, wirausaha bukan lagi kegiatan baru. Berbagai jenis usaha dikelola secara kelembagaan, seperti mendirikan toko buku murah, membangun radio atau televisi komersil, atau bahkan sekedar menjadikan lahan kosongnya untuk disewakan kepada para pedagang. Bahkan mahasiswanya juga diberdayakan untuk mengelola kegiatan secara swakelola. UBB tentu bisa pula melakukan hal yang sama dengan melihat peluang yang ada di Bangka Belitung. Bahkan mimpi menjadikan Universitas Bangka Belitung sebagai Enterpreneurship University dapat tercapai, kenapa tidak?
Bagaimana Menjual UBB
Setiap produk yang baru dikeluarkan ke pasaran pastilah membutuhkan sosialisasi agar mampu masuk kepasaran dan diterima oleh banyak orang. Sosialiasi produk ini bertujuan untuk diketahui, diperkenalkan, digunakan hingga mencapai tahap ketergantungan dan menjdi icon terhadap produk-produk lainnya. UBB mestilah pula disosialisasikan untuk tidak sekedar mendapakan akreditasi diketahui dan diakui baru kemudian disamakan. Namun UBB harus menjadi icon, sentral of excelent, dan pusat dari keilmuan. Produk UBB adalah produk-produk yang excelent, yang menghasilkan cendikiawan-cendikiawan hebat, yang jika ada kebutuhan akan tenaga kerja menjadi universitas pilihan nomor satu. Sekedar mimpikah? Ya…tapi mimpi yang bisa diwujudkan.
Namun, sebelum semua itu terealisasi, UBB tentu harus terus berbenah diri. Hal pertama untuk menjual UBB adalah mempromosikan UBB seluas mungkin dengan memanfaatkan media yang ada, baik audio maupun visual. Sebetulnya cukup memalukan jika ternyata masih ada masyarakat lokal Bangka Belitung yang tidak mengetahui keberadaan UBB di propinsi ini. Akan tetapi itu terbukti dan terjadi bahkan di ibukota propinsi dimana UBB berada. Untuk setiap keadaan dan situasi tentu promosinya berbeda-beda, tergantung targetnya. Media promo untuk memperkenalkan UBB pada masyarakat umum tentu berbeda dengan media promo untuk para petinggi daerah atau nasional.
Media yang paling efektif biasanya adalah media visual seperti spanduk, banner, pamflet, baliho, dan sebagainya. Penempatan media ini juga penting, yakni mesti ditempatkan di tempat-tempat yang strategis dan bisa dilihat banyak orang. Tak hanya itu, kontennya juga mesti lebih interaktif dan agitatif. Jadi tidak sekedar memberi tahu, tetapi juga mampu membuat orang penasaran tentang UBB sehingga perlu untuk mencari tahu. Pemanfaatan media audio sepeti radio pada saat ini juga memiliki pengaruh yang cukup besar. Sebab mayoritas pendengar radio di Bangka Belitung ini adalah anak usia sekolah. Jika promo dilakukan secara intens dengan selalu menampakkan dan memperdengarkan UBB dimana-mana, tentu membuat kesan di pikiran orang-orang akan keberadaan UBB.
UBB sepertinya pula perlu memiliki promo organizer yang menyusun perencanaan yang komprehensif, yang berisi kegiatan-kegiatan yang bertujuan memperkenalkan UBB secara luas dan intens. Jadi tidak hanya promo ketika hendak menerima mahasiswa baru. Mereka perlu membuat kegiatan yang kontinyu ke sekolah-sekolah atau dengan target anak-anak sekolah.
Pertanyaannya selanjutnya adalah bagaimana pembiayaannya? Promo organizer bekerja tidak hanya dalam perencanaan kegiatan, namun juga dalam soal perencanaan pembiayaan dan cara mendapatkan. Apakah UBB tabu dalam memanfaatkan sponsorship untuk membantu pembiayaan kegiatan? Saya kira tidak, sebab hal ini merupakan salah satu cara untuk menekan atau menghilangkan pembiayaan dalam anggaran UBB. Walau mungkin tetap saja UBB mesti selektif dalam memilih jenis sponsor yang ditawarkan.
Itu merupakan salah satu cara dari banyak untuk ”menjual” UBB ke masyarakat, yakni memanfaatkan media, baik audio maupun visual, secara intens dan menyelenggarakan kegiatan yang berkelanjutan. Yang paling penting dalam upaya menjadikan UBB sebagai trend setter institusi pendidikan di Bangka Belitung adalah bagaimana melakukan pemberdayaan terhadap kegiatan kemahasiswaan dan upaya melibatkan mahasiswa dalam setiap kegiatan-kegiatan yang ada. Bagaimanapun perlu semangat muda dalam menjalankannya.
B E R S A M B U N G
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka