UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
28 Desember 2011 | 11:22:55 WIB
Pangkalpinang Dulu, Kini dan Nanti
Ditulis Oleh : Rendy Hamzah
Menyoal humanisme berkota, inilah yang sekarang menjadi spirit berkota hampir seluruh kota-kota berkelas dunia yang ada di dunia. Berbagai kota besar dan kecil saling berlomba secara kompetitif mengembangkan konsep berkota yang bersahabat dan ramah lingkungan. Harapannya tentu yaitu meningkatkan kualitas berkota yang memperhatikan betul nasib warga dan ekologi hijaunya yang sehat dan berkelanjutan, serta mendisiplinkan betul agar jangan sampai terjadi disparitas sosial yang serius antara si miskin dan yang berpunya. Sebagaimana mengutip kriteria standar kota yang dianggap berkelas dunia versi City Brands IndexSM (CBI, Reuters-Singapore, 2009) bahwa penampilan dan pengetahuan berkota harus mencakup kebersihan dan iklim, gaya hidup yang menarik, persepsi sebagai tempat yang baik untuk berbisnis, mencari pekerjaan, dan bersekolah.
Tulisan singkat ini tak bermaksud menggurui, terlebih menyudutkan para elit penguasa kota kita tercinta. Yang jelas, ini sekedar bercurah gagas, paling minimal bisa menggairahkan spirit humanisme kita semua dalam berkota agar mampu memenuhi harapan warga kotanya. Untuk itu, kedepannya tentu menjadi harapan kita semua agar Pangkalpinang mampu menerapkan konsep berkota yang benar-benar bisa memanusiakan para penghuninya, para pedagang kakilima, para pelajar, para kaum difabel, serta masyarakat luas yang ingin merasakan romantisme ruang publik kota secara berkeadilan.
Potret Berkota di Pangkalpinang
Pangkalpinang memiliki pesona tersendiri, selain sebagai jantungnya ibu kota negeri Serumpun Sebalai, Pangkalpinang telah menggiurkan banyak orang dari berbagai penjuru negeri ini untuk mengadu nasibnya. Selain itu juga, konsekuensi modernisasi kini juga tidak luput juga mewarnai dinamika pergaulan muda-mudi perkotaan sehingga tidak heran jika akhir-akhir ini tidak sedikit norma-norma kesopanan dan kepatutan adat budaya ketimuran kita mulai bias di tengah-tengah kita semua. Kini Pangkalpinang pun juga diramaikan dengan kehadiran banyak pusat hiburan yang semakin memeriahkan gemerlap dunia malam kota kecil ini. Pun demikian, Pangkalpinang tetaplah sebuah kota yang tidak luput dari problem perkotaan yang kian kompleks.
Ini terlihat dari kepadatan penduduk kota yang secara otomatis juga berkontribusi terhadap kondisi tata ruang kota sehingga berpotensi menimbulkan kesemerawutan yang akan mengganggu estetika keindahan berkota di Pangkalpinang. Termasuk juga persoalan kriminalitas yang tentunya mesti mendapat perhatian ekstra serius semua pihak agar Pangkalpinang mampu menggaransi diri sebagai kota yang benar-benar BERARTI : Bersih, Rapi, Aman, Tertib, dan Indah. Ini sejalan dengan spirit moto Kota Pangkalpinang.
Yang jelas, inilah dinamika kota yang tak pernah sepi dari berbagai gejolak sosialnya yang kompleks dan perlu mendapat perhatian serius semua pihak untuk mengurai sekaligus menawarkan solusi konstruktif atas persoalan perkotaan. Untuk itu penting sekali untuk menentukan alternatif model bentuk kota yang berkiblat pada sifat-sifat urban sprawl, yang mampu merefleksi kemungkinan trend perkembangan di masa mendatang dengan target tidak lagi terjadi pemborosan sumberdaya, termasuk pemborosan energi (Hudson dalam Hadi SY Struktur tata ruang kota,2000).
Demikianlah salah satu urgensi mengapa pembahasan RTRW yang sekarang sedang digodok sangat perlu sekali mendapat kajian dan telaah lebih mendalam agar benar-benar mampu berkontribusi secara konstruktif bagi tata kelola ruang perkotaan secara ideal baik kini maupun di masa mendatang. Untuk konteks Pangkalpinang, kita bisa menyaksikan bagaimana kualitas sungai Rangkui yang topografinya membelah panjang di tengah-kota. Dulu kita masih sempat menyaksikan romantisme para warga sekitar sungai yang asyik memanfaatkan kehadiran sungainya tersebut setiap harinya. Namun, saat sekarang kita lihat saja betapa bau menyengat serta semakin kotornya kualitas sungai akibat bertebarannya sampah yang dibuang secara sembarangan akibat belum membudayanya hidup bersih warga kota. Ini diperparah dengan sistem drainase kota yang belum terkelola secara baik sehingga tidak jarang setiapkali hujan, beberapa wilayah kota hampir selalu digenangi banjir.
Menjaga Kota Menjaga Warga
Mengantisipasi trend perubahan konsep perkotaan masa depan yang berkeadilan sosial dan 'go green', tentu harapan ideal tersebut mesti mampu dikontekstualisasikan oleh semua pihak, khususnya para pengelola kota baik di jajaran eksekutif bersama para pembantu dan kepala dinasnya. Begitu halnya dengan pihak di legislatif mesti lebih piawai lagi dalam menghadirkan peraturan daerah ideal menyoal konsep tata kelola perkotaan yang tidak hanya melulu sibuk mengejar PAD.
Pembangunan yang begitu masif atas berbagai infrastruktur moderen perkotaan, entah itu bangunan perkantoran/ rumah dinas moderen, pasar moderen, pusat perbelanjaran yang super moderen dan mewah sekalipun, menjadi ironi tersendiri ketika sangat sedikit sekali akses multiplier effect-nya yang berkontribusi langsung dalam membuka ruang kesejahteraan warga kotanya, terlebih untuk menggairahkan perekonomian publik 'akar rumputnya'. Ini diperparah dengan isu korupsi yang acapkali membayangi beberapa proyek pembangunan kota. Belum lagi potret kemiskinan kota yang masih menjadi PR para pengelola kota. Saat itulah sebetulnya dibutuhkan sekali komitmen serius para pengelola kota melalui berbagai artikulasi kebijakan kotanya agar bisa mendahulukan si miskin (lihat: Arie Sudjito,dkk, Mendahulukan si miskin, 2008).
Menjadikan Pangkalpinang sebagai kota humanis yang indah dan bersahabat memang bukanlah perkara mudah. Itu semua tentunya memerlukan solidaritas yang kuat antara para pengelola kota bersama warga kotanya. Ini semua pada akhirnya juga akan berakses positif terhadap eksistensi wisata daerah kepulauan timah ini melalui icon Babel Lovely Island. Untuk itu, tentu tidak ada salahnya kita mencoba berkaca dengan potret kota-kota berkelas dunia sekaliber Sidney yang masuk nominasi sebagai kota top dunia dengan citra kota yang sangat populer. Di sana terdapat begitu banyak jalur-jalur pendestrian yang ramai diperuntukkan untuk komunitas moda tranportasi bersepeda warganya untuk beraktivitas sehari-hari.
Untuk Pangkalpinang, tentu menjadi harapan seluruh warga ketika mampu terhadirkan konsep perkotaan sejenis dengan tersedianya jalur sepeda yang memungkinkan warga kota beraktivitas baik sekedar untuk berolahraga ataupun pergi bekerja. Ini menjadi penting sebagai wahana spirit hemat energi dan cinta lingkungan. Yah, mumpung kepadatan jumlah kendaraan belum terlalu parah menciptakan kemacetan dan polusi kota.
Dengan ini semua, impian memiliki kota yang menggembirakan banyak orang tentulah bukan lagi sekedar mimpi, paling tidak Pangkalpinang menjadi kota yang semirip rupa dengan kota berkelas dunia, tentu bukan mustahil jika suatu nanti Pangkalpinang justru masuk dalam jajaran kota top di Indonesia yang cukup terpandang karena bergaya sejajar dengan kota-kota berkelas dunia lainnya yang kian tertib dan teratur sekaligus berkontribusi besar dalam mengendalikan efek pemanasan global. Terakhir, semoga Pangkalpinang selalu menjadi kota yang tekun merawat, sekaligus mempercantik diri lewat vegetasi hijau asrinya yang berbungaria serta ramai menghiasi berbagai ruang sudut kotanya. Amin...Kita tunggu saja!!!
Kampong Keramat, Desember 2011
Opini BangkaPos, Selasa (27/12)
Penulis : Rendy Hamzah
Penggiat Pustaka Selawang Sedulang, Dosen LB FISIP UBB
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka