Artikel Feature UBB
UBB's Feature
Artikel Feature UBB
Universitas Bangka Belitung's Feature
24 Januari 2012 | 16:57:08 WIB
Rebo Kasan - Air Wafaq Tolak Bala
Pembagian Air Wafaq
Kumandang azan terdengar di pagi pukul 9 lewat, tidak biasanya dan janggal. Lepas dari itu suasana sempat hening sejenak, perlahan-lahan tetua itu beranjak menuju guci berhias daun kelapa. Ia lalu merapalkan semacam mantera. Tak berapa lama, piring kecil beraksara arab itu dimasukan ke dalam guci berisi air.
Sejumlah panitia kemudian membagikan ketupat lepas kepada tamu udangan. Doa-doa tolak bala mulai dipanjatkan. Pada akhir doa, di hitungan ketiga kata amin. Serentak ujung daun ketupat itu ditarik bersama-sama. Satu ketupat lepas untuk dua orang.
Acara tak berhenti disitu, beramai kemudian orang mendatangi guci meminta airnya. Itulah air wafaq. Sebuah air yang dipercaya bisa menghalau bala. Ada yang membawa gelas, bekas botol minuman untuk menyimpan airnya.
Kemudian mereka menuju ruangan disamping masjid, dimana dulang berisi ketupat dan lauk pauknya telah dihidangkan. Ritual diakhiri dengan makan bersama.
Ritual ini diadakan pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar. Bulan ini dipercayai oleh masyarakat Melayu pesisir bahwa Allah SWT menurunkan 320.000 bala kepada umat manusia. Dan ritual itu adalah medium memohon ampun dan bermunajat agar dijauhkan dari bala.
Masyarakat menyebutnya Rebo Kasan. Berasal dari kata 'Rebo Kasat" yang berarti Rabu terakhir di bulan Shafar. Kumandang azan, pencelupan air wafaq, pelepasan ketupat lepas serta meminumnya adalah puncak ritual dari Rebo Kasan itu sendiri.
Salah satu masyarakat melayu yang masih menjalankan tradisi ini adalah masyarakat desa Air Anyir di Kecamatan Merawang Bangka. Merupakan tradisi yang telah berusia ratusan tahun. Sejak abad ke-16, nenek moyang mereka sudah menjalankan ritual ini.
Pada masa itu, nenek moyang mereka biasanya melaksanakan shalat sunnah empat rakaat dengan membaca satu kali al Fatihah, Al Kautsar sebanyak 17 kali, Al Ikhlas sebanyal lima kali, Al Falaq dan An Nas satu kali pada tiap-tiap rakaat nya, Kemudian dua helai daun kelapa yang dicabut dari ketupat itu dihanyutkan ke laut. Suatu symbol bahwa bencana telah dibuang ke laut. Pada masa itu ritual dilakukan di Pantai Batu Karang Mas (sekitar 1 km dari Desa Air Anyer).
Meskipun kini ritual di laksanakan di depan masjid namun nuansa magisnya masih terasa. Sebuah bentuk kearifan lokal tersendiri. Pada hari itu, masyarakat desa membuat beragam makanan untuk dihadirkan kepada tamu undangan.
Adat Nganggung dilaksanakan secara beramai ramai. Masyarakat luar pun boleh bertandang ke Air Anyer untuk bersama-sama merasakan keramahan dan rasa berbagi antar sesama.
Kemudian, perayaan tradisi ini dilanjutkan dengan menikmati suasana pantai Air Anyer yang berpasir putih. Menanjak siang hari, pengunjung yang datang ke Air Anyir semakin bertambah banyak. Diantaranya ada yang hendak menemui saudara, keluarga, teman bahkan bagi mereka yang tiada kenal siapapun boleh berkunjung dan menikmati hidangan. (iksander/humas)
Guci media air waq
Piring mantera
pembacaan mantera atau doa-doa oleh tetua desa
tetua desa memasukkan piring yang telah ditulis doa - mantera
Bekas gelas mineral pun jadi
Ketupat Lepas
Penulis : Iksander
Feature UBB
KISAH MAHASISWA UBB PENERIMA BEASISWA DJARUM FOUNDATION 2013
Pengalaman Pertama menjadi Tour Guide
Mandi Belimau, Tradisi Penyucian Diri
Mengenal Lebih Dekat, Sang Duta Baca Indonesia Andy F Noya
Belajar Menulis dari Kang Romel
Berita UBB
Grand Launching SMMPTN Barat 2024, Berikan Kemudahan Memilih Tempat Tes
569 Peserta UTBK-SNBT UBB Berjuang di Sub Tes Belitung
Sebanyak 3232 Peserta Ikuti UTBK-SNBT di UBB, Panitia Terapkan Pemeriksaan Berlapis
Syindy Memilih Mundur Mengikuti UTBK-SNBT di Kampus Terpadu UBB
Hari Pertama UTBK-SNBT UBB 2024 Berjalan Lancar
Prof Delianis Minta Jaga Kelestarian Mangrove, Nilai Ekologis dan Komersialnya Sangat Tinggi
UBB Perspectives
FAKTOR POLA ASUH DALAM TUMBUH KEMBANG ANAK
MEMANFAATKAN POTENSI NUKLIR THORIUM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG : PELUANG DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Pengaruh Sifat Fisika, Kimia Tambang Timah Terhadap Tingkat Kesuburan Tanah di Bangka Belitung
Akuntan dan Jurnalis: Berkolaborasi Dalam Optimalisasi Transparan dan Pertanggungjawaban
Sustainable Tourism Wisata Danau Pading Untuk Generasi Z dan Alpa
Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung
Semangat PANDAWARA Group: Dari Sungai Kotor hingga Eksis di Media Sosial
Pengaruh Pembangunan Produksi Nuklir pada Wilayah Beriklim Panas
Pendidikan dan Literasi: Mulailah Merubah Dunia Dari Tindakan Sederhana
Mengapa APK Perguruan Tinggi di Babel Rendah ?
Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu?
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DENGAN ASAS GOOD GOVERNANCE
UMP Bangka Belitung Naik, Payung Hukum Kesejahteraan Pekerja atau Fatamorgana Belaka?