UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
08 Juli 2010 | 19:25:08 WIB
Negeri Warna Warni
Ditulis Oleh : Admin
Begini lah Negeri Serumpun Sebalai. Pulau ini suka dengan kemeriahan. Jika menginjak Ulang tahun provinsi, maka partisipasi itu akan berupa buku. Jika menempuh Ulang tahun Kemerdekaan, akan berupa Gapura dan Spanduk. Jika menyangkut program atau agenda pemerintah bertopeng pembangunan, partisipasi itu berupa yang tadi-tadi pula.
Selalu berbicara partisipasi dan angka nominal yang kadang kala jauh dari kenyataan di percetakan. Harga yang lumayan fantastis. Untuk ukuran spanduk sepanjang dua meter saja ditawarkan angka 900 ribu rupiah dari yang semula 100 ribu. Ini lah Negara warna warni.
Akibatnya di jalan-jalan utama, mereka yang bernama spanduk, umbul-umbul, baligho dan semacamnya ini bergerombol memenuhi ruang. Anda akan dipenuhi dengan kata dan gambar. Tanda-tanda ini sekali lagi bermakna sama. Ritual penghilang jemu. Tak lebih.
Kata orang Bangka, lah bantot (sudah bosan - red), lah mengkual, (sudah mual - red)
Saya kadang kala berfikir ini sarat motif. Mudah-mudahan salah, ini jelas sekali ajang mencari duit singkat dari pihak-pihak tertentu. Tanda tangan pembesar dirasa-rasa mampu dan ampuh agar proyek ini bisa disetujui calon partisipan. Bayangkan saja, angka 800 ribu keuntungan dikali kan dengan order enam spanduk, jumlahnya akan mencapai 2.400.000 rupiah. Ini untuk kategori order paling minimal. Kalikan saja dengan angka 10 partisipan yang mengorder. Para penikmat jalan sempit ini akan mengantongi duit segar Cuma-Cuma 24 juta rupiah. Hanya dari sepuluh partisipan untuk order paling minimal. Anda bisa bayangkan untuk pemesan sekaliber PT.Timah atau Kobatin, atau rekanan insitusi pelat merah lainnya. Berapa angka segar yang bisa mereka dapatkan. Mudah-mudahan ini salah sekali lagi.
Praktik semacam ini telah mulai melebar dan sengaja dilebar-lebarkan. Seperti yang di awal tadi, dari mulai Ulang Tahun Provinsi, Agenda Pemerintah Daerah atau Pusat, Program dari Punggawa Daerah, Ulang Tahun Kabupaten, Penyuluhan. Pun kalau bisa, setiap bulan inginnya ada acara partisipasi seperti ini. Bahkan tak jarang, saking seringnya, kadangkala dalam suatu masa sempat terjadi bentrok order. Satu tertanda tangan dari orang nomor satu di Negeri ini, satunya orang nomor dua. Odernya serupa tapi tak sama. Mirip-mirip meski berbeda bungkus.
Saya pada dasarnya mencintai warna. Semakin banyak warna akan semakin indah hidup. Lagian memang tak ada salah merayakan even-even tertentu demi kelangsungan kesadaran (awareness continuity) bahwa kita memang hidup sebagai sesama dalam sistem. Kesadaran yang coba dipelihara melalui tanda-tanda yang sesungguhnya kurang efektif karena terlalu. Pada dasarnya terlalu mengobral.
Namun sekali lagi, terlalu sering kadang bikin tak kuat lagi, lah ringem (sudah risih - red) -idiom kita. Karena media display itu tidak akan efektif dan efisien. Tujuannya terlalu dangkal dibanding dengan dana yang telah dikeluarkan. Atau ini penanda kurang kreatifnya pemegang kuasa di negeri ini, Peringatan merupakan rangkaian kegiatan serupa tahun demi tahun. Peringatan dimaknai dengan hiruk pikuk dan ritual jalan kaki dan bazaar murah.Kita, masyarakat negeri ini kasak kusuk selalu dengan tanda-tanda yang itu-itu saja.
Ada banyak ide segar sebenarnya, kasih contoh saja mengadakan pengobatan gratis, sunatan massal, operasi katarak, bedah rumah, bantuan perahu nelayan, pembuatan jamban sederhana, membersihkan saluran air, membersihkan daerah aliran sungai, dan seabrek agenda kreatif lainnya.
Bisa juga kata kreatif sengaja disimpan dan ditinggal. Ia konsep yang tak layak untuk tema-tema publik. Kreatif lebih cocok untuk kepentingan pribadi atau segelintir manusia yang dekat dengan kuasa. Kembali ke atas tadi, kreatif memanfaatkan ruang publik, kedekatan dengan penguasa disertai dengan motif. Motif yang kita semua sudah ketahui dengan jelas dan centang perenang itu.
Inilah negeri warna warni, berselimut warna-warna cerah, dan tanda kemeriahan, keagunan, keramaian. Pada ritual yang sebatas tema perulangan sejak kita kecil. Pidato dan basa-basi karnaval. Lalu kita menyibukkan diri sebagai penonton pinggir jalan. Panas lalu demam di pojok kamar papan tua. Tragis. (aksansanjaya)
Written By : Iksander, UBB Press - Humas
Web/ blog : https://aksansanjaya.blogspot.com/
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka