UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
31 Mei 2010 | 17:12:22 WIB
Struktur dan Komposisi Vegetasi Bukit Siam Bangka
Ditulis Oleh : Admin
Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama dalam suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya. Maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fungsional. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan membantu dan mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lain.dalam waktu ini akan dipergunakan metode intersepsi titik untuk menemui suatu vegetasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kiranya sangat perlu adanya suatu pengamatan terhadap jenis vegetasi baru sebagai data series, dan diharapkan dari hasil pengamatan tersebut dapat memberikan informasi sehingga dapat menunjang tindakan pengelolaan selanjutnya. Pada penelitian kali ini kami melakukan penelitian di Bukit Siam Kabupaten Bangka pada 1 Mei lalu.
Untuk memperoleh informasi mengenai struktur dan komposisi vegetasi tersebut, maka yang perlu dilakukan adalah kegiatan analisa vegetasi untuk memperoleh data terbaru. Adapun tujuan dari kegiatan selain praktikum dalam menjalankan tugas kuliah, juga sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan pengelolaan bagi pihak pengelola kedepan.
Pengambilan contoh dilakukan dengan pencuplikan. Luas cuplikan 1200 m2 dengan jumlah cuplikan sebanyak tiga lokasi setiap lokasi luasnya 400 m2. Tiga lokasi penelitian yakni : Lokasi satu (27 m dpl 02o5015,2 LS dan 107o2451,6 BT), Lokasi dua (126 m dpl 01o5250,8 LS dan 106o0549,2 BT), dan Lokasi tiga (267 m dpl 01o5247,0 LS dan106o0546,2 BT). Metode yang digunakan adalah metode kuadrat. Bentuk kuadratnya adalah 1x1 m2 untuk semai dan/atau tumbuhan bawah (diameter ? 2 cm, tinggi ? 1,5 cm), 5x5 m2 untuk sapihan (diameter 2-10 cm), 10x10 m2 untuk tiang (diameter 10-20 cm), 20x20 m2 untuk pohon (diameter ? 20 cm). Data dikumpulkan dari petak contoh adalah jenis, jumlah individu tiap jenis, jenis yang ditemukan, dan luas bidang dasar untuk tingkat pertumbuhan tiang dan pohon. Data yang diperoleh digunakan untuk menghitung: kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, dominansi mutlak, dominansi relatif, dan indeks nilai penting (INP). Nama jenis sekurang-kurangnya mempergunakan nama lokal.
Hasil dan Pembahasan
Adapun hasil dari praktikum yang kami lakukan, ditampilkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 1. Jenis vegetasi tingkat semai di Bukit Siam
Tabel 2. Jenis vegetasi tingkat sapihan di Bukit Siam
Tabel 3. Jenis vegetasi tingkat tiang di Bukit Siam
Tabel 4. Jenis vegetasi tingkat pohon di Bukit Siam
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kurva Species Area
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Kurva Species Area di Lokasi 1 (27 m dpl)
Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Kurva Species Area di Lokasi 2 ( 126 m dpl)
Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Kurva Species Area di Lokasi 3 ( 267 m dpl)
Pembahasan
Hasil praktikum menunjukkan bahwa terdapat 13 jenis spesies yang ditemukan untuk tingkat semai, 17 spesies untuk tingkat sapihan, 7 spesies untuk tingkat tiang dan 4 spesies untuk tingkat pohon. Dari hasil perhitungan Indeks Nilai Penting, didapati bahwa untuk tingkat semai, Ilalang mendominasi Indeks Nilai Penting tertinggi dari semua petak contoh. Sedangkan untuk tingkat sapihan, dominasi Indeks Nilai Penting tertinggi ditempati oleh Arthocarpus komando Mig. Untuk tingkat tiang, Indeks Nilai Penting tertinggi ditempati oleh jambu hutan, sedangkan untuk tingkat pohon, didominasi oleh kelapa. Data tersebut menunjukkan komposisi dan struktur tumbuhan yang nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter masing-masing spesies. Menurut Sundarapandian dan Swamy (2000), Indeks Nilai Penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Kehadiran suatu jenis species pada daerah tertentu menunjukkan kemampuan species tersebut untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan setempat, sehingga jenis yang mendominasi suatu areal dapat dinyatakan sebagai jenis yang memiliki kemampuan adaptasi dan toleransi yang lebar terhadap kondisi lingkungan. Semakin tinggi Indeks Nilai Penting menunjukkan semakin banyak jumlah individu pada lokasi tersebut.
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi tumbuhan, dispersal dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap jenis sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing jenis (Arrijani 2008).
Berdasarkan pengamatan terdapat perbedaan dominasi jenis di tiap lokasi, baik tingkat semai, sapihan, tiang, dan pohon. Stadium pertumbuhan yang dominan di setiap lokasi adalah stadium sapihan, diduga karena stadium pertumbuhan lain seperti semai, tiang, dan pohon banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Perlu diketahui bahwa Bukit Siam merupakan tempat rekreasi dan berpetualang. Hal tersebut diduga juga merupakan salah satu faktor pendukung stadium pertumbuhan sapihan yang dominan di Bukit Siam.
Belum ditemukan referensi mengenai analisa vegetasi di Bukit Siam sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan vegetasi Bukit Maras, stadium pertumbuhan yang dominan adalah sama, yaitu pada tingkat sapihan. Adanya kesamaan stadium pertumbuhan yang dominan pada kedua bukit tersebut diduga karena stadium pertumbuhan tiang, pohon, dan semai dimanfaatkan oleh masyarakat (Budiman et.al 2009).
Perubahan dalam komunitas selalu terjadi bahkan dalam komunitas hutan yang stabil pun terjadi perubahan, misalnya ada pohon-pohon yang telah tua mengalami tumbang dan mati, terjadilah pembukaan tajuk hutan, sehingga sinar matahari dapat masuk ke lapisan tajuk bagian bawah, maka anakan pohon yang semula tertekan akan tumbuh dengan baik hingga menyusun lapisan tajuk atas (Indriyanto 2006).
Pada vegetasi Bukit Maras terdapat vegetasi lumut pada ketinggian 580 m dpl dan 704 m dpl. Ketinggian tempat ini mempengaruhi perubahan suhu dan udara. Semakin tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu udaranya. Vegetasi lumut dapat tumbuh pada ketinggian ini mengingat habitat lumut yang berupa tempat lembap dan suhu yang rendah (Budiman et.al 2009). Demikian juga pada Bukit Siam, ditemukan beberapa spesies lumut pada ketinggian diluar lokasi pengamatan.
Dari data Kurva Spesies Area dapat dilihat bahwa penambahan jenis pada beberapa petak tidak terlihat, bahkan ada yang mengalami penurunan jumlah. Menurut Chain (1938) dalam Kusmana (1997) luas minimum ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5?10 %, maka tidak dapat ditetapkan luas petak ukur yang dapat mewakili komunitas vegetasi. Dikarenakan pada Bukit Siam pertumbuhan jumlah jenis tidak mengalami peningkatan yang berarti, maka luas petak ukur yang dapat mewakili komunitas vegetasi belum dapat ditetapkan.
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa jumlah spesies yang terdapat di lokasi penelitian berjumlah 13 jenis spesies yang ditemukan untuk tingkat semai, 17 spesies untuk tingkat sapihan, 7 spesies untuk tingkat tiang dan 4 spesies untuk tingkat pohon. Dari hal tersebut, kami menyarankan agar diperlukan cuplikan petak contoh yang lebih banyak, agar kita bisa mengetahui stadium pertumbuhan dominan pada Bukit Siam dengan lebih akurat. Juga bisa digunakan metode metode analisa vegetasi yang lain (metode titik atau metode plot) untuk membandingkan hasil yang didapat dengan metode kuadrat.***
Written By : Achmad Kurniawan, Dhonna Frilano, Dyah Sandra Fiona, Mega Sari, Siti Rahmawati, Yusita
Para Penulis adalah mahasiswi Biologi Universitas Bangka Belitung
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka