UBB Perspective
Universitas Bangka Belitung
Artikel UBB
Universitas Bangka Belitung's Article
10 Januari 2012 | 16:10:27 WIB
TUJUH TITIK RAWAN PILGUB
Ditulis Oleh : Ibrahim
Memasuki masa menentukan, ada beberapa titik penting yang harus diperhatikan bersama-sama.
Politisasi Birokrasi
Ada empat kandidat gubernur dan wakil gubernur yang sedang menjabat sebagai kepala pemerintahan dan hanya cuti selama masa kampanye. Mereka adalah Eko Maulana Ali, Zulkarnain Karim, Yusroni Yazid, dan Darmansyah Husin. Dua lagi adalah mantan kepala daerah, yaitu Hudarni Rani dan Justiar Noer.
Potensi pergerakan birokrasi menuju politisasi menjadi sangat besar. Setiap kepala daerah menjabat akan menggunakan kekuasaannya untuk mengumpulkan suara. Birokrasi sebagai organisasi solid memang tidak akan memberikan dampak besar secara langsung, namun kapasitas sumber daya yang mereka miliki menjadi sebuah potensi politik yang kuat untuk digerakkan. Dan paling penting lagi bahwa setiap birokrat, terutama mereka yang berada di jajaran atas, memiliki kepentingan besar terhadap siapa yang akan memenangkan pertarungan.
Birokrat yang tangannya kotor akan ikut kecipratan bagian manakala kue kekuasaan sedang dibagi. Dan menjadi lazim bahwa para kepala dinas diangkat berdasarkan hubungan politisnya dengan kepala daerah. Maka awasilah para birokrat itu pertama-tama.
Mobilisasi Massa
Apakah ada potensi konflik? Tentu saja. Saya melihat bahwa pertarungan kali ini tidak sekedar coba-coba, tetapi pertarungan sengit antar datuk. Eko Maulana Ali, Zulkarnain, Hudarni, dan Yusron adalah empat tokoh gaek pendiri provinsi ini. Maka ini pertarungan antar datuk.
Setiap datuk akan menggerakkan kantong-kantong dan mesin-mesinnya. Potensi konflik akan terjadi jika setiap kandidat mengkondisikan para pendukungnya dalam kondisi tensi tinggi. Masa kampanye akan sangat menentukan dan setiap kandidat akan berpotensi menggiring massa pendukungnya untuk melakukan apa saja demi kekuasaan.
Kewaspadaan aparat keamanan harus tinggi, kandidat juga tidak boleh mengorbankan massa pendukung untuk syahwat kekuasaannya, dan paling penting juga adalah mewanti-wanti KPUD dan Panwaslukada untuk tidak mencoba bermain api di tengah sekam yang siap terbakar. Netralitas dua lembaga penyelenggara ini bisa jadi akan dibayar dengan kerusuhan jika mereka mencoba untuk berpihak.
Politik Uang
Uang akan menjadi kekuatan penentu. Maka waspadailah! Uang akan berhamburan kemana-mana. Pragmatisme masyarakat akan semakin kuat. Kandidat mendidik kita untuk terus selalu berbicara soal benefit ekonomis.
Kapan uang akan disebarkan? Kapan saja dan dalam acara apa saja. Sementara kepolisian hanya dapat meneruskan kasus Pemilukada yang dilaporkan oleh Panwaslukada sehingga peran Panwaslukada lah yang harus optimal. Apakah cukup? Saya kira tidak. Maka peran aktif tim sukses untuk mengawasi, menangkap, dan melaporkan pelaku politik uang menjadi penentu. Setiap kandidat harus punya tim khusus untuk memantau dan menangkap pelaku politik uang. Jika berhasil, Mahkamah Konstitusi belakangan sangat sering memutus kalah kandidat yang sudah dinyatakan menang karena terbukti melakukan politik uang selama masa kampanye.
Perang Intelijen
Intelijen tidak sekedar tim sukses yang kadang memang bertugas untuk melakukan agenda spionase, namun juga intelijen dalam arti sesungguhnya. Saya faham bahwa ada intelijen dari kepolisian dan TNI yang akan memantau jalannya pertarungan untuk kepentingan analisis internal institusi mereka? Namun percayakah kita bahwa intelijen ini akan bermain netral?
Setiap kandidat memiliki relasi dengan masing-masing penguasa keamanan. Link mereka unpredictible. Maka setiap kandidat boleh jadi memiliki jaringan intelijen masing-masing. Ampuhkah kekuatan intelijen? Saya kira mereka punya prinsip tunggal, yakni memastikan pertarungan berjalan lancar. Sepanjang jejaring intelijen digunakan untuk hal ini saya kira akan sangat positif bagi jalannya pertarungan. Ini adalah pertarungan sipil, sebuah elektorasi, bukan suksesi milik punggawa keamanan, maka selayaknya jaringan intelijen berdiri di garis-garis independensi.
Malam Pencoblosan
Pada malam pencoblosan, tidak akan ada masa tenang. Meski tiga hari sebelum hari H diputuskan sebagai hari tenang, setiap kandidat akan sekuat tenaga mengerahkan semua resources. Maka waspadailah gerilya malam dan serangan fajar. Setiap kandidat akan memiliki gerakan sendiri-sendiri.
Politik uang boleh jadi akan merajalela pada malam ini. Maka saya himbau agar setiap kandidat memiliki jaringan pemantau khusus untuk melakukan patroli malam dan fajar. Yah, jikapun para kandidat tidak berniat memanfaatkan masa ini sebagai ajang transaksi, setidaknya anda pun wajib untuk menyiapkan tim pemantau untuk mencegah terjadinya hal ini.
Kertas Suara Cadangan
Siapa bilang setelah kampanye dan pencitraan panjang lalu semuanya selesai? Tidak! Ada kertas suara yang harus diawasi. Ada selisih suara yang akan menjadi cadangan. Katakanlah saja setiap TPS memiliki dua puluh kertas suara cadangan, kalikan dengan ribuan TPS, apakah hasilnya tidak akan menjadi 10 %? Jangan-jangan ada kandidat yang sudah menyiapkan kemenangan hanya dari sisa suara kertas cadangan ini?
Maka bergegaslah perkuat tim pemantau hari H dan pastikan kertas suara cadangan ini aman. Awasi secara ketat proses pencoblosan karena disanalah para petugas yang sudah dibanderol akan melaksanakan aksinya. Ingat, para PPS tidak secara langsung dekat dengan calon manapun dan mereka terbuka untuk menerima imbalan berapapun.
Rekapitulasi Hasil
Siapa bilang setelah dihitung dari TPS, suara di rekapitulasi tingkat desa dan kecamatan juga akan sama? Di jalan, peluang perubahan suara akan terjadi. Maka pastikanlah detik demi detik berjalannya rekapitulasi suara dari satu tahap ke tahap lainnya berjalan aman.
Demikianlah, anda memang dituntut untuk waspada dan menyiapkan dana. Jikapun anda tak berniat melakukan kecurangan, setidaknya anda harus membayar untuk mencegah kecurangan tersebut. Itulah politik demokrasi kita yang masih miskin pertarungan hakiki.
Opini Bangkapos, Minggu (8/1/2012)
Penulis : Ibrahim
Dosen FISIP UBB
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi
Hybrid Learning dan Skenario Terbaik
NEGARA HARUS HADIR DALAM PERLINDUNGAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Mental, Moral dan Intelektual: Menakar Muatan Visi UBB dalam Perspektif Filsafat Pierre Bourdieu
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DAN KESIAPAN
Edukasi Kepemimpinan Milenial versus Disintegrasi
Membangun Kepemimpinan Pendidikan di Bangka Belitung Berbasis 9 Elemen Kewarganegaraan Digital
Menuju Kampus Cerdas, Ini yang Perlu Disiapkan UBB
TI RAJUK SIJUK, DIANTARA KESEMPATAN YANG TERSEDIA
Mengimajinasikan Dunia Setelah Pandemi Usai
ILLEGAL MINING TIMAH (DARI HULU SAMPAI HILIR)
PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit
NETRALITAS DAN INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU
Siapa Penjarah dan Perampok Timah ???
Menjaga Idealisme dan Kemandirian Pers
POLITIK RAKYAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN
Penelitian Rumpon Cumi Berhasil di Perairan Tuing, Pulau Bangka
Gratifikasi, Hati-Hatilah Menerima Sesuatu
Perairan Tuing, Benteng Sumberdaya Perikanan Laut di Kabupaten Bangka