Kabar UBB
Universitas Bangka Belitung
Kabar UBB
Universitas Bangka Belitung
25 Desember 2023 | 07:10:37 WIB
Kisah Inspiratif Profesor Eries, Guru Besar Kedua di Universitas Bangka Belitung
Menjadi Profesor sebenarnya bukanlah impian di dalam hidup Prof Dr. Eries Dyah Mustikarini, SP.,M.Si. Guru Besar Ilmu Pemuliaan Tanaman Universitas Bangka Belitung ini menceritakan suatu hari ketika dirinya masih duduk di bangku kuliah pada semester 5, ia melihat seorang dosen sedang menghapus papan tulis.
Waktu itu ibu satu anak ini heran kenapa ada seorang dosen menghapus papan tulisnya sendiri setelah mengajar. Setiap kuliah mata kuliah dosen tersebut istri Ustad Ali Muttakin, S.Pd selalu duduk di kursi paling depan, dan tidak pernah keluar dari ruangan sebelum dosen itu keluar.
Setiap hari kejadian terulang, dosen tersebut selalu menghapus papan tulisnya sendiri. Hingga suatu hari ia bertanya kepada dosen itu, “Bapak, kenapa Bapak selalu menghapus papan tulis sendiri? di sini kan ada OB.” Dosen laki-laki tersebut menjawab, “Dalam hidup kita harus membuat orang lain tersenyum. Jika kita menghapus papan tulis ini sendiri maka OB tidak harus membersihkannya dan mereka akan bahagia.”
Kata kata itu begitu merasuk dalam sanubari wanita asal Jombang, Jawa Timur ini. Eries yang begitu senang menulis, dan sering mengirimkan tulisan ke media tiba-tiba berhenti begitu saja.
Sejak hari itu ibu Muhammad Shobir Maulana Ali ini merubah cita-citanya untuk bisa menjadi dosen agar bisa menebarkan kebaikan untuk orang lain. Cita-cita itu semakin kuat tertanam di dalam hatinya hingga akhirnya Alloh memudahkan untuk menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan lulusan terbaik dan tercepat.
Eries mendengar untuk menjadi dosen saya harus S2. Berbagai upaya ia lakukan terutama meminta dukungan dari Ibu tercinta untuk bisa melanjutkan studi S2 ke Institut Pertanian Bogor.
Alhamdulillah, Alloh SWT memberikan banyak kemudahan dalam studi yang Eries tempuh termasuk dalam penelitian. Penelitian tesis di IPB mendapat support dari Pusat Kajian Buah Buahan Tropika PKBT dan dibimbing langsung oleh ketua PKBT saat itu. Setelah lulus S2 beberapa tawaran muncul untuk menjadi dosen.
“Alhamdulillah, setelah melalui berbagai proses, Alloh menetapkan Universitas Bangka Belitung (UBB) sebagai tempat saya mengabdi di tahun 2006. Saat itu UBB masih berstatus sebagai universitas swasta dan berada di Sungailiat,” ujarnya, Rabu (20/12/2023).
Tahun-tahun berlalu, Eries hanya menjalankan aktivitas sebagai seorang dosen, peneliti yang terkadang melakukan pengabdian kepada masyarakat. Namun karena kecintaan pada dunia penelitian, ia bertemu dengan beberapa peneliti hebat, para profesor, dan orang-orang yang tulus, mereka semua mendorongnya untuk mengajukan profesor. Tapi tetap saja Eries tidak terlalu tertarik dengan kenaikan jabatan sebagai profesor. Meski setiap doa yang dilantunkan selalu ia katakan Aamiin.
Beberapa buku telah ia tulis dari hasil penelitian yang dilakukan bersama teman teman dosen dan mahasiswa, terutama dalam bidang pemuliaan tanaman. Eries juga merakit varietas tanaman padi lokal Bangka menjadi varietas unggul melalui Iradiasi sinar gamma yaitu PBM UBB1.
“Semua karya saya tulis agar orang lain bisa mengambil manfaatnya. Beberapa buku yang saya tulis seperti Plasma Nutfah Potensial di Bangka Belitung, Teknologi Budidaya Tanaman di Lahan Pasca Tambang Timah, Strategi Pemuliaan Tanaman, Penerapan Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) di Lahan Bekas Tambang Timah dan Lahan Cetak Sawah Baru, dan lainnya,” imbuh Eries.
Salah seorang pembimbing disertasinya dari Universitas Brawijaya, selalu memotivasi untuk mengajukan profesor.
“Setiap kali kami bertemu ataupun berkomunikasi via chat, beliau selalu mendoakan agar saya segera profesor. Ia selalu menyemangati saya menulis, dan jangan takut atau tidak percaya diri dalam melakukan publikasi. Namun, entah mengapa saya tetap tidak pernah membaca apapun ketentuan, ataupun aturan untuk menjadi profesor. Yang saya lakukan hanya terus meneliti, mendokumentasikan penelitian dan melakukan publikasi,” kata Eries.
Kesadaran baru muncul pada dirinya ketika UBB melahirkan profesor yang pertama yaitu Prof Ibrahim.
Eries mulai berfikir, kenapa ia tidak mau melakukan hal yang sama. Akhirnya, pada pertemuan yang diadakan oleh rektor dalam tajuk Inisiasi Lektor Kepala dan Guru Besar di UBB, ia baru tersadar betapa pentingnya keberadaan guru besar bagi UBB.
“Maka saya segera mengumpulkan publikasi-publikasi yang saya dokumentasi untuk bisa diajukan ke guru besar. Saya juga meminta bantuan kepada profesor saya yang ada di Universitas Brawijaya agar membimbing saya dalam publikasi,” ujarnya.
“Alhamdulillah Alloh memberikan segala kemudahannya dan saya selalu percaya firman Alloh dalam Al-Qur’an “Alloh tidak akan merubah nasib (seseorang) suatu kaum apabila ia tidak ingin atau mau merubah nasibnya sendiri” (QS. Ar-Radu’: 11),” kata Eries.
Menurutnya, ayat inilah yang juga sering ia sampaikan kepada mahasiswa untuk memotivasi mereka lebih giat belajar. Agar mereka tidak menjadi generasi yang lemah dan patah semangat. Mengharap nilai baik dari dosen tanpa mau berjuang.
Maka saya sendiripun terus berjuang untuk memenuhi persyaratan untuk menjadi profesor.
Berbagai ujian muncul ketika dirinya berusaha mencapai gelar professor. Bahkan ujian demi ujian datang untuk menguji kesabaran, sampai akhirnya saya menyerah dan memasrahkan semuanya kepada Alloh SWT.
Namun yang luar biasa UBB terus membimbing semua dosen dosennya untuk mencapai jabatan fungsional tertinggi. Dan saat gelar Profesor Eries diterbitkan di 1 November 2023, dirinya semakin yakin pada firman Alloh dalam Al Qur’an: “Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS Al-Insyirah: 5-6).
“Semoga dengan semua ini saya bisa menjadi pribadi yang lebih bermanfaat, berbagi ilmu pengetahuan dengan siapapun dan bisa mendidik generasi (mahasiswa) menjadi pribadi-pribadi yang memiliki intelektual tinggi, berakhlak mulia dan memiliki mental yang tangguh. Allohuakbar,” tutup Eries.
Artikel telah terbit di Timelines.id edisi Kamis, 21 Desember 2023
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?
Peran Generasi Z di Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024 : Ajang Selebrasi Demokrasi Calon Insan Berdasi
Menelusuri Krisis Literasi Paradigma dan Problematik di Bumi Bangka Belitung
Jasa Sewa Pacar: Betulkah Menjadi sebuah Solusi?
Peran Sosial dan Politis Dukun Kampong
Mahasiswa dan Masalah Kesehatan Mental
Analogue Switch-off era baru Industri pertelevisian Indonesia
Di Era Society 50 Mahasiswa Perlu Kompetensi SUYAK
HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, sudah merdekakah kita?
Pemblokiran PSE, Pembatasan Kebebasan Berinternet?
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama Pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum
SOCIAL MAPPING SEBAGAI SOLUSI TATA KELOLA SUMBER DAYA ALAM
Bisnis Digital dan Transformasi Ekonomi
Masyarakat Tontonan dan Risiko Jenis Baru
Penelitian MBKM Mahasiswa Biologi
PEREMPUAN DI SEKTOR PERTAMBANGAN TIMAH (Refleksi atas Peringatan Hari Kartini 21 April 2022)
Kiat-kiat Menjadi “Warga Negara Digital” yang Baik di Bulan Ramadhan
PERANG RUSIA VS UKRAINA, NETIZEN INDONESIA HARUS BIJAKSANA
Kunci Utama Memutus Mata Rantai Korupsi
Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan
SI VIS PACEM PARABELLUM, INDONESIA SUDAH SIAP ATAU BELUM?
KONKRETISASI BELA NEGARA SEBAGAI LANGKAH PREVENTIF MENGHADAPI PERANG DUNIA
Memaknai Sikap OPOSISI ORMAWA terhadap Birokrasi Kampus
Timah, Kebimbangan yang Tak akan Usai
Paradigma yang Salah tentang IPK dan Keaktifan Berorganisasi